WARNING!!! BIJAKLAH MEMBACA!!! NOVEL 21+!!! JIKA TIDAK SUKA SKIP SAJA . MARI SALING MEMPERMUDAH URUSAN ORANG LAIN MAKA HIDUP ANDA PASTI JUGA AKAN DI MUDAHKAN OLEH TUHAN.
Laura Elsabeth Queen tidak menduga ia akan bertemu kembali dengan Zafran Volkofrich mantan kekasihnya, di acara ulang tahun teman sekelas mereka, 10 tahun yang lalu mereka berpisah dengan tidak damai, orang tua Laura menentang keras hubungan mereka karena Zafran pria miskin. Zafran masih sakit hati pada Laura dan ingin membalas dendam.
Di sisi lain Laura mengetahui rahasia kedua orang tuanya setelah mereka meninggal, dan kini beban berat berada di pundak Laura.
Sedangkan Zafran pria miskin itu kini telah berubah menjadi penguasa dunia bisnis.
Bagaimana kisahnya yuk baca kelanjutannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-EPISODE 30-
Setelah perdebatan yang panjang, Zafran memilih untuk meninggalkan tempat itu, tentunya dengan tatapan saling siaga di dua kubu.
Zafran menggandeng Laura untuk pergi sedangkan Luwis hanya berdiri mematung melihat kepergian Laura.
Saat berada di koridor Laura penasaran dengan masalah apa yang terjadi di masa sekolah.
"Zafran bisakah kau jelaskan ada masalah apa kalian saat masih sekolah?"
Tanya Laura yang lagi-lagi terseok mengimbangi langkah Zafran, nafas gadis itu terengah.
Zafran berhenti dan menoleh pada Laura.
"Apa kau sesenang itu bertemu Luwis? Sehingga harus tertawa seperti itu dengannya."
"Aku..."
Laura kebingungan bagaimana ia harus menjawab.
Zafran kemudian melepaskan genggaman tangannya pada Laura.
"Sepertinya aku tahu jawabannya."
Kata Zafran, kemudian pria itu pergi meninggalkan Laura yang masih di tengah koridor, Zafran berjalan dengan cepat menuju kamarnya, namun tiba-tiba pria itu menghentikan langkahnya.
"Haish...!!!"
Teriak Zafran membuat Laura terkejut.
"Ada apa dengannya..."
Sahut Laura lirih.
Zafran kemudian berbalik mendatangi Laura lagi dengan langkah kaki yang cepat, Laura menatap Zafran, ia sedikit memundurkan tubuh dan wajahnya seolah tidak ingin tertabrak oleh Zafran.
Dengan cepat Zafran kembali meraih tangan Laura, pria iti menggandeng Laura dan mengajaknya kembali ke kamar.
Setelah sampai di dalam kamar Zafran, pria itu meminta Laura untuk mengambil beberapa berkas yang ada di laci meja.
Zafran duduk di dek kapal lobby kamar nya, meminum alkoholnya.
"Apakah ini?"
Kata Laura menyerahkan berkas tersebut, angin kencang membuat rambut Laura berkibaran.
"Hm... Duduklah."
Kata Zafran menunjuk tempat duduk di sampingnya dengan kode mata nya.
Laura menurut dan duduk di samping Zafran, kemudian pria itu membuka berkas yang sudah Laura ambil, dan menyerahkan pada Laura lagi.
"Falco adalah pria pebisnis dari Afrika, ia sedang berusaha menarik seluruh pebisnis agar mau menanam modal pada proyeknya, dan proyeknya adalah membangun kasino atau tempat perjudian terbesar dan club malam terbesar di dunia, Falco juga akan mempekerjakan gadis-gadis di bawah umur di club tersebut."
Jawab Zafran.
"Apa? Gadis dibawah umur?"
"Ya, dan kabar terakhir yang ku terima tadi pagi, Luwis adalah penanam modal terbesar, aku juga mendapat undangan itu, tapi aku paling benci semua hal yang menyangkut perjudian dan tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia, Falco selalu memainkan bisnis kotor."
Laura termenung tidak tahu harus berkata apa.
"Lalu masalah tentang di sekolah itu?"
Tanya Laura masih penasaran.
"Kau pernah bertanya bukan siapa yang menyebarkan berita mengenai aku adalah anak buangan dan anak jalanan, sehingga di sekolah ada grup yang di beri nama Anti Anak Buangan?"
Kata Zafran.
Laura membelalakan matanya.
"Apakah Luwis?"
Tanya Laura.
"Ya, dia juga yang membuat ku selalu dalam masalah di sekolah, ku pikir karena saat itu kita berpacaran dan Luwis juga menyukaimu."
"Kau ingat ketika pulang sekolah dan ketika kita berkencan ada sejumlah preman mengeroyokku?"
Laura mengangguk.
"Luwis yang membayar mereka. Meskipun aku tidak memiliki bukti sampai sekarang, keluarganya sangat memiliki pengaruh besar, tidak akam membiarkan berita buruk mengerang mereka, tapi aku tahu itu adalah perbuatannya."
Laura hanya diam mendengar apa yang Zafran katakan, ia ingin bilang bahwa tidak 100% tuduhan Zafran berdasar, karena Zafran hanya menebak bahwa dalangnya adalah Luwis tapi Zafran tidak memiliki bukti.
Namun Laura tahu, hal yang sangat sensitif jika ia mengatakannya, ia tahu bagaimana perjuangan Zafran saat berada di sekolah, Zafran pintar dan mengandalkan beasiswa sedangkan ia juga bekerja kasar setelah jam sekolah usai.
***
Malam sudah datang, dan sudah beberapa hari kapal pesiar berlayar mengelilingi samudra, kini saatnya kapal akan kembali pulang.
Pesta terakhir akan di adakan malam ini, Laura sudah memakai gaun yang beberapa jam lalu Stark membawanya atas perintah Zafran.
Seperti biasa Gaby menempel seperti lem dengan Zafran. Laura datang sendiri, ia tidak ingin membuat Zafran dan juga Edward berselisih. Apalagi siang tadi Zafran juga hampir berkelahi dengan Luwis.
Laura tampil cantik dengan balutan gaun panjang tanpa lengan, perpaduan warna biru salem dan dusty pink.
"Aku benar-benar malas, kenapa harus selalu berpesta, seolah uang mereka tidak akan habis, apa tidak ada kegiatan lain selain minum-minum, dan omong kosong."
Gerutu Laura.
Jane datang menghampiri Laura yang berdiri memisahkan diri dari kerumunan.
"Apa kau sakit?"
"Tidak Jane, aku hanya sedikit lelah, mungkin aku belum terlalu terbiasa dengan acara seperti ini."
Jane tersenyum.
"Istirahatlah ke kamarmu."
"Aku juga ingin begitu, tapi kau tahu kan Zafran akan mengeluarkan taringnya jika aku tidak dalam jangkauan matanya."
Kata Laura jenuh.
"Zafran sebenarnya pria baik, coba kau lihat dia dari sisi yang lain."
"Dari sisi mana Jane, aku sudah melihatnya dari sisi dan sudut yang paling tidak memungkinkan di lihat orang lain."
Kata Laura tertawa, begitu juga Jane.
"Maafkan aku Laura, aku harus pergi, Philip sudah memanggilku, kau bersenang-senanglah."
Kata Jane berpamitan dan membelai lengan Laura lembut.
"Iya, pergilah."
Sahut Laura sembari tersenyum.
Tak berapa lama...
Laura..."
Panggil seorang pria.
"Luwis..."
Jawab Laura
Senyum Luwis mengembang.
"Bagaimana kalau kita berjalan-jalan, suasana disini terlalu ramai."
Kata Luwis.
"Aku juga merasa begitu, semua orang sibuk berpesta."
Laura memandang ke sekeliling dan ia sangat tidak suka.
"Mungkin ku tinggal sebentar tidak apa-apa, Zafran juga sedang asik dengan pacarnya."
Imbuh Laura lirih.
Luwis serta Laura berjalan bersamaan, menyusuri koridor, dan saat itulah pandangan Zafran bengis.
"B*jingan itu...!!!"
Kata Zafran geram, dengan tangan yang mengepal.
"Siapa?"
Tanya Gaby penasaran.
"Bukankah kau ingin membeli tas?"
Tanya Zafran.
"Apakah boleh, tapi harganya 250juta."
Gaby memainkan kancing baju Zafran dengan jarinya yang lentik.
"Sesuai kemauanmu, tapi kau pergilah dulu ke kamarmu atau nikmati malam ini dengan temanmu, aku ada pekerjaan."
Kata Zafran sembari melepaskan tangan Gaby.
"Baiklah aku akan minum-minum dengan yang lainnya, jangan lupa untuk ke kamarku nanti malam."
Bujuk Gaby.
Zafran berdiri tanpa mengatakan apapun, pria itu kemudian berjalan dengan cepat, kakinya yang panjang membuat langkahnya terlihat lebar, pria itu menerobos dengan kasar kerumunan para pasangan yang sedang berdansa.
"Hey mau kemana?"
Tanya Edward, memegang bahu Zafran dan menghentikan langkah Zafran.
"Menghabisi pria b*jingan!!!"
Jawab Zafran singkat dan kemudian pergi meninggalkan Edward yang masih tidak mengerti, dan kemudian kembali menari dengan para wanita.
Zafran kalap mencari dimana Laura pergi, kemana Luwis membawa gadis itu, pikirannya kacau hingga ingin menendang dan meruntuhkan kapal itu.
Zafran membuka pintu setiap ruangan, dan kemudian ia berjalan menelusuri koridor dan kini menuju geladak kapal pesiar menyapu seluruh pandangannya dengan bengis.
Pria itu mencengkram besi yang berada di dekatnya terlihat Laura dan Luwis mengobrol di sana, ketika Zafran berniat memisahkan mereka, pria itu mengurungkan niatnya dan lebih memilih memperhatikan terlebih dulu apa yang akan Luwis lakukan pada Laura.
.
.
.
~bersambung~