NovelToon NovelToon
Transmigrasi Negeri Duyung

Transmigrasi Negeri Duyung

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / TimeTravel / Romansa Fantasi / Time Travel / Kebangkitan pecundang / Fantasi Wanita
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Fantasi

Xaviera marcella, Remaja usia 17 tahun harus menerima nasib yang buruk. di mana dia tinggal di panti asuhan, selalu dibully dan dijauhi. ia tumbuh menjadi gadis yang pendiam. suatu hari, ia bermimpi bertemu dengan gadis cantik yang meminta pertolongan padanya. itu berlangsung sampai beberapa hari. di saat ia sedang mencari tahu, tiba-tiba kalung permata biru peninggalan ibunya menyala dan membawanya masuk ke sebuah dimensi dan ia pun terhempas di jaman peradaban. hari demi hari ia lalui, hingga ia bertemu dengan gadis yang ada di mimpinya. ternyata gadis tersebut merupakan seorang putri dari negeri duyung. ia pun dijadikan pengawal utama untuk melindungi putri duyung itu.

gimana kisah selanjutnya? akankah Xaviera mampu menjaga putri duyung itu? ikuti kisah selanjutnya hanya di sini🥰
NO PLAGIAT!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berhasil berlatih pedang

Xaviera menjelaskan tentang alur mimpi yang pernah ia alami. Anvi sangat terkejut mendengar kejadian seperti itu. begitupun Debbara yang masihmenjadi pendengar cerita yang Xaviera lontarkan. ia juga mengungkapkan bahwa John bertekad menghabisinya sebab merasa sakit hati sebab ditolak cintanya dan juga atas hinaannya. Debbara masih mengingat kejadian John meminta dirinya untuk menjadi pendamping hidupnya namun ia membalas dengan ucapan yang tidak mengenakan.

"Apakah benar seperti itu? kejadian kemarin? yang kamu lihat kami berdua dibuat mati olehnya?" tanya Anvi.

"Betul nona Anvi, kau kalah dengan orang itu dan tuan putripun kalah dengan kecepatan pria itu dengan menebas jantungmu."

"Tidak mungkin, bagaimana mungkin aku dikalahkan dengan John? aku memiliki kekuatan yang besar dan tidak akan pernah terkalahkan. kau jangan mengarang cerita!" ucap Debbara kesal.

"Terserah tuan putri ingin percaya atau tidak, tapi kuyakin orang itu kan terus mengincarmu. sampai tujuannya tercapai, ia akan terus mengganggumu tuan putri."

Mereka berdua tampak terdiam, baik Anvi dan tuan putri sama-sama terheran dengan apa yang sudah dikatakan Xaviera. namun mereka pun sedikit menyadari jika terdapat hal aneh ketika kedatangan Xaviera. seolah orang ini adalah benar-benar berasal dari ramalan itu yang datang untuk menghapus kegelapan dan menyinari kehidupan. apakah benar seperti itu?

"Lalu apa yang harus kita lakukan jika John kembali ke sini?"

"Aku sudah membuat perisai biru mengelilingi istanamu. menurut data yang kubaca, perisai biru tidak akan membiarkan kekuatan jahat masuk ke dalamnya. bahkan yang kekuatan tingkat tinggi pun tidak akan bisa masuk untuk mencelakaimu."

"Perisai biru?" batinnya terkejut. Debbara membulatkan matanya ketika gadis itu benar-benar mampu mengeluarkan perisai biru. ia pun menggunakan sihirnya unuk melihat perisai dan benar saja, ia melihat ada sebuah cahaya biru yang mengelilingi istananya saja tidak termasuk halaman. Bagaimana gadis biasa seperti dia bisa mengeluarkan perisai kuat ini? bahkan dirinya pun masih belum menguasai perisai itu.

"Baiklah tuan putri, nona Anvi.. sepertinya kita bertiga harus bekerja sama untuk masalah ini. tuan putri, bolehkah aku menjadi bagian dari istanamu? aku hanya ingin melindungimu."

Debbara pun terdiam, mengingat kekuatan besar yang dikeluarkan John memang sangat berbahaya. jika bukan Xaviera yang mengimbangi maka dirinya bisa hancur. ia sudah memiliki janji pada ibunya agar tetap hidup sampai ia bisa kembali ke tempat asalnya. melihat wajah  keteguhan Xaviera membuatnya sangat yakin jika gadis ini sangat bersungguh-sungguh dengan ucapannya. ia pun akhirnya mengangguk untuk menerimanya sebagai bagian dari istana.

"Baiklah, aku akan menerimamu sebagai bagian dari istana."

Anvi pun nampak mengulas senyumnya sebab Debbara sudah tidak berpikir buruk soal gadis itu. "Ya, kita juga harus kerja sama dalam menangani hal ini. jangan sampai pria itu berani mendekatimu lagi tuan putri. akanku buat dia seperti kucing yang takut tersiram air hahahaha.."

"Hahaha, aku setuju nona anvi.."

Debbara hanya mengulas senyum tipis saat mendengar candaan mereka, "Ya sudah, kamu dipersilakan latihan kembali. persiapkan fisikmu untuk melawan kejahatan." ucap Debbara pada Xaviera. dengan tubuh tegap dan hormat ditangannya, ia menyanggupi ucapan Debbara tersebut. "Baik, tuan putri."

Karena tidak terbiasa melihat gaya Xaviera memberinya hormat, ia hanya bergeleng kepala lalu mengajak Anvi untuk pergi bersamanya. setelah kepergian Debbara dan Anvi membuat Xaviera meloncat-loncatkan tubuhnya sebab ia sudah diterima ke dalam bagian istana tersebut.

"Aku mungkin bisa memasuki ruangan khusus tuan putri, dan menemukan informasi soal permata biru itu, ahahaha... sudah-sudah, aku harus latihan pedang lagi. akhh.. kali ini harus berhasil."

ia pun kembali mengambil pedang yang sejak tadi masih tertidur dialasi tanah. lalu Xaviera kembali menggerakkan pedang sesuai dengan intruksi buku. dengan perlahan dan hati-hati, ia mengikuti arahan tersebut dan kali ini ia bisa mengimbangi antara pedang dan tubuhnya. kecepatan gerakannya mulai ditambah, ia mulai berhasil menggerakkan pedang tersebut dan tidak terjatuh. lalu ia mengarahkan pedangnya pada sebuah kayu untuk membelahnya.

Hiaaaattttssss..

Sreenggg...

***

Debbara terduduk di kursi kebesarannya, terlihat Anvi setia mendampinginya dan memberikannya minuman hangat karena cuaca di sini lumayan berangin. wanita cantik itu masih terngiang dengan yang diucapkan Xaviera padanya terlebih dapa John. ia kembali memutar memori tentang pertarungan hebat yang akan menewaskan Anvi. dan ia juga mengingat kalimat terakhir John yang mengatakan akan membalas kekalahannya.

Anvi melihat tuannya terdiam seusai bertemu dengan Xaviera, "Tuanku, apa ada yang anda pikirkan? soal Xaviera?"

Mendengar itu, Debbara pun mengangguk. Anvi pun mulai bersuara kembali. "Gadis itu, hamba sangat yakin dia baik tuan. aku sudah berinteraksi dengannya semenjak awal dia di sini. kurasa yang dikatakan gadis itu ada benarnya. John itu sangat berbahaya dan kita hanya berdua. Cara bertarung John pun tidak mengandalkan mantra saja melainkan kekuatan fisik. adanya Xaviera di sini bisa menambah kekuatan istana ini tuanku. dia sangat berbakat dan cerdas, hamba yakin, dialah orangnya."

"Hmmm..." ia pun berdiri dari bangkunya lalu melangkah pada jendela yang sudah terbuka. ia melihat Xaviera yang sudah mulai menguasai teknik pedang. bahkan balok-balok di dekatnya sudah terbelah dan itu pasti karena ulahnya. "Kamu benar Anvi, kali ini aku akan menerima kalangan bawah untuk menjadi bagianku. aku tidak mau mati konyol di sini. baguslah ada umpan yang lebih segar daripada aku."

Anvi hanya bisa bergeleng ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut tuannya. ya, memang sudah menjadi wataknya Debbara seperti itu. omongannya memang membuat orang lain terkadang merasa sakit hati. tapiAnvi yang sudah kebal hanya bisa pasrah dan menghela nafas saja agar tidak terkena rasa sakit omongan tuannya itu.

***

Kembali pada Xaviera, Kini ia mulai bisa menguasai teknik dasar dan menengah berpedang. ia pun sudah bisa mengkolaborasikan bela dirinya dengan ilmu pedangnya. ia pun beristirahat sejenak untuk membaca buku teknik berpedangnya. namun ada satu masalah yang membuatnya tidak fokus. gemuruh dalam perunya sudah terdengar, tanda ia lapar. sudah siang hari tapi ia belum makan apapun. ia segera menghentikan bacaannya lalu berlari mencari makanan.

Karena tidak terlalu tahu soal tempat istana itu, ia hanya mengikuti jalan pikirannya. menyusuri area lorong untuk mencari dapur. lalu, ia mencium bau masakan yang sangat semerbak. Xaviera mulai meresapi bau tersebut dengan hidungnya. "Hemmm enak sekali," iapun mengikuti aroma masakan tersebut sampai ia bisa sampai ke dalam istana dengan masuk lewat pintu belakang. bau makanan semakin kuat, ia pun terus berjalan mencari sumber bau itu. ketika ia belok ke kiri, ia melihat sebuah tempat yang mirip dengan dapr, dan di sana Anvi sedang mengolah makanan dengan menggunakan sihirnya.

"Waaawww.. Nona Anvi, kamu pakai sihir untuk memasak?" ujarnya ketika masuk ke dalam dapur.

Anvi yang mendengar suara Xaviera di dekatnya mulai menoleh. ia tersenyum ketika melihat gadis itu ada di dapur. "Ya begitulah.. sihir atau mantra bagi kami itu merupakan hal yang biasa. kami menggunakannya untuk menjalani kehidupan setiap harinya."

Hidung Xaviera terus mengendus bau makanan yang dibuat oleh Anvi, "Baunya sangat enak, apakah aku boleh memakannya? nona Anvi, aku pun lapar.."

"Baiklah, nanti akanku siapkan untukmu ya.. tapi, aku akan mengantarkan makanan dulu untuk tuan putri."

"Baik nona Anvi."

Anvi pun menyiapkan mangkuk, cangkir dan alat maan lainnya ke dalam satu nampan lalu semua itu sudah terisi oleh masing-masing fungsinya. setelah itu, Anvi mengantarkan makanan tersebut pada tuan putri. Xaviera pun sudah tidak sabar untuk memakan makanan itu. tapi saat ia hendak mengambil makanan, tiba-tiba tubuhnya menegang diiringi permata di kalungnya kembali menyala.

"Aduh, kenapa lagi ini?! eh.. eh.. haaa..."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!