Sudah tahu tak akan pernah bisa bersatu, tapi masih menjalin kisah yang salah. Itulah yang dilakukan oleh Rafandra Ardana Wiguna dengan Lyora Angelica.
Di tengah rasa yang belum menemukan jalan keluar karena sebuah perbedaan yang tak bisa disatukan, yakni iman. Sebuah kejutan Rafandra Ardana Wiguna dapatkan. Dia menyaksikan perempuan yang amat dia kenal berdiri di altar pernikahan. Padahal, baru tadi pagi mereka berpelukan.
Di tengah kepedihan yang menyelimuti, air mata tak terasa meniti. Tetiba sapu tangan karakter lucu disodori. Senyum dari seorang perempuan yang tak Rafandra kenali menyapanya dengan penuh arti.
"Air mata adalah deskripsi kesakitan luar biasa yang tak bisa diucapkan dengan kata."
Siapakah perempuan itu? Apakah dia yang nantinya akan bisa menghapus air mata Rafandra? Atau Lyora akan kembali kepada Rafandra dengan iman serta amin yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Memprovokasi
Talia semakin terdiam setelah mendengar semuanya. Sedih, sakit, kecewa sudah menyatu. Tangan Rafandra pun tak pernah melepaskan genggaman tangannya pada Talia. Sama halnya dengan Varsha yang hanya bisa menahan amarahnya.
Suara seseorang membuat mereka menoleh. Dokter juga perawat lelaki mengangguk sopan kepada polisi juga Christian. Talia menatap ke arah Rafandra yang hanya tersenyum.
"Tepat di hari ini pasien melakukan operasi. Satu jam setelah operasi, dia meminta untuk langsung terbang ke Jakarta di mana ada hal penting yang harus dia selesaikan. Padahal, pasien masih harus recovery." Talia terkejut mendengar penjelasan dokter.
Dia mulai menatap ke arah Rafandra yang malah tersenyum ke arahnya.
"Para singa aja pada ngamuk," timpal Gyan. "Makanya tuh hape Gy lempar ke kepala si Yudha biar rusak. Soalnya Gy capek diteror sama mereka." Christian tertawa mendengarnya. Sedari kecil selalu ada gebrakan dari seorang Tuan si tukang tantrum.
"Semuanya sudah kamu ketahui. Sekarang, waktunya kamu mengistirahatkan pikiran yang dipenuhi fakta baru yang tak kamu sangkakan." Kalimat lembut itu membuat Talia menjadi anak kucing yang patuh.
"Varsha, jaga Talia." Adik lelaki Talia pun mengangguk. "Sopir akan mengantar kalian sampai rumah."
Varsha tercengang. Effort seorang Rafandra Ardana Wiguna ternyata tak main-main. Begitu besar untuk sang kakak. Apalagi dia melihat sendiri Rafandra tak beranjak dari sisi Talia barang sedikitpun. Menemani kakaknya dan terus mencoba menenangkan Talia dengan caranya.
.
Kembali bekerja dengan pikiran yang terus berkelana. Masih berada di dalam ketidakpercayaan. Sang adik mengirimkan pesan jikalau Yudha ingin bertemu mereka di kantor polisi. Talia hanya menghembuskan napas kasar.
"Mau enggak, Kak?"
"Jangan bilang ke Pak Rafandra tapinya."
Bukan dia ingin menutupi, tapi dia ingin tahu pembelaan apa yang akan Yudha sampaikan. Dia hanya ingin mendengar lelaki itu berkata lantang karena jika Rafandra ikut datang sudah pasti kepercayaan dirinya menghilang.
Ba'da Maghrib Talia juga Varsha sudah datang di kantor polisi. Yudha serta kedua orang tuanya juga dua pengacara sudah menunggu mereka. Ekspresi Talia hanya datar saja.
"Tata, aku tahu semalam pengacara itu sudah menjelaskan semuanya. Tapi, tidak semua yang dia katakan benar." Yudha mulai membuka pembicaraan.
"Benar, Talia. Om mengendus jika yang melaporkan perusahaan kita adalah Pak Restu yang tak lain omnya Rafandra."
Perusahaan kita katanya? Begitulah kalimat yang ada di benak Varsha. Adik kakak itu masih terdiam dan mendengarkan penjelasan versi mereka. Di mana semua kejelekan serta keburukan perusahaan Restu Ranendra dibongkar. Bukan hanya itu, RAP corporate ikut dijelekkan dan terakhir Wiguna Grup pun ikut dibuka keburukannya. Talia hanya tersenyum kecil mendengar penjelasan bergantian seperti settingan.
"Saya sudah hafal bagaimanapun liciknya perusahaan besar itu. Dia melaporkan saya karena dia ingin menguasai perusahaan ini," tukas Ardito. Berharap Talia percaya dengan apa yang dikatakan.
"Perusahaan Pak Restu besar karena dia banyak mengakui sisi perusahaan kecil yang sengaja diajak kerjasama. Lalu, dia laporkan dan akhirnya perusahaan itu jadi miliknya. Licik banget dia itu, Ta." Yudha ikut menegaskan.
"Kalau dia licik, kenapa kalian malah berkoar kepada kami yang sangat awam? Kenapa tak kalian laporkan?" Pertanyaan Talia menjadi boomerang untuk keluarga Yudha.
"Power dia kuat, Ta. Aku dan papa gak bisa melawan mereka."
"Masa pencuri kalah sama penipu," celetuk Varsha dan langsung menampar mereka yang tengah memprovokasi.
Suasana mendadak hening. Mereka seperti sudah kehilangan ide dan cara untuk meyakinkan Talia juga Varsha.
"Talia, apa kamu ikhlas perusahaan yang sudah ayah kamu rintis dikuasai oleh mereka yang curang?" Ibu Yuna pun angkat bicara.
"Loh? Bukannya dari dulu perusahaan ayah saya udah dikuasai orang curang, ya?" sindir Talia dan membuat ibu Yuna membeku.
"Jika, perusahaan ayah saya diakuisisi oleh perusahaan besar sekelas Wiguna Grup saya malah lebih ikhlas dibandingkan diakui oleh manusia-manusia munafik," tekannya dengan mata yang menatap tajam kelima orang itu.
Mereka terus mengatakan jikalau keluarga Rafandra hanya memanfaatkannya karena mereka tahu jikalau Talia bukan anak orang susah dan ingin merebut perusahaan ayahnya. Banyak kata-kata buruk yang terlontar untuk perusahaan keluasa Rafandra.
"Coba, buka mata kamu, Ta," pinta Yudha.
"Buka mata? Justru ketika aku mengenal Pak Rafandra, mata dan hati aku terbuka sangat lebar. Di mana aku bisa melihat manusia galak, tapi berhati malaikat. Dan manusia baik, tapi aslinya iblis jahat. Seperti Papa kamu!"
"TATA!!" Tangan Yudha sudah mulai terangkat karena tak terima dengan apa yang dikatakan Talia.
"Seinchi saja kamu menyentuh Talia. Saya pastikan kamu akan ikut membusuk di dalam sel tikus." Suara dari arah pintu terdengar sangat jelas.
Rafandra datang tidak sendiri melainkan dengan tiga orang pria yang sudah ada di belakangnya. Papi Restu, Papi Rangga juga Mas Agha.
"Tak akan saya biarkan orang yang saya sayangi terluka atas kejahatan kalian karena saya akan melindungi dua wanita yang saya sayang sampai titik darah penghabisan. Dan lebih baik saya yang terluka atas ulah kalian, wahai PAK ARDITO dan IBU YUNA!"
...*** BERSAMBUNG ***...
Setelah membaca budayakan tinggalkan komentar Supaya semangat terus up-nya.
c Lily..Lily....
awas bikin rencana ngancurin hubungan mereka
nael ujian mu seumur hidup bareng si liliput sabar yaa nael🤭