Menjadi seorang indigo, bukanlah hal yang di inginkan oleh gadis cantik bernama Lilis Yuliani karena setiap hari ia harus bersinggungan dengan hal yang gaib dan ia tidak bisa menolaknya.
Sosok-sosok itu selalu mengikuti untuk meminta pertolongan ataupun hanya sekedar mengganggu pada Lilis sampai suatu hari ketika ia sedang berjualan bakso bertemu dengan arwah pria tampan namun menyebalkan.
Siapakah arwah itu?????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Ingin Di Maafkan
Malam harinya Bara datang ke rumah Azkara. Ia tahu dari Mbak Sri bahwa kini Lilis sudah pindah dari kontrakannya ke rumah Azkara.
Bek rumah itu Bara tekan, dan tak lama Bahar keluar.
"Asalamualaikum Pak" sapa Bara.
"Waalaikumsalam, Mas Bara!! balas Bahar.
" Kapan pindah kemari, Pak? Maaf saya tidak bisa membantu pindahannya" ucap Bara tak enak hati.
"Siang Bapak dan Lilis pindah kemari. Tak apa Mas Bara, lagipula kami tidak membawa barang-barang yang banyak" balas Bahar.
"Lilis nya ada? " tanya Bara sekedar basa-basi karena sejatinya ia sudah tahu bahwa Lilis ada di rumah ini.
"Ada dong Mas, ayo masuk" balas Bahar.
Bara pun masuk, terlihat Lilis sedang duduk di karpet bulu mengerjakan sesuatu pada laptopnya.
Grep!!!
Bara langsung memeluknya.
"Coba tebak aku siapa?? " kelakar Bara.
"Udah ketebak sih" balas Lilis.
Bara kemudian melepaskan pelukannya dan duduk di sebelah Lilis.
"Tugas apa Yang? " tanya Bara.
"Biasa lagi nyicil skripsi. Oh ya, kamu tahu darimana aku pindah? " tanya Lilis.
"Dari Mbak Sri" jawab Bara.
"Cie udah jadi bestian nih ceritanya? " tanya Lilis sembari terkekeh.
"Gak gitu juga Yang, dia tuh kadang muncul sendiri, ngilang sendiri pokoknya Ngak jelas" jawab Bara.
"Namanya juga demit, Yang" balas Lilis tanpa sadar sudah memanggil Bara dengan sebutan sayang.
"Coba panggil sekali lagi" pinta Bara.
"Apaan sih" Lilis menjadi malu.
"Panggil apa barusan?? " desak Bara.
"Sayang" ucap Lilis dengan pelan.
"Yang keras" Bara semakin mendesak.
"Sa-yang" ucap Lilis sedikit keras.
mendengar itu Bara celingak celinguk takut ada Bahar dan ternyata aman karena Bahar sedang mengajar ngaji Azkara di kamarnya.
Cup!!
Seperti biasa Bara mencium Lilis namun hanya cium pipi saja.
"Ikh kebiasaan deh cium terus" ucap Lilis sedikit kesal.
"Gemes tahu Yang" balas Bara sembari cengengesan.
"Bisa lihat gak aktifitas dirumah ini? " tanya Lilis.
Bara mengangguk, dan sedetik kemudian ia ingat bahwa dirinya pernah berjanji kepada sosok wewe gombel di gudang untuk membebaskannya.
"Ayo ikut aku, bahaya di rumah ini kan ada anak kecil, kita harus segera keluarkan makhluk itu" ungkap Bara.
"Makhluk apa? " tanya Lilis.
"Ternyata istrinya Pandu itu memakai penjaga sosok wewe gombel di rumah ini, dukunnya menyimpannya di gudang. Jika sampai Azkara masuk gudang maka itu akan bahaya. Kamu tahu kan kalau makhluk itu menyukai anak kecil" papar Bara.
"Kamu bener, kita harus melepaskan secepatnya" balas Lilis namun ia bingung bagaimana melepaskan makluk itu karena ia hanya seorang indigo tanpa ilmu kebatinan.
Teng tong!!!!
Suara bell berbunyi.
"Ayo kita lihat" ajak Lilis.
Lilis dan Bara pun berjalan ke depan. Betapa Lilis terkejut karena ia melihat kakek misterius yang waktu itu datang kerumah ini.
Lilis dan Bara segera menemuinya.
"Kakek! " ucap Lilis.
"Lemparkan dia baru krikil ini satu di depan rumah dan satunya di belakang. Rumah ini panas karena terikat sihir dukun dan cepat bebaskan wewe gombel itu, biarlah dia menemukan tempatnya karena disini bukan tempatnya" ucapnya.
Lilis menerima pemberian dua kerikil kecil dari tangan kakek itu, dan bungkusan kecil.
"Bungkusan ini kalian berikan kepada wewe gombel sebagai bekal" pesan sang kakek.
Lilis mengangguk paham.
"Kek ayo mampir dulu, kita makan" ajak Lilis namun sang kakek menggelengkan kepalanya.
"Hatur nuhun Neng, Aki pamit" balasnya lalu pergi.
Lilis dan Bara saling pandang namun mereka cepat-cepat melakukan perintah dari si kakek.
Lilis melemparkan satu batu kecil di depan rumah, tak lama terdengar suara dentuman sangat keras di susul percikan api.
"Astagfirullah" pekik Lilis.
Ia lalu melemparkan lagi batu kerikil di belakang rumah dan hal yang sama terjadi lagi.
Rumah itu kini sudah bebas dari belenggu gaib, tak lama sosok menyeramkan terlihat merayap dari atas atap rumah..
"Hihihihi.. Bebas" ucapnya sembari tertawa.
"Itu dia Yang, dia yang diam di gudang selama ini" tunjuk Bara.
"Serem amat" ucap Lilis sembari bergidik apalagi melihat buah dadanya yang besar dan panjang menjuntai sampai kakinya.
Sosok itu merayap lalu mendekati Bara dan Lilis.
"Hihihi....... " wewe gombel itu tertawa.
"Ini untuk mu" Lilis menyerahkan bungkusan yang tadi di berikan oleh si kakek.
Wewe gombel itu langsung menerimanya lalu membuka bungkusan itu yang ternyata terdapat boneka kecil dan alat untuk menyuruh.
"Kamu pergi ya, tempatmu bukan disini" perintah Bara.
"Hihihi.." balasnya hanya tertawa.
Sosok itu lalu pergi dan menghilang dari tempat itu.
Lilis dan Bara merasa tenang, ketika ia berjalan hendak masuk kedalam rumah, mereka di kejutkan dengan seseorang yang berdiri di depan pagar rumahnya.
"Bara dia siapa? " tanya Lilis.
"Mana aku tahu" balas Bara.
Orang yang berdiri di depan gerbang itu adalah seorang wanita tua menatap dengan tatapan kosong.
"Nek, sedang apa disini? " tanya Lilis.
mendengar Lilis bertanya kepadanya Nenek itu terkejut luar biasa.
Tak ada jawaban, nenek itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Ini sudah malam, sebaiknya nenek pulang" ujar Bara.
"Kalian bisa melihat ku? " tanya nenek itu.
"Wah roman-romannya calon meminta tolong" ucap Lilis dalam hatinya.
Lilis pun melihat ke bawah kaki si nenek dan benar saja tidak menapak tanah.
"Bukan orang" ucap Lilis.
Bara pun paham, dan hanya mengangguk.
"Tolong saya" ucap nenek itu.
"Maaf nek, kami tidak bisa cari saja orang lain" tolak Lilis.
Ia tidak bisa menolong karena sedang sibuk dengan kuliahnya, ia tidak mau terganggu.
"Tolong aku, cu tolong aku. Empat tahu sudah aku berkeliling mencari orang yang bisa menolongku tak kunjung ketemu dan sekarang kalian bisa melihatku maka aku mohon tolong aku" sosok nenek itu mengiba.
"Kami harus menolong apa Nek? " tanya Bara.
"Tolong katakan pada suamiku Thomas bahwa Lidia sang istri tidak tenang di alamnya, rasa bersalahku padanya sangat besar dan aku tidak bisa menemui jalanku" ucap sosok nenek itu.
"Hanya itu Nek? " tanya Lilis.
"Iya" balasnya.
Menurut Lilis itu sangatlah gampang karena meminta kepada suami pasti di maafkan.
"Baiklah Nek, kami akan bicara dengan suamimu. Tapi dimana rumahnya? " tanya Lilis.
"Cari saja rumah besar di jalan perkutut raya no 9 atas nama pemilik Thomas Arjun" jawab si nenek.
Lilis dan Bara mengangguk, malam ini juga mereka akan mendatangi alamat rumah itu karena alamatnya cukup dekat masih wilayah Jakarta.
Setelah pamit dengan Bahar, Lilis dan Bara pun pergi.
"Yang apa kamu tidak cape menolong hantu terus? " tanya Bara.
"Cape sih, cuma gimana lagi Yang itu sudah takdirku dan maaf kamu juga akhirnya terseret" balas Lilis dengan sedih.
"Aku senang bisa menolong mereka. Jangan sedih sayang, tidak semua orang seperti kita bisa melihat yang gaib" balas Bara sembari mengusap rambut Lilis dengan lembut.
Mobil yang Bara kemudikan membelah jalanan ibu kota lalu sampailah di komplek perumahan elit.
Lilis langsung turun dan bertanya pada pos keamanan.
"Malam Pak, maaf kalau rumah Pak Thomas masih jauh? " tanya Lilis.
"Wah mau ngapain Mbak tanya-tanya kakek galak itu?" Pak satpam malah balik tanya.
"Kami ada perlu, Pak" jawab Lilis.
"Rumah yang paling besar, bercat putih gerbangnya tinggi banget pokoknya" papar pak satpam itu.
"Yasudah Pak terimakasih infonya" balas Lilis.
Lilis kembali lagi masuk kedalam mobil lalu menceritakannya kepada Bara. Bara hanya mengangguk dan tak lama mobil Bara sudah berhenti di depan rumah besar milik Thomas.
tapi entah yang mana yang subur dipupuk
bahkan saya percaya apa yang kita tanam itulah yang kita tuai
dan hanya yang istimewa yang dicintai Allah SWT tapi semua mendapatkan kasih sayangnya aamiin