Lie seorang pria dari keluarga kelas menengah harus di usir dari sekte karena bakatnya yang buruk, tidak hanya itu, bahkan keluarganya pun dibantai oleh sebuah sekte besar, dia akhirnya hidup sebatang kara di sebuah desa terpencil. Tanpa sengaja Lie menemukan sebuah warisan dari leluhur keluarga, membuatnya tumbuh menjadi kuat dan mulai mencari siapa yang sudah membantai keluarganya,
akankah Lie berhasil membalaskan dendam keluarganya dan melindungi para orang-orang terdekatnya...
Cerita ini adalah fiksi semata, penuh dengan aksi dan peperangan, disertai tingkah konyol Mc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jurus terkuat
Lie melesat dengan cepat kearah dalam Ngarai, dalam beberapa saat dia pun sudah tiba di dekat pertempuran. Ketiga orang dari sekte Matahari itu terlihat sudah compang-camping, demikian pula dengan kedua serigala yang keadaanya tidak kalah mengenaskan. Melihat Lie tiba dengan selamat dan tidak terdapat luka sedikitpun, membuat ketiganya sangat terkejut.
"Kalian bilang jika kalian berasal dari sekte Matahari, kebetulan sekali." kata Lie dengan nada yang datar, namun ada rasa dendam dari perkataannya.
Dalam keterkejutannya, mereka tidak pernah mengira pemuda itu bisa menghabisi ketiga rekannya di ranah surga menengah dan juga memiliki elemen tanah. Bukankah itu bukti jika orang terkuat adalah bocah di depannya, kejeniusan menentang surga macam apa pikir mereka?
Memikirkan hal itu menjadikan hari mereka perih dan mereka segera berbalik melarikan diri.
"Mau melarikan diri? Jangan harap." desis Lie.
Matanya tiba-tiba menjadi hitam kelam sehitam malam, dan tombak kecil keluar dari cincinnya di sertai empat buah bola mengelilingi.
Di depan orang yang mencoba melarikan diri, ruang setinggi dua meter terbelah. Satu tepat di tengah satu orang dan dua ruang terbelah berbentuk V di depan sang pemimpin.
Karena kecepatan lesatan tubuh mereka, kedua orang itu terlambat untuk menghindar dan akhirnya terbelah menjadi dua. Sementara sang pemimpin terpotong kedua kaki dan tangannya.
Tubuh pemimpin sekte Matahari itu segera terjatuh dan bersimbah darah. Setelah mengeluarkan jurusnya yang belum di beri nama itu, lie kembali berubah normal dan segera berlutut di tanah, memuntahkan darah kental bahkan sudut matanya terlihat ada darah mengalir.
"Aku belum sanggup mengeluarkan serangan itu lebih dari satu serangan pemecah ruang." batinnya sambil mengambil Pil Penyembuh dan pil pengisi Qi.
Sementara Darto yang tadi ingin bergerak mengejar kedua musuhnya terpaku di tempat, dia berkata dengan perasaan takjub. "Serangan apa itu, aku sendiri tak yakin selamat jika terkena serangan itu." batin Darto di tengah keterkejutannya melihat serangan Lie.
Tanpa kuda-kuda, tanpa fluktuasi energi, tanpa aura, namun bisa muncul begitu saja di depan lawan. Bahkan Darto yakin, ranah Dewa saja tak akan mampu bertahan setidaknya luka parah pasti di derita.
Begitu pula dengan sangat Serigala Api, matanya menyiratkan keterkejutan dan perasa lega. Dia pikir jika saat bertarung kemarin Lie menggunakan jurus itu, bukan dirinya saat ini sudah menjadi daging panggang??
"Kau tidak apa-apa, nak? tanya Darto khawatir sesaat setelah dirinya tersadar.
Melihat kondisi Lie yang sedikit terluka dalam dan wajah pucat, rasa khawatirnya pun bertambah.
"Aku tidak apa-apa ayah, ayah sebaiknya mencari informasi siapa saja yang berkomplot ingin mencelakai putri." kata Lie sambil kembali menelan Pil Penyembuh lagi.
"Dan kau teman, minta yang lain membersihkan mayat orang-orang itu, dan kumpulkan tas ruang mereka, juga beri kabar ke perkemahan jika kita sudah aman." pinta Lie pada serigala Api.
setelah beberapa saat Lie mengeluarkan pil Penyembuh sebesar bola tenis untuk kedua serigala itu, sementara Darto bergegas kearah Tetua Sekte Matahari yang sudah tertelungkup bersimbah darah.
Walaupun Lie mempunyai dendam pribadi, namun saat ini dia masih lemah karena banyak menggunakan energi dan kekuatan jiwanya, dan itu sungguh sangat menyiksa dirinya.
Saat ini Lie sedang fokus mengembalikan kondisinya, wajahnya yang pucat telah kembali bersemu merah. Nafasnya dan aliran darah serta Meridian pun semakin lancar.
Lie membuka mata seketika saat merasakan kehadiran Sang ayah menyeret Tetua Sekte Matahari. Sebelum Lie bertanya apapun, beberapa serigala Api datang dan berkumpul di sekitarnya, terlihat luka-luka di tubuh mereka telah kembali pulih.
"Ayah, beruntung kita hanya bersama para serigala ini." ujar Lie sedikit berbisik.
"Memangnya kenapa Nak? Apa ada yang salah?" tanya Darto sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Kalau kita masih bersama rombongan Tuan Putri, aku akan segera membuat lubang dengan elemen tanahku dan segera menanam kepalaku disana." Lie sedikit mendesah tak berdaya saat mengatakan itu.
"Memangnya kenapa? Kau jangan membuat ayah sangat penasaran?" tanya Darto tidak sabaran.
"Karena ayah saat ini terlihat seperti orang gila, pakaian compang-camping, rambut acak-acakan seperti orang yang tidak pernah mandi selama 7 mulud. Hadeeeeww, bagaimana aku punya muka bertemu dengan Tuan Putri." jawab Lie dengan panjang lalu terkekeh.
Seketika Darto tersadar kalau sedari tadi dia sudah di kenai oleh Putranya ini. Keduanya pun tertawa terbahak-bahak.
**
Saat matahari sudah bersinar Lie telah membuka matanya, terlihat udara keruh keluar dari hidung dan mulutnya. Darto segera bergabung dengan Lie yang saat itu tengah mengumpulkan kayu bakar, tak berapa lama api unggun dan daging bakar pun telah siap.
Pemimpin serigala dan kawannya pun membuka matanya, setelah semuanya bersantap, Lie berdiri dan membungkuk kepada para serigala itu.
"Terimakasih atas bantuan kalian, selama hidup aku tidak akan melupakan kebaikan ini." kata Lie kepada semua kawanan serigala itu, dia kemudian melanjutkan. "Mulai saat ini kalian bebas kembali, dan maaf bila sudah merepotkan kalian."
Lie mengeluarkan berbagai inti binatang LV 7 dan 8 dari cincin penyimpanan. Lalu kembali berkata. "Aku ada sedikit hadiah untuk kalian semua, semoga kalian bisa meningkatkan ranah kalian."
Para serigala itu melolong, suaranya menggetarkan bumi. Mereka seakan merayakan kemenangan pertarungan mereka dan bersuka cita, karena tidak ada satupun dari mereka yang terbunuh.
"Dan untukmu teman, ini hadiah dariku." ucap Lie sambil mendekat ke arah pemimpin serigala, lalu mengeluarkan sebuah inti berwarna emas milik harimau emas yang dibunuhnya waktu itu.
Serigala itu menggeram sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak mengambil inti itu, dia hanya menatap Lie di depannya.
Serigala di sebelah sang pemimpin mendorongkan moncongnya ke tubuh Lie, seakan menyuruh Lie untuk lebih mendekat ke arah moncongnya.
Lie yang tak mengerti maksud dari serigala itu, menatap kearah pemimpin serigala yang juga menggerakkan kepalanya ke suatu arah. Lie melihat kearah yang sama dan dia melihat banyak tas ruang, tergelatak di dekat kawanan yang lain.
"Terimakasih atas kerjasama kalian teman." kata Lie yang di balas Geraman kawanan itu.
Lie pun bergerak kearah tumpukan Tas ruang penyimpanan dan segera menarik mereka ke cincin penyimpanannya.
"Aku akan menunggu rombongan di mulut ngarai, kalian semua bebas kemanapun, maaf telah menyeret kalian dalam keadaan seperti ini." kata Lie lagi, sambil sedikit membungkukkan badannya.
Lalu dia Lie dan Darto segera bergerak dengan langkah Naga Kegelapannya pergi ke mulut ngarai. Para serigala Api itu memandangi Lie yang bergerak menjauh, sang pemimpin segera mengambil inti Emas yang tergeletak di tanah dan menelannya.
Para serigala yang lainnya ikut menelan semua inti binatang yang di berikan oleh Lie, namun mereka tidak langsung memurnikan melainkan menyimpan di dekat inti mereka. Pemimpin itu menggeram kearah kawannya, dia melihat kearah mereka dengan tatapan tajam.
Mereka melihat kearah Lie yang pergi menjauh kemudian mengangguk, sang pemimpin menggeram kembali kemudian merebahkan tubuhnya, tak lama para serigala yang lain pun ikut merebahkan tubuh mereka.