HAPPY READING. . .
MENTARY SAFIRA PUTRI anak broken home yang lebih memilih untuk bekerja dari pada melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, gadis mandiri cantik dan pintar.
AXCEL PUTRA DEWANGGA seorang pengusaha muda yang sukses tapi tidak dengan pernikahannya karena harus kandas ditengah jalan, janji suci yang dinodai oleh sang istri dengan berselingkuh membuat AXCEL memutuskan untuk bercerai.
" Tar pilih duda apa perjaka." tanya Clara teman Tary.
" Nggak ada angin nggak ada ujan tiba-tiba nanya gituan waras lo."Jawaku.
" Lo tau nggak anak pemilik toko roti tempat kita kerja, ternyata oh ternyata duda mana ganteng banget lagi." ujar Clara senyum-senyum nggak jelas sambil meluk guling.
" Sinting kali nih anak senyum-senyum nggak jelas." gumam Tary sambil gelang-geleng kepala.
penasaran seganteng apa dudanya terus pantengin cerita aku yah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Revan Fernando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
nginap di rumah calon mertua
Tary pun menghampiri Bu Nina dan yang lain, Tary masih gak berani menatap ke arah Axcel entah setiap liat wajahnya ia jadi teringat apa yang ia lihat saat video call dengan mantan istri kekasihnya.
" Maaf Bu kemaren saya ijin dadakan buat gak masuk kerja, malah pulang kampung mungkin saya bakalan berhenti kerja dan bantu-bantu bunda saya di rumah." ucap Tary tanpa berani natap Axcel.
" Nak kalau kamu menetap di sini bagaiman dengan hubungan kalian berdua?" tanya Bu Nina dan yang lain menunggu jawaban dari Tary, sedangkan yang di tanya hanya bisa diam saat Tary akan menjawab terlihat sebuah mobil parkir dihalaman rumahnya, itu adakah mobil bundanya.
" Maaf saya tinggal bentar Bu." ucap Tary lalu melangkah untuk menghampiri mobil bundanya.
" Lah bun emang mbok Jum udah sehat lah kok udah pulang?" tanya Tary karena bunda dan mbok Jum sudah pulang sedangkan Clara baru aja jalan ke klinik.
" Mbok maksa buat pulang katanya udah enakan itu kursi siniin buat duduk mbok jum, lah itu ada tamu siapa nak?" ucap bunda Tary pun menarik kursi plastik yang ada di dekatnya.
" Oh itu bos aku di jakarta sama keluarganya Bun, tadi dateng bareng Clara."
" Lah trus cucu si mbok mana nak?" ucap mbok Jum.
" He he he nyusulin mbok ke klinik emang gak papasan Bun pas dijalan?" tanya Tary karen harusnya mereka berpapasan di jalan.
" Nggak tuh bunda gak papasan sama Clara, mungkin Clara lewat jalan tikus kali, itu tamunya udah kamu buat kan minum?" tanya bunda pada ku
" He he he belum bun." ucap Tary cengengesan.
" astaghfirullah kak itu tamu jauh-jauh kamu belum suguhin minum tuan rumah model apaan kaya gitu." ucap bunda sambil menabok lengan anaknya pelan.
" bunda ih kok di tabok sih bunda kan tahu aku gak bisa bikin minuman bunda aja deh." ucap Tary sambil mengelus bekas tabokan bundanya, bundanya berjalan menghampiri tamunya.
" maaf mba kita sekeluarga main kesini tanpa ngasih kabar dulu tadi jadi ngerepotin yah." ujar Bu Nina sambil menyalami bunda.
" Nggak kok mba cuma tadi kaget masa tamu jauh-jauh belum dibikinin minum."
" kebetulan tadi itu pas barengan barang dateng jadi nak Tary urus barang dateng dulu mba." ucap Bu Nina, dan yang lain pun menyalami bunda satu per satu.
" Ya ampun ini pasti nak Zayan yah yang sering main sama anak bunda?" tanya bunda pada Zayan.
" Iya nenek, Zayan yang biasa main sama mami dan Tante cantik." ucapnya dengan polos, bunda sudah tidak kaget dengan panggilan bocah mengemaskan ini karena Tary sudah sering cerita ke bundanya.
" Kalau gitu saya tinggal bikinin minum dulu yah mbak atau mau ke ruang tamu aja mbak mas?" tanya bunda pada tamunya.
" Disini aja mbak sekalian nemenin Zayan main ayunan lagi betah itu main ayunan." jawab Bu Nina.
" Kalau gitu saya tinggal sebentar kebelakang mbak."
" Eh iya mbak silahkan.
" Woi kalian katanya mau ke klinik malah pacaran, orang mbok Jum udah pulang kalian malah pergi gak tahu kemana." ucap Tary ngeledek.
" Elah si anying bukanya ngasih tahu kalau nenek gue udah balik biar kita gak lanjut jalan ke klinik malah gak ngabari." omel Clara nyamperin Tary sama mbok Jum yang lagi duduk di kursi plastik didepan Tary.
" Mbok tuh si Rara ngomongnya kasar." adu Tary pada mbok Jum.
" Mulai deh ngaduan banget." ucap Clara merotasikan bola matanya jengah.
" Tuturanmu iku loh ndu." ucap si mbok menegur Clara.
" iya iya nek maaf lagian Tary ngeselin masa nenek udah pulang gak ngabarin."
" Lah gue gak pegang hp anjir." ujar Tary langsung kena geplakan manja dari si mbok.
" He he he lupa mbok." ucap Tary cengengesan.
" nenek udah baikan kan kenapa gak ngabarin kalau sakit tau gitu aku pulang lebih awal nek." ucapnya kesal,
" nenek Nggak papa ndu cuma darah rendahnya kambuh, kamu sehat-sehat kan di kota?" tanya nenek pada cucunya.
" Sehat nek."
" Ya udah nenek masuk dulu mau rebahan." ujar nenek berdiri di tuntun oleh Clara.
" Tar lo masih marah ke gue?" tanya Arga duduk dihadapan Tary bekas mbok Jum tadi.
" Entah lah Ga gue bingung ama alur hidup gue, dulu lo sering bilang pengen jadi anak ayah gue lah kenapa jadi kenyataan lo sekarang jadi anak ayah gue. Tapi apa iya harus dengan cara membagongkan seperti ini, dulu gue juga sering ngomong ke bunda sama ayah gue buat jadiin lo anak pungutnya lah ko malah kenyataan lo jadi anak ayah gue. Kenapa harus keluarga lo yang ngerusak mental gue Ga dari adek lo yang jadi selingkuhannya davit cowok gue sampe hamil di luar nikah dapet kenyataan bokap gue nikah sirih sama nyokap lo gimana mental gue gak di hajar habis-habisan Ga rasanya pengen banget ngamuk mukul orang maki-maki orang tapi gue bisa apa Ga gue gak mungkin ngelakuin itu semua." ucap Tary sambil natap mata Arga dengan perasaan rapuhnya, ia dan Arga sudah berteman dari masih pada ingusan dan renggang karena kenyataan yang membuat Tary terluka dan ngehindar dari Arga.
" Lo tahu kan gue dari kecil tinggal sama nenek gue, dari dulu gue jauh dari nyokap gue ama adek gue juga jauh bahkan gue gak pernah mau tinggal bareng mereka Lo tahu semua itu tar dan lo tahu alasannya apa?" ujar Arga.
" Tapi kenapa harus keluarga gue Ga?" ujarnya menatap mata Arga.
" Gue sendiri gak tahu menahu tar, apa gara-gara ini kita bener-bener sudah gak bisa temenan kaya dulu lagi gue udah anggap lo seperti adek gue sendiri gue sayang sama lo gue selama ini ngejaga lo karena gue anggap lo seperti adek sendiri gue harap hubungan kita gak hancur gitu aja gara-gara orang-orang dewasa yang gak pada punya otak." ujar Arga sambil memegang tangan Tary yang ada di pangkuannya, Axcel yang melihat kedekatan mereka jujur dadanya nyesek dia gak suka kedekatan mereka berdua.
Bunda yang gak sengaja melihat Axcel menatap tidak suka kearah anak dan sahabatnya pun mencoba membuat Tary tidak terlalu fokus disana.
" Kak ko ini barang yang baru dateng gak kamu suruh orangnya masukin kedalam malah ditaro diluar?" ucap bunda membuat Tary menengok kerah bundanya, Tary berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah bundanya.
" Nggak usah pusing-pusing Bun tuh manfaatin anak pungut bunda buat masuk-masukin kedalam, biar anak pungut bunda ada gunanya sedikit." ujar Tary kepada bundanya.
" Biar Arga nanti yang masukin Bun gak papa." ujar Arga berdiri dari duduknya.
" Tapi nanti aja yah bun kalau toko udah mau tutup sekarang Arga mau balik dulu lupa tadi nenek minta tolong buat jemput bibi buat kerumah." ujar Arga melangkah ke arah motornya dan menyalakan motornya.
" Ya udah hati-hati bawa motornya gak usah kebut-kebutan ini udah mau magrib." ucap bunda.
" Iya Bun siap." jawab Arga lalu melajukan motornya untuk menjemput bibinya untuk datang kerumah neneknya.
" Mami, Zayan mau mandi sama mami." pinta Zayan.
" Ok ayo kita mandi dulu ini udah sore." ajak Tary.
" Mbak, mas ayo kerumah aja ini udah mau magrib biar pada bersih-bersih badan." ajak bunda lalu mereka semua pun menuju ke ruang tamu.
" Nanti malam nak Cika tidur sekamar sama Tary gak papa kan nak?" tanya bunda dengan hati-hati.
" Nggak papa kok bun, malah aku gak enak sama kak Tary mau apa gak tidur sekamar sama aku." ujar Cika.
" Kenapa gak mau kasur aku muat kok untuk bedua ya walau gak Segede Kasur di rumah kamu." ucap Tary yang baru selesai mandiin Zayan. " Ayo ke atas biar bisa mandi ayo sus sekalian ke atas aja nanti su Ratna tidur di kamar aku juga gak papa ada sofa bednya kok di kamar aku ." lanjutnya.
" Baik mba." Tary naik sambil menggendong Zayan di ikuti Cika dan sus Ratna.
" Nak Axcel sama yang lain bisa nempatin kamar di sebelah kamar Tary di depan kamar Tary juga ada tempat main PS punya Tary bisa buat tidur juga kok naik aja kalau mau bersih-bersih di atas ada kamar mandinya dua kok yang di kamar Tary sama di luar." ujar bunda kepada Axcel dan teman-temannya.
" Kalau mbak Nina sama mas dewa bisa nempatin kamar sebelah mushola tadi udah saya bersihin kok siapa tahu mbak dan mas juga mau bersih-bersih badan dulu saya mau ke toko bentar buat ambil barang." ujarnya.
" Makasih mba maaf ngerepotin." ujar Bu Nina .
" Ngerepotin apa sih mba."
" Tan kita naik dulu buat bersih-bersih badan gak papa kan ?" tanyanya terlebih dulu.
" Naik aja gak papa nak." axcel dan yang lain pun naik ke lantai atas dan bunda kembali ke toko.