Pernahkah kalian melihat Mertua dan Menantu bersitegang??
Itu hal biasa, Banyaknya Mertua yang hanya bisa menindas menantu dan tidak Suka kepada menantunya, berbeda dengan mertua dari Almira, Rahayu dan Sintia. Dan Rafa
Mertua yang memperlakukan anak menantunya seperti anak sendiri bahkan sangat menyayangi ketiganya. Mertua yang sangat jarang ditemui karena sangat langkah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Ramlah menggeram kesal karena rencananya untuk mendapatkan uang dari Ayu gagal total, dia tidak menyangka Ayu semakin pintar dan tidak mudah lagi ia bohongi.
"Kalau dia benar sakit, bawah saja kerumah sakit, kita bertemu disana saja, sekalian aku akan memeriksakan kandungan, kecuali kalau ibu hanya mau uang dan berbohong kepadaku".
Dia tahu taktik ibunya itu, ibunya tahu kelemahannya yang tidak tega dengan orangtua yang sakit dan selama ini dia memanfaatkan kelemahannya itu.
"Tidak perlu nak, biar ibu saja yang membawa ayahmu kerusuhan sakit kamu kirimkan saja biayanya yah". Ucap Ramlah dengan lembut.
"Maaf bu, aku tidak punya waktu meladeni kebohongan ibu untuk kali ini, ibu sudah tua sebaiknya jangan mempermainkan yang namanya kesehatan, jangan sampai Tuhan mengabulkan perkataan ibu dan suami ibu beneran jatuh sakit jadi jangan mempermainkan empati orang untuk mendapatkan uang".
"Kau pikir ibu mohon begitu, kau menyumpahi ayahmu jatuh sakit??". Teriak Ibu Ramlah dengan penuh emosi.
"Sudahlah bu, aku tutup dulu, aku hanya menasehati ibu, jika ibu ingin uang suruh suami ibu bekerja, jangan hanya mau meminta uang sambil ongkang-ongkang kaki, aku dan ayah mendapatkan semua ini dengan bekerja jadi aku tidak mengabulkan keinginan ibu, aku tutup yah". Ayu mematikan sambungan telponnya tanpa mendengar jawaban sang ibu.
Ramlah mengumpat karena gagal. mendapatkan uang itu, dia tidak tahu mengapa Ayu sekarang sangat susah untuk dimintai uang, padahal sebelumnya dia selalu royal kepadanya.
"Dasar anak dialan, bisa-bisanya dia menolak memberiku uang dan malah menyumpahi suamiku sakit betulan".
"Ini pasti gara-gara Shofiyah, sialan kau Shofiyah, kau ingin menguasai harta Ayu sendirian, aku tidak akan membiarkan nya, aku lebih berhak".
"Ada apa bu??, kok ibu masih pagi sudah mengomel aja?? Tanya Ratna melihat sang ibu mengomel tidak jelas.
"Iya nih ibu masih pagi sudah mengomel saja". Raisa menatap ibunya dengan malas
"Ini, Ayu tidak mau mengirimkan uang pada ibu padahal ibu mengatakan jika Ayahmu sakit, biasanya Ayu tidak banyak protes dan langsung mengirimkan ibu uang, tapi ini dia bahkan menyumpahi ayahmu jika ibu berbohong maka ayahmu akan sakit betulan". Kesal bu Ramlah.
"Ya sudahlah bu, jika memang Ayu tidak mau memberi uang, dia itu dapat hasutan dari keluarga Si Aiman sialan itu, ibu harus bisa memisahkan mereka jika ibu ingin menguasai harta Ayu". Raisa menatap sang ibu dengan malas.
"Bagaimana caranya nak, Ayu selalu dikelilingi oleh keluarga Aiman, ibu sangat susah untuk menghasut Ayu, jangankan melakukannya masuk kedalam rumah Ayu saja , ibu kesulitan".
"Nanti saja dipikirkan bu, mana Sarapan ku, aku lapar dan akan ke kantor". Ratna sudah malas meladeni sang ibu, dia harus ke kantor.
"Sudah siap kok nak, ibu juga sudah buatkan bekal, ibu minta uang yah, ibu mau belanja bahan makanan yah, hari ini kalian gajian kan?? Tanyanya dengan lembut.
"Iya, aku akan kirimkan jatah ibu seperti biasa". Ucap Ramlah dengan malas.
"Aku juga akan kirimkan seperti biasa, yang hematlah bu, aku banyak keperluan sendiri". Raisa memutar matanya dengan malas.
"Tambahin yah nak, ibu mau beli sesuatu, boleh yah nak". Ucapnya dengan memelas.
Semenjak Ayu tidak memberikannya uang, dia sangat kesulitan untuk membeli barang-barang incarannya karena Ayu memberikan dirinya uang yang lumayan banyak.
"Baiklah, aku hanya akan menambahkannya sedikit, aku juga banyak kebutuhan, suruh lah ayah cari pekerjaan bu, ayah kan masih sehat". Sungut Ratna dengan kesal.
"Benar, ayah hanya menyusahkan saja". Sungut Raisa mendukung sang kakak.
Kedua anak perempuan ini seakan lupa jika dulu saat ayahnya masih berjaya, mereka selalu dimanjakan tapi begitu ayahnya tidak bekerja mereka malah menganggapnya beban.
"Apa-apaan kamu, bicara begitu pada ayahmu, mau jadi anak durhaka". Ucap Sang ayah yang baru bangun dari tidurnya.
"Kerja lah ayah, capek aku kalau harus selalu membiayai ayah yang pengangguran, mending ibu tuh, dia mengurus semua keperluan aku, lah ayah, hanya ongkang-ongkang kaki dirumah sambil merokok, tidak berguna banget". Ucap Ratna dengan jengkel.
"Iya itu benar, kami ini capek bekerja, ayah hanya bisa meminta uang, ayah kira kami ini bank banyak uang". Raisa menatap sinis sang ayah.
"Jangan kurang ajar kalian, aku ini ayahmu, saat ayah punya segalanya ayah sangat memanjakan kalian, kalian tidak tahu balas budi". Hardiknya dengan kata melotot
"Itu memang tugas orangtua membiayai dan membahagiakan anaknya, jangan punya anak kalau tidak mau membiayai nya gitu aja kok repot". Ucap Ratna dengan acuh.
Dia tidak perduli pada perkataan ayahnya, dia melenggang meninggalkan mereka karena dia akan sarapan sebelum dirinya ke kantor.
Raisa melakukan hal sama dengan kakaknya, dia sangat malas melihat ayahnya yang jadi beban saja.
"Sialan anak-anak itu, beraninya mereka kurang ajar padaku, aku ini ayahnya". Ucap nya dengan penuh emosi.
"Sudahlah ayah, biarkan Ratna dan Raisa sarapan, mereka berdua akan ke kantor, kalau mereka tidak bekerja, kita tidak akan bisa dapat makan, jadi biarkan dia saja". Ucap Ramlah membela kedua anaknya.
"Itulah didikanmu yang terlalu memanjakan mereka, jadinya mereka kurang ajar pada orangtua". Ucapnya dengan kasar pada istrinya.
"Jangan selalu menyalahkan ku atas segalanya, toh kamu memang tak becus jadi ayah dan suami, tidak usah terlalu banyak protes". Kini Ramlah yang meninggalkan suaminya menuju meja makan untuk sarapan bersama sang anak.
"Sialan mereka, hanya karena aku tidak bekerja, mereka menghina ku seperti ini, padahal dulu aku memanjakan mereka dengan kemewahan". Kesal nya.
Dia menyusul istri dan anaknya untuk sarapan, karena dia harus makan, dia tak mau kelaparan.
Ratna yang sudah selesai sarapan langsung meninggalkan meja makan untuk pergi bekerja, dia menatap sinis sang ayah yang langsung makan tanpa mau bekerja.
"Jadilah lelaki berguna dirumah ini ayah, cari pekerjaan yang bisa ayah kerjakan untuk menambah biaya dapur agar kita bisa makan enak seperti dulu, jangan hanya mengandalkan aku, Ayu sudah tidak mau memberi uang jadi yang bisa kerja, kerjalah". Ucap Ratna sebelum meninggalkan meja makan.
Makanan yang hampir masuk kedalam mulutnya dia hentikan, dia menatap dingin sang anak dan juga istrinya. Dia betul-betul merasa terhina karena perkataan sang anak.
"Sebaiknya ayah cari pekerjaan, setidaknya jangan selalu menumpang pada kami, kalau nanti kami menikah kami tidak akan memberikan ayah makan seperti biasa". Kini Raisa mengeluarkan kalimat pedasnya.
Sedangkan ibu Ramlah memilih diam saja karena tidak punya kuasa seperti dulu, harinya sakit karena mendengar anaknya, dia berpikir bagaimana dirinya nanti dimasa tua jika anaknya tidak mau membiayainya.