Sungguh berat beban hidup yang di jalani Sri Qonita, karena harus membesarkan anak tanpa suami. Ia tidak menyangka, suaminya yang bernama Widodo pamit ingin mencari kerja tetapi tidak pernah pulang. Selama 5 tahun Sri jatuh bangun untuk membesarkan anaknya. Hingga suatu ketika, Sri tidak sanggup lagi hidup di desa karena kerja kerasnya semakin tidak cukup untuk biaya hidup. Sri memutuskan mengajak anaknya bekerja di Jakarta.
Namun, betapa hancur berkeping-keping hati Sri ketika bekerja di salah satu rumah seorang pengusaha. Pengusaha tersebut adalah suaminya sendiri. Widodo suami yang ia tunggu-tunggu sudah menikah lagi bahkan sudah mempunyai anak.
"Kamu tega Mas membiarkan darah dagingmu kelaparan selama 5 tahun, tapi kamu menggait wanita kaya demi kebahagiaan kamu sendiri"
"Bukan begitu Sri, maafkan aku"
Nahlo, apa alasan Widodo sampai menikah lagi? Apakah yang akan terjadi dengan rumah tangga mereka? Kita ikuti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Pras menghentikan langkah kakinya lalu balik badan, menunggu pria yang menggunakan penutup kepala itu berjalan mendekatinya. Telapak tangannya terasa dicengkeram tangan kecil, Pras mengusap kepala Laras yang sudah jelas ketakutan.
"Siapa kamu?" Satpam parkir melihat ada orang yang berani mengganggu bos nya segera menghadang sebelum sampai di hadapan Pras. Satpam pun tanpa ampun segera menjotos si pria. Namun, anehnya pria jatuh tersungkur tanpa memberikan perlawanan. Satpam segera menarik penutup kepala itu cepat.
"Pak Widodo?"
"Ayaaah..."
Pras dengan Laras memanggil Widodo bersamaan, Pras hanya terpaku memandangi pria yang dulu selalu menjaga penampilan itu kini kurus dan tidak terawat hingga tidak sadar jika Laras melepas pegangan tangannya.
"Ayaaahhh.... huaaa..." Laras berlari memeluk sang ayah yang ia rindukan entah berapa bulan itu dengan tangis yang mengharukan satpam dan juga Pras.
Widodo menyambut pelukan putrinya yang masih posisi duduk di lantai. "Maafkan Ayah sayang... Ayah kangen kamu" ucapnya serak, mau tidak menangis pun air matanya jatuh.
"Ayah kemana saja... kalau kangen kenapa nggak mau temui aku" kata Laras di sela-sela isak tangis.
"Ayah memang tidak bisa memelukmu, tapi kamu selalu di hati Ayah sayang..." Widodo mencium lembut kepala putrinya.
Pras diam-diam mencuri gambar momen pertemuan ayah dan anak itu kemudian mengirimkan ke nomor handphone Sri. Jujur, hati Pras ada rasa khawatir jika Laras dengan Widodo akan menggoyah hati Sri yang sudah 75 persen menerimanya. Namun, Pras tidak boleh egois karena darah lebih kental daripada air.
Sementara itu satpam, hanya terpaku memandangi pria dan wanita yang berbeda usia itu. Mana mungkin ia berani memukul untuk yang kedua kali setelah melihat anak kecil yang nampak rindu dengan seseorang ayah. "Mungkin Ayahnya minggat kali" batinnya lalu kembali bertugas.
"Pak Widodo, mari masuk restoran, lebih baik ngobrol di dalam saja" Pras membantu Laras bangun agar Widodo segera berdiri.
Widodo menyeka air mata, lalu berdiri membersihkan bokongnya lantaran debu lantai parkir yang menempel di celana. Kemudian mengikuti Pras yang sudah berjalan lebih dulu menggandeng Laras. Iri jelas iya. Namun, hanya penyesalan yang Widodo rasakan sekarang.
"Ayah kenapa tadi pakai penutup kepala, Laras sama Om Prasetyo kan serem lihatnya" ujar Laras yang sudah manja di pangkuan Widodo begitu mereka duduk di sofa lantai dua agar ngobrolnya tidak ada yang nguping.
"Maaf sayang..." Widodo terkekeh, bisa bertemu langsung dengan putrinya tidak pakai penyamaran seperti sebelumnya ia merasa bahagia.
"Pak Widodo selama ini tinggal dimana? Dari kabar yang beredar, Bapak meninggalkan Sally" Pras membuka percakapan.
"Ceritanya panjang Pras" Widodo berkata terang-terangan jika saat ini menarik angkut dan semua penderitaannya, tapi tidak mau menceritakan alasannya meninggalkan Sally.
"Ya Allah Pak, kenapa tidak bekerja bersama saya saja" Pras tidak menjanjikan gaji besar, tapi setidaknya sudah pasti setiap bulan.
"Terima kasih tawaranmu Pras, tapi akan saya pikirkan dulu" Widodo sebenarnya bukan mau menolak rezeki, tetapi jika menerima tawaran Pras cepat atau lambat akan bertemu Sally. Widodo ingin memberi pelajaran istrinya itu, bahwa mengelola bengkel hingga menjadi besar tidak semudah yang dia bayangkan. Padahal jika Widodo mau ada lowongan posisi Belinda yang kosong.
"Lalu kenapa Pak Widodo tidak pernah menemui Laras?" Pras sering mendengar cerita Laras seperti itu.
Widodo menceritakan jika selama ini menemui Laras tapi dengan cara menyamar, alasannya khawatir Sri tidak mengizinkan.
"Sri tidak melarang Pak Widodo bertemu Laras, tapi yang Sri mau izin secara baik-baik" Pras menceritakan seperti yang pernah Sri ceritakan kepadanya.
"Iya Pras, karena beberapa bulan yang lalu saya pernah melakukan kesalahan" Widodo ingat ketika mengajak Laras ke bengkel tidak minta izin Sri.
Deeerrtt... Deeerrtt
Pembicaraan tertunda karena Pras harus terima telepon lebih dulu, setelah tahu Sri yang telepon ia izin Widodo lalu menjauh. Pras masuk ruangan yang dulu digunakan Belinda, lalu bicara di sana.
"Laras ketemu Ayahnya Mas, terus sekarang di mana? Laras tidak dia ajak pergi kan?" Sri memberondong pertanyaan.
Pras yang mendengar justru terkekeh. "Tenang Sri, mereka sekarang sedang kangen-kangenan di ruangan aku"
"Terima kasih Mas, aku titip Laras"
"Siap calon istriku..." Pras terkekeh. Namun, tawa itu hilang karena Sri sudah menutup hape, padahal Pras belum mengucap kata romantis di akhir pembicaraan. Pras kembali ke ruangan, begitu membuka pintu sedikit terdengar samar-samar suara Laras sedang berceloteh membicarakan dirinya, ia tutup kembali walaupun tidak rapat.
"Jadi... sebentar lagi Om Pras akan menjadi Ayahmu?" Tanya Widodo dengan raut wajah kecewa, ia khawatir jika Laras akan lupa dengannya ketika mempunyai ayah baru.
"Betul Yah, tapi Laras tetap sayang sama Ayah kok, walaupun punya Ayah lagi" Polos Laras begitu menatap raut wajah Widodo nampak sedih.
"Terus... Laras sendiri sayang sama Om Prasetyo?"
"Sayang dong Yah, Om Prasetyo itu sudah Laras anggap ayah sejak lama" Laras bercerita bagaimana Pras. Selalu datang setiap hari, mengajaknya ke mana-mana terutama jalan-jalan, termasuk pagi ini ketika mencari sekolah.
"Anak Ayah sekarang sudah waktunya sekolah?" Widodo seketika berubah senang.
"Benar Yah" Laras menceritakan jika sebelum ke restoran diantar Pras mencari sekolah.
Sementara Pras setelah mendengar semuanya lalu masuk ruangan "Saya lupa sampai tidak pesan minuman Pak" Pras segera telepon anak buahnya agar mengantar tiga air minum yang berbeda walaupun Widodo berkata 'tidak usah repot-repot.
"Selamat Pras, kamu sebentar lagi akan menjadi suami Sri" ucap Widodo, kali ini ia harus mengalah demi kebahagiaan Sri dan juga Laras.
"Terima kasih Pak" Pras tersenyum lebar, menatap wajah Widodo yang sudah tidak seberat tadi melepas Sri.
Setelah rasa kangen ayah dan anak itu terobati, Widodo pamit pulang karena hari ini sebenarnya bukan sedang menarik angkut, tapi disuruh Pak rt mengantar anaknya.
"Sampai jumpa Ayah" ucap Laras yang mengantar Widodo ke lantai dua.
"Sampai jumpa sayang..." Widodo mencium pipi Laras lembut lalu meninggalkannya. Ia percaya jika Pras akan menyayangi putrinya dengan tulus.
*****************
"Aaagghhh.... sial" teriak wanita di depan komputer tepatnya di ruangan. Dia adalah Sally, setiap bulan mengecek laporan keuangan bengkel yang menurun masih dianggap wajar. Namun, hari ini di bulan ke enam setelah Widodo pergi laporan semakin merosot emosinya tidak bisa ia kendalikan. "Bisa bangkrut kalau begini terus" lanjutnya dengan wajah merah ia menekan tombol hape telepon Adam.
"Pak Adam, ke ruangan saya sekarang!" perintahnya ngegas, belum dijawab ia segera matikan handphone.
Atas saran mommy Sally menyerahkan bengkel kepada anak buahnya yang bernama Adam.
"Ibu memanggil saya?" Tanya pria 40 tahun berdiri di hadapan bos.
BRAK!
"KEMANA LARINYA UANG BENGKEL PAK ADAM?!"
...~Bersambung~...
hrse libur kerja selesaikan dng cepat tes DNA mlh pilih kantor di utamakan.
dr sini dah klihatan pras gk nganggap penting urusan kluarga. dia gk family man.
kasian sri dua kali nikah salah pilih suami terus.