Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Andreas yang bernasib menyedihkan selama bersama keluarganya sendiri.
Setelah ibunya dan kakak pertamanya membawanya pulang ke rumahnya, alih-alih mendapat kasih sayang dari keluarganya, malah dia mendapat hinaan serta penindasan dari mereka.
Malah yang mendapat kasih sayang sepenuhnya adalah kakak angkatnya.
Akhir dari penindasan mereka berujung pada kematiannya yang tragis akibat diracun oleh kakak angkatnya.
Namun ternyata dia mempunyai kesempatan kedua untuk hidup. Maka dengan kehidupan keduanya itu dia gunakan sebaik-baiknya untuk balas dendam terhadap orang-orang yang menindasnya.
Nah, bagaimanakah kisah selengkapnya tentang kisah pemuda yang tertindas?
Silahkan ikuti terus novel PEMBALASAN PUTRA KANDUNG YANG TERTINDAS!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPKYT 034. Stephanie Mencari Kamar Andreas
Stephanie sungguh tidak menyangka, setelah meninggalkan keluarga Grayden, Andreas malah mendapatkan penghidupan yang jauh lebih layak.
Sungguh Stephanie tidak menyangka Andreas sudah memiliki mobil. Dia tahu mobil yang dikendarai Andreas tadi adalah termasuk mobil sedan mewah.
Kejap berikut, Stephanie menghela napas berat belum lama wujud mobil Andreas hilang dalam pandangannya.
Lalu dia berbalik terus melangkah hendak masuk ke dalam rumahnya. Tak ada minat lagi untuk masuk ke dalam gedung Aula Keluarga Grayden.
Apa yang terjadi malam ini sepertinya tidak akan pernah dia lupakan. Dan orang-orang yang telah mengalami kejadian itu juga sepertinya tidak akan pernah melupakan.
Apalagi peristiwa itu bertepatan dengan acara pertemuan keluarga Grayden yang sekaligus perayaan kelulusan putra kesayangan Hendrick Grayden yang telah lulus kuliah di luar negeri.
Kejadian hebat yang dilakukan Andreas masih terngiang-ngiang dalam pikirannya. Andreas telah resmi putus hubungan keluarga dengan keluarga Grayden.
Seakan dia telah mengumumkan keputusan itu di dalam pertemuan keluarga Grayden di gedung Aula Keluarga Grayden. Keputusannya dia kukuhkan dengan surat pernyataan resmi yang dibuat sendiri.
Yang lebih menghebohkan lagi, ternyata surat pernyataan itu ikut tertera pula tanda tangan Hendrick Grayden. Padahal orang tua sombong itu tidak menandatangani.
Sungguh orang-orang telah meremehkan kemampuan Andreas. Akan tetapi kemampuan pemuda yang kini jadi pemberani itu membuat orang-orang tercengang-cengang.
Stephanie terus saja melangkah tanpa henti seiring benaknya yang terus memikirkan semua ucapan Andreas yang menurutnya aneh.
Hingga sekarang benaknya belum habis memikirkan tentang prilaku Andreas yang tiba-tiba berubah aneh. Dulu pemuda itu begitu penakut bahkan menentang tatapan papanya saja tidak berani.
Sekarang tiba-tiba Andreas amat berani terhadap siapa pun tanpa kenal takut. Bahkan bukan cuma menentang tatapan papanya dia berani, tatapan semua orang pun dia lawan tanpa gentar.
Termasuk yang terus mengganggu dalam benak Stephanie sekarang ini, ada apa antara Andreas dengan Leonard sebenarnya? Kenapa pemuda itu begitu menyalahkan kakaknya? Padahal Leonard selalu berbuat baik kepadanya dan selalu mengalah.
Ada apa sebenarnya? Adakah hal hebat yang terjadi di antara mereka berdua yang orang lain belum ketahui?
Atau... Leonard memang pernah menganiaya Andreas, sehingga membuat Andreas dendam kepada kakaknya itu? Itulah makanya kenapa Andreas menganggap Leonard bukan orang baik.
Tapi rasanya terlalu pagi untuk berpikir ke arah situ. Mengingat, Leonard begitu baik, dan terlalu jahat orang-orang kalau menganggap dia bukan orang baik.
Dan anggapan yang masih membayang dalam benar Stephanie bahwa bisa saja Andreas iri terhadap kehebatan dan kesuksesan yang diraih oleh Leonard.
Sehingga Andreas berusaha menjatuhkan harga diri Leonard dengan mengatakan kepada orang-orang kalau Leonard bukan orang baik. Begitu pikiran naif Stephanie.
Apakah begitu, pikir Stephanie seolah membantah pikirannya sendiri.
Tapi ah sudahlah! Nanti Stephanie akan mencari tahu. Karena di satu sisi menurutnya kalau Andreas sampai menuduh Leonard bukan orang baik pasti punya alasan. Entah apa, Stephanie belum terlalu memikirkannya.
★☆★☆
Stephanie terus melangkah, memasuki rumahnya yang luas dan besar itu. Melintasi ruang tamu yang luas menuju ruang tengah.
Semenjak dia perduli terhadap Andreas dan akan berbuat baik kepadanya, pikirannya jadi terusik ingin tahu tentang kehidupan Andreas saat tinggal di rumah ini. Dulunya boleh dibilang dia tidak perduli tentang kehidupan Andreas seperti apa.
Dan karena memikirkan tentang Andreas itu, dia jadi teringat kalau sekitar 3 bulan yang lalu Andreas pernah bertanya tentang perihal ulang tahunnya, mau diberikan apa, Andreas bersedia memenuhi.
Sebenarnya Stephanie waktu itu sedikit tersentuh juga Andreas mau memberikan hadiah ulang tahun kepadanya. Maka dengan secara asal saja dia mengatakan kalau dia ingin lukisan dirinya yang mengenakan gaun pengantin.
Dia menambahkan kalau dia ingin dilukis dengan wajah yang amat cantik dan gaun pengantin yang dia kenakan adalah gaun pengantin yang terbaik dan terindah.
Dengan masih berpikir kalau Andreas tidak bisa berbuat apa-apa waktu itu, apalagi melukis, suatu pekerjaan yang tidak mudah.
Maka, di samping selalu mengabaikan Andreas, seolah tidak ingin mengetahui tentang kehidupan Andreas, ditambah anggapan kalau Andreas tidak mahir dalam melukis, jadilah dia seperti melupakan tentang hadiah Andreas itu.
Barulah sekarang dia teringat kembali tentang hal itu dan penasaran ingin melihat apakah Andreas sudah membuatkan hadiah yang diminta itu? Atau malah Andreas tidak sanggup membuatkannya.
Kebetulan saat sudah memasuki ruang tengah Stephanie bertemu dengan Bibi Sarah. Maka tanpa banyak pikir dia langsung bertanya kepada kepala maid itu.
"Bibi Sarah, di mana kamar Andre? Kamu pasti tahu 'kan?"
Bibi Sarah tidak lantas menjawab pertanyaan aneh dari nona pertama itu. Wanita paruh baya itu malah terkejut sambil menatap heran pada Stephanie. Tapi kejap berikut air mukanya langsung berubah sedih sambil tertunduk dalam.
"Kenapa, Bibi?" tanya Stephanie heran juga melihat perubahan pada maid yang baik hati itu. "Ada apa denganmu? Kenapa kamu kayak sedih gitu?"
"Sa-saya hanya kaget saja tiba-tiba nona pertama bertanya tentang Tuan Muda Andre...," sahut Bibi Sarah bernada semakin sedih.
"...setelah sekian lama berlalu," lanjutnya dengan suara agak pelan seakan menekan kesedihannya.
"Apa kamu tahu banyak tentang kehidupan Andre, Bibi?" tanya Stephanie ingin tahu. "Sehingga kamu sepertinya amat bersedih dengan kepergian dirinya...."
"Ya, saya amat tahu tentang kehidupan Tuan Muda Andre, Nona Stephy," sahut Bibi Sarah mengakui dengan pasti. "Tuan Muda sudah menganggap saya seperti ibunya sendiri...."
"Dia yang seorang tuan muda di rumah ini," lanjut Bibi Sarah semakin sedih nada suaranya, "tapi kedudukannya tidak seperti seorang tuan muda...."
"Kami para maid seolah-olah lebih tinggi derajatnya dari pada Tuan Muda Andre," perasaan Bibi Sarah semakin bersedih saat mengucapkan kalimat itu.
Sepasang matanya kini sudah berkaca-kaca, kepalanya makin tertunduk dalam kesedihan.
Stephanie termenung sedih mendengar semua penuturan Bibi Sarah. Apa yang dikatakan Bibi Sarah tidak dia sangkal. Kedudukan Andreas memang benar-benar direndahkan di keluarga Grayden.
Bahkan papanya, Hendrick Grayden belum mengakuinya sebagai anak di depan public. Hingga akhirnya Andreas mengeluarkan dirinya dari leluhur Grayden, padahal Hendrick Grayden belum mencatatnya sebagai anak di mata hukum.
Sungguh miris!
"Rumah sebesar dan seluas ini," Bibi Sarah terus saja bertutur seolah tanpa sungkan dan seolah tidak takut dihukum, "tapi Tuan Muda Andre tinggal di tempat yang kami para maid saja lebih baik dan lebih layak dari pada tempat tinggalnya...."
"Apa maksud ucapanmu, Bibi?" tanya Stephanie terkejut tidak mengerti.
Tidak pernah terpikirkan olehnya kalau Andre tinggal ditempat yang tidak layak. Rumah sebesar ini tidak mungkin dia tinggal di situ. Pastinya dia tinggal di tempat atau di kamar yang bagus dan layak.
Tapi....
"Bukankah Anda bertanya di mana kamar Tuan Muda Andre, Nona Stephy?" tanya Bibi Sarah seakan mengingatkan.
"Ya, aku memang ingin tahu di mana Andre tinggal selama ini," sahut Stephanie bersungguh-sungguh dalam suasana hatinya yang sedih.
"Kalau begitu mari ikut saya, Nona Pertama! Saya akan mengantarkan Anda ke kamar Tuan Muda Andre!"
Setelah itu kedua wanita berbeda usia dan status itu beranjak meninggalkan ruang tengah menuju kamar Andreas.
★☆★☆★