Dinding penghalang bukan lagi antara kasta dan takhta, akan tetapi antara sujud dan Atheis.
Min Yoon-gi Diandre, artis ternama yang tidak percaya akan Tuhan tiba-tiba jatuh cinta kepada salah satu gadis muslimah. Gadis yang mampu membuatnya jatuh cinta saat pertama kali bertemu. Di saat semua wanita tergila-gila dan lberhalusinasi menjadi pasangannya, gadis itu malah tidak meliriknya sama sekali.
Mampukah Yoon-gi meluluhkan hati gadis itu? Di saat dinding penghalang yang begitu tinggi telah menjadi jarak di antara mereka.
"Aku tidak ingin kamu mengganut agamaku karena diriku. Tapi jika kau ingin menjadi salah satu dari umat nabiku, maka tetapkanlah hatimu kepadanya, bukan kepadaku." Cheesy Ajhiwinata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Sinar matahari mulai menyinari bumi, hingga meciptakan cahaya dari celah menyinari wajah tampan yang masih terlelap dalam tidurnya. Pantulan sinar itu mulai mengusik tidur nyenyak pria itu, sehingga menciptakan sebuah gerakan kecil. Dia perlahan membuka mata lalu menatap ke arah jendela yang memperlihatkan terangnya di luar sana.
Dia terdiam sejenak lalu bangkit dari tidurnya. Perlahan turun dari ranjang lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi sambil menguap kecil. Dia terdiam sejenak menatap pantulan dirinya di cermin sambil bergumam, ternyata aku tampan.
Setelah selesai mengagumi ketampanannya, dia langsung mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Udara yang masih sangat sejuk, di tambah dengan kesegaran air di pagi hari, membuat tubuhnya terasa begitu rileks dan semangat menjalani hari ini.
Setelah selesai, Yoon-gi melangkahkan kakinya keluar dengan handuk yang melilit di pinggang. Rambutnya masih basah, sehingga menciptakan butiran-butiran air itu menetes membasahi wajah tampannya.
Dia membuka lemari dan menatap jejeran pakaiannya yang tersimpan rapi di dalam sana. Dia mencoba memilih salah satu, dan bersiap untuk melakukan pemotretan.
Selain sebagai penyanyi, Yoon-gi juga mulai mengikuti dunia model. Tentu dia tidak mau karirnya hanya di situ saja, dia ingin lebih berkembang agar sang mommy bisa bangga menatapnya dari alam sana.
Dia menatap pantulan dirinya di cermin degan tatapan kosong. Dia tidak menyangka jika karirnya akan semakin bersinar. Sungguh jauh dari yang dia bayangankan di masa lalu.
"Mom! Yoon-gi tau, di balik kesuksesan Yoon-gi sekarang ada doa mommy yang tersimpan. Maaf! Yoon-gi minta maaf karena sudah menentang keberadaannya. Yoon-gi yakin, mommy sangat kecewa dengan putra kecilmu ini." Batin Yoon-gi tiba-tiba mengingat pesan sang mommy.
"Tuan! Apa anda sudah selesai?" Tanya Adnan melihat Yoon-gi melamun di depan cermin.
Sadar dengan kehadiran asistennya itu, Yoon-gi mencoba untuk tersenyum kecil. Dia kembali merapikan pakaiannya lalu melangkahan kakinya keluar. Tanpa banyak bertanya, Adnan hanya mengikuti setiap langkah bosnya itu.
Ada beberapa hal yang tidak boleh di pertanyakan, termasuk isi pikiran bosnya itu saat melamun. Dari sorot matanya saja, Adnan tau apa yang di pikirkan bosnya itu.
"Apa Sarah sudah bangun?" Tanya Yoon-gi datar sambil terus melangkahkan kakinya.
"Sudah, Tuan. Tapi dia kembali lagi ke kamar setelah menyiapkan sarapan. Katanya dia tidak mau di ganggu."
Mendengar ucapan asistennya itu, Yoon-gi tiba-tiba menghentikan langkahnya. Namun, dia melirik jam yang melingkar di tangannya sudah menunjuk ke pukul tujuh pagi.
Jika dia meemui Saah terlebih dahulu, mungkin dia akan terlambat melakukan pemotretan. Tidak ada pilihan lain, dia kembali melangkahkan kakinya. Mungkin dia akan menemui sahabatnya itu saat pulang saja.
Sesampainya di mobil, Adnan dengan sigap membukakan pintu. Setelah melihat bosnya itu duduk dengan nyaman, dia langsung mengemudikan mobil itu keluar dari kediaman Yoon-gi dengan kecepatan sedang.
Yoon-gi duduk di kursi belakang sambil menatap keramaian kota di pagi hari. Terlihat begitu banyak kendaraan yang berlalu lalang. Bukan hanya kendaraan, dia juga melihat segerombolan anak sekolah yang berjalan sambil bercanda ria bersama.
Yoon-gi tersenyum kecil melihat pemandangan itu, dimana dia kembali mengingat kenangan indah di masa sekolah dulu. Walaupun dia sering di bully, akan tetapi ada juga kenangan indah yang tidak bisa dia lupakan saat sekolah dulu.
Hingga akhirnya senyumannya tiba-tiba menghilang. Dia melihat pemandangan yang menyulut emosinya. Dia menatap tajam ke arah doa orang yang sedang bersitegang di depan rumah sakit dengan tatapan penuh selidik.
"Adnan, berhenti!" ucap Yoon-gi tegas, sehingga membuat Adnan refleks menginjak rem secara mendadak.
"Ada apa, Tuan?" Tanya Adnan binggung.
BUkannya menjawab, Yoon-gi langsung keluar dari mobil dengan tergesa-gesa. Adnan yang melihat itu memilih untuk menepikan mobil agar tidak terjadi kemacetan.
Bughh...
Tanpa ada aba-aba,Yoon-gi langsung melayangkan tinjunya ke wajah Yoga. Sehinga pria itu sedkit terpental dan mengeluarkan darah segar dari sudut bibirnya.
"Jangan coba-coba bertindak kasar terhadap wanitaku. Atau, aku akan membunuhmu tanpa rasa iba sedikitpun."
Yoon-gi menunjuk wajah Yoga sambil menatap pria itu penuh amarah. Tatapan yang begitu tajam, seperti ingin mencabik orang yang ada di hadapannya.
Yoga hanya terdiam melihat tatapan itu, tiba-tiba nyalinya langsung menciut begitu saja. Dia tidak pernah melihat Yoo-gi semarah itu. Biasanya, dia hanya melihat rasa takut yang terpancar dari mata Yoon-gi.
Namun, Yoo-gi yang berdiri di hadapannya sekarang bukanlah Yoon-gi yang dulu. Yoon-gi yang selalu mengalah dan selalu diam atas apa yang dia lakukan. Yoon-gi yang selalu menunduk tanpa berani menatapnya. Yoon-gi yang selalu mengalah, walaupun dia benar.
"Sekali lagi kau menyentuhnya dengan tangan kotormu itu, akan ku pastikan kau pulang tanpa tangan," ucap Yoon-gi dengan tegas.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Yoon-gi beralih ke Cheesy yang diam sambil menatap ke arahnya.
"Ti ... Tidak! Aku tidak apa-apa." Cheesy langsung menundukkan pandangannya yang sejak tadi menatap Yoon-gi dengan terkejut.
"Ayo kita pergi." Yoon-gi mempersilahkan tanpa menyentuh wanita itu. Tentu dia tidak mau kesalahannya yang dulu terulang lagi.
Cheesy hanya mengangguk kecil lalu melangkahkan kakinya mendekati rumah sakit. Yoon-gi mengikuti setiap langkah Cheesy sambil menatap punggung wanita itu dengan penuh harapan. Namun, dia hanya bisa berharap agar wanita itu bisa menerima kekurangannya, dan membuka sedikit saja ruang di hatinya.
Sedangkan Yoga hanya bisa diam menatap kepergian mereka. Dia mengepalkan tangannya geram sambil menyeka darah yang mengalir dari sudut bibirnya.
"Sial! Ternyata dia sudah sangat berani." Yoga tersenyum sinis sambil menatap tajam ke arah Yoon-gi.
"Memangnya kenapa jika dia sudah berani?" Tanya Adnan membuka suara.
Dari sikap Yoon-gi, dia bisa menebak jika pria yang berdiri di depannya saat ini, adalah salah satu orang yang telah mengukir trauma dalam hidup bosnya itu.
Yoga hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Adnan. Dia menatap penampilan pria itu dari atas sampai bawah, seperti orang yang sedang mengintimidasi saja.
"Kau anj1ng peliharan pria itu 'kan?" Tanya Yoga tersenyum meremehkan. "Memangnya dibayar berapa kau, sehingga selalu setia di belakangnya?"
"Terserah kau menganggapku apa, tapi asal kau tau, sekali saja kau mengusik kehidupan Yoon-gi, kau tidak akan hanya berhadapan dengannya lagi." Adnan menunjuk wajah Yoga sambil tersenyum sinis. "Lebih baik kau diam dan tutup mulutmu itu, jika tidak! Kau akan hancur bersama ibumu yang seorang PELAKOR itu."
"Kau!" Yoga mencoba untuk melayangkan tinjunya, akan tetapi Adnan langsung mengelak, sehingga membuat pria itu sedikit kehilangan keseimbangan.
"Kenapa? Kau tidak terima?" Tanya Adnan terkekeh kecil, sehingga membuat Yoga langsung terbakar api amarah.
"Kau mengatakan aku 4njing penjilat. Lalu bagaimana dengan dirimu dan ibumu itu? Kalian jauh lebih rendah dari seekor anj1ng."
Bersambung.....