NovelToon NovelToon
JATUH CINTA PADA PENCULIKKU

JATUH CINTA PADA PENCULIKKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Gangster / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: julius caezar

Lahir dari pasangan milyuner Amerika-Perancis, Jeane Isabelle Richmond memiliki semua yang didambakan wanita di seluruh dunia. Dikaruniai wajah cantik, tubuh yang sempurna serta kekayaan orang tuanya membuat Jeane selalu memperoleh apa yang diinginkannya dalam hidup. Tapi dia justru mendambakan cinta seorang pria yang diluar jangkauannya. Dan diluar nalarnya.
Nun jauh di sana adalah Baltasar, seorang lelaki yang kenyang dengan pergulatan hidup, pelanggar hukum, pemimpin para gangster dan penuh kekerasan namun penuh karisma. Lelaki yang bagaikan seekor singa muda yang perkasa dan menguasai belantara, telah menyandera Jeane demi memperoleh uang tebusan. Lelaki yang mau menukarkan Jeane untuk memperoleh harta.

Catatan. Cerita ini berlatar belakang tahun 1900-an dan hanya fiktif belaka. Kesamaan nama dan tempat hanya merupakan sebuah kebetulan. Demikian juga mohon dimaklumi bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian tempat dengan keadaan yang sebenarnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 26

Jeane memandang kepada Antonio. Sementara yang dipandang masih belum mengeluarkan sepatah kata pun. Antonio menghisap sigaretnya dalam dalam lalu menghembuskan asapnya keluar secara perlahan lahan.

    "Pada waktu itu terjadi sebuah penyerbuan, suatu serangan yang terorganisasi dengan baik, atas penjara tempatku ditahan. Saat itu semuanya terjadi dengan demikian cepat, sehingga aku sendiri tidak dapat mengetahui dengan tepat apa yang sedang terjadi. Pintu pintu sel di buka. Orang orang berlarian simpang siur, semua berusaha meloloskan diri. tetapi aku melihat pimpinan penyerbuan itu, orang Spanyol, demikian tenang dan mengendalikan segala galanya. Ia membawa tiga orang tahanan Perancis dan membimbing mereka keluar dari kekacauan itu. Aku pikir orang itu tahu benar apa yang dilakukannya dan ke mana ia pergi..... maka aku bergabung dengan mereka."

    "Baltasar," kata Jeane, menduga orang yang dimaksudkan oleh Antonio.

    "Benar," Antonio mengangguk. "Seseorang di luar sana telah menyewa tenaganya untuk membebaskan ke tiga orang tahanan berbangsa Perancis itu dari penjara dan membawa mereka menyeberangi perbatasan ke Perancis. Jadi, aku ikut saja dengan mereka."

    "Tetapi mengapa kau tidak ikut kembali ke Perancis bersama sama dengan mereka?" Jeane mengerutkan dahinya. "Mengapa kau justru tinggal di sini dengan Baltasar?"

    "Mereka itu cuma menghadapi perkara obat bius kecil kecilan. Sedangkan aku? Perkaraku adalah perkara pembunuhan," kata Antonio mengingatkan Jeane. "Dalam perkaraku sangat mungkin aku akan di ekstradisi ke Spanyol untuk diseret ke depan pengadilan. Lagi pula, ketika melarikan diri dari penjara itu, aku juga telah membunuh seorang penjaga penjara, sehingga walaupun aku bisa bebas dari urusan penyelundupan dan pembunuhan teman berdagangku, mereka masih akan menuntutku dalam perkara pembunuhan yang ke dua. Pemerintah Perancis mungkin saja bisa meminta pembebasanku dari tuntutan seandainya aku cuma melakukan suatu kejahatan kecil. Tetapi demi suatu hubungan internasional yang baik, mereka justru akan mengejarku karena yang kulakukan adalah pembunuhan terhadap petugas penjara Spanyol. Dan keluargaku tentunya juga akan diberitahu. Akan menjadi suatu berita besar di semua surat kabar. Sementara sekarang ini mereka tidak mengetahui aku berada di mana atau apakah yang kulakukan atau apakah aku masih hidup. Maka aku pikir lebih baik jika aku tetap di seberang perbatasan ini."

    "Apakah keluargamu tidak diberitahu ketika kau ditangkap dulu?"

    "Aku dipenjara dengan nama palsu dan pasport palsu pula," kata Antonio. "Pihak kepolisian Spanyol mengetahui siapa aku sebenarnya, tetapi nama palsu itu masih terdaftar di konsulat Perancis. Dengan demikian keluargaku tidak tahu apa apa."

    "Bagaimana kau dapat memastikan hal itu?"

    "Ada caranya," jawab Antonio.

    Jeane melangkah lagi, tanpa tujuan, ke arah kawanan kuda yang sedang merumput. "Sudah berapa lama kau bersama Baltasar?"

    "Hampir tiga tahun."

    "Kelihatannya ia lebih banyak bicara dan lebih dekat denganmu dibandingkan dengan yang lain lainnya," kata Jeane.

    "Mungkin aku masih bisa mengatakan bahwa aku menjadi pembantunya yang terdekat," jawab Antonio.

    "Kalau kau adalah tangan kirinya, siapakah yang menjadi tangan kanannya?"

    "Tidak ada lagi. Baltasar tidak mempercayai siapapun berada di sebelah kanan dirinya, kecuali pistol atau senapannya."

    "Apakah yang akan terjadi denganku, Antonio?" Jeane bertanya dengan tiba tiba.

    "Aku tidak mengerti apa maksudmu."

    Jeane menatap pria itu dengan kesal. "Apakah orang tuaku sudah dihubungi?"

    Air muka Antonio berubah seketika, mengeras dan menjadi tertutup lagi. "Maaf, aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, nyonya Beaufort," jawabnya kaku.

    "Sialan, panggil aku Jeane!" kata Jeane dengan nada jengkel. "Aku tidak mau diingatkan dengan Edgar!"

    "Bukan demikian maksudku, Jeane," Antonio mengendorkan sikapnya.

    "Kalau uang tebusan itu dibayar, apakah aku akan dibebaskan?" tanya Jeane, cepat cepat mengggunakan kesempatan pada saat Antonio mengendorkan sikapnya itu.

    "Aku tidak melihat alasan mengapa tidak, kalau uang itu memang sudah dibayar," Antonio mengangkat bahu dan mulai berjalan.

    Bukan suatu jawaban yang memuaskan. Jeane menghela napas dengan lesu. Ia merapatkan mulutnya. Antonio berhenti lagi

    "Kita berbicara hal lain saja," saran Antonio. "Coba katakan, apakah di rumahmu ada lagi yang seperti dirimu?"

    "Aku anak tunggal," Jeane menjawab pendek. "Dan karena itu kalian beruntung sekali, karena orang tuaku akan bersedia membayar berapa saja untuk mendapatkanku kembali dalam keadaan selamat."

    Antonio tidak menghiraukan ejekan itu dan membiarkannya berlalu. "Aku mempunyai seorang adik laki laki. Ia seorang atllet alami...... lari lintas alam. Ia demikian menonjol dalam olah raga sehingga pembinanya menjamin akan mendapatkan beasiswa. sampai sekarang aku tidak tahu apakah beasiswa itu benar benar diperolehnya."

    "Kau merasa rindu pada keluargamu, bukan?" Jeane berkata perlahan, merasa senasib.

    Sesaat lamanya, Jeane merasa pria itu mulai menutup diri lagi. Tetapii kemudian Antonio tersenyum lagi. Matanya berkilat kilat nakal.

    "Tahukah kau apa yang paling kurasakan sebagai suatu kehilangan?" Antonio berkata dan tertawa, seolah menertawakan dirinya sendiri. "Es krim lengkap dan murni. Kadang kadang aku sampai memimpikannya. Kadang kadang keinginan akan es krim itu demikian kuat sehingga hampir gila aku dibuatnya."

    "Itu bisa berbahaya sekali," kata Jeane dengan tersenyum.

    "Yup," Antonio mengangguk. "Dan rasa kepingin itu makin menjadi jadi sejak kau di sini,"  seakan menyadari ucapannya, Antonio berjalan menjauh, membuat jarak di antara mereka berdua. Kini mereka berada di tengah tengah kawanan kuda itu. "Jadi, kau ini anak tunggal?"

    Jeane enggan membiarkan Antonio berganti topik pembicaraan. "Ya, manja dan cengeng, seperti biasanya anak perempuan keluarga kaya, seperti yang sering dikatakan Edgar."

    "Mungkin maksudnya sebagai gurauan kasih sayang?" Antonio berkata dengan tersenyum.

    "Tidak," Jeane menjawab sambil melihat cincin kawin yang melingkar di jari manisnya. "Ia berkata demikian karena iri hati kukira."

    "Apakah itu sebabnya kau tidak terlalu sedih atas kematiannya?"

    "Edgar sebenarnya lebih terpikat dan menaruh perhatian pada uangku daripada diriku. Ia senang dengan kekuasaan yang diberikan oleh uang itu," Jeane menjawab dengan terus terang.

    "Mengapa kau menceritakan semua ini kepadaku?"

    "Entahlah. Mungkin karena kau juga telah bercerita tentang keluargamu kepadaku. Atau mungkin juga karena aku harus mengatakannya dengan suara keras dan mendengar sendiri apa yang kuucapkan," jawab Jeane. "Mungkin karena aku ingin menjadikanmu sebagai temanku."

    "Mengapa?" desak Antonio.

    "Karena aku mengingatkanmu pada es krim," Jeane menggoda pria itu agar tidak terlalu mendesak dengan pertanyaannya. "Menjadi pentingkah soal mengapanya itu?"

    "Bisa saja," Antonio memandang tajam pada Jeane. "Barangkali kau bermaksud agar aku menuruti semua keinginanmu."

    "Apakah itu mungkin?" Jeane memiringkan kepala, sengaja bersikap provokatif.

    Antonio justru memalingkan mukanya. "Kau punya mesiu di tempat tempat yang tepat."

    Jeane tentu tidak heran kalau Antonio menganggap dirinya menarik.

    Tetapi ada sesuatu yang membuat Jeane berpikir. Walaupun Antonio telah berusaha memutuskan hubungan dengan keluarga dan negerinnya, ia tidak berhasil sepenuhnya. Jeane merasa dirinya merupakan suatu mata rantai pada keluarga Antonio, walaupun Antonio berkeras bahwa tempatnya adalah di persembunyian bersama para gerombolan bandit itu.

    Bagaimana Jeane dapat memperkokoh hubungan itu dan membujuk Antonio agar memindahkan kesetiaannya dari bandit bandit itu kepadanya? Menggunakan sex adalah suatu jawaban, tetapi Jeane merasa jijik dengan cara itu.

    Mereka telah berjalan jalan hingga ke pinggiran tanah berumput itu. Suatu gerakan di sebelah kirinya menarik perhatian Jeane. Seorang anak laki laki kecil berlari lari dengan bertelanjang kaki. Rambut dan matanya hitam, celana yang digunakannya juga terkesan kebesaran.

    Dengan ragu ragu anak itu menundukkan kepala dan menyapa, "Buenos tardes, senora, senor, selamat sore, tuan, nyonya."

    "Buenos tardes," Jeane mengulangi dengan tersenyum.

    Antonio menambahkan salam, kemudian berkata, "Kita telah berjalan jalan cukup jauh, sekarang sebaiknya kita kembali."

    "Apakah banyak anak anak yang tinggal di sini? Aku mendengar suara anak anak yang bermain di luar," Jeane memandang ke arah kelompok rumah rumah gubuk itu, melihat ada gerakan gerakan, tetapi tidak melihat jelas sosok sosok tubuh itu dari kejauhan.

    "Selusin. Atau mungkin juga lebih," Antonio mengangkat bahu.

    Jeane tidak memaksa melanjutkan percakapan itu. Ia tahu bahwa Antonio hanya akan berbicara sampai di situ. Dalam perjalanan kembali ke gubuk utama, Jeane berpikir bahwa ia patut memberi selamat kepada diri sendiri karena telah berhasil membuat Antonio membuka diri sejauh yang telah dilakukannya, walaupun hal itu tidak banyak berfaedah bagi dirinya.

1
Atikah'na Anggit
kok keane...
julius: Barusan sudah diperbaiki kak. thx
julius: waduh... salah ketik. Mohon maaf ya kak? Terima kasih koreksinya, nanti segera diperbaiki 👌
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!