NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:171
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kalian Pacaran?

"Makan siang apa Jan?" Jani lupa tidak bawa bekal hari ini. Dia sudah membungkusnya tapi tertinggal di mobil pagi tadi.

"Belum tau nih Nay, kayanya beli aja nanti di bawah." Mendengar nya Axel ingin memberikan bekal nya pada Jani.

Perlahan Axel membuka tas yang ada di kolong mejanya. Ragu-ragu ingin mengeluarkan bekal yang Bunda nya bawakan pagi tadi. Jantungnya juga berdetak cepat tanpa sebab yang jelas.

"Anak-anak...." Teriakan keras membuat Axel mengurungkan niatnya. "Hari ini jangan lupa makan di kantin. Pak Calvin menyiapkan menu special untuk kita." Teriak Sasa dengan gembira.

Jani juga ikut antuasias mendengar nya.

“Asikkkk…..sering-sering Kek yah.” Timpal yang lian ikut senang mendengar ada menu special.

Jani iri sekali pada momen seperti ini, dirinya belum bisa menikmati karena tidak resmi bekerja di sana. Sejak lama dirinya ingin sekali makan di kantin perusahaan tempatnya bekerja. Seperti di film-film yang dirinya suka tonton.

"Yah…. Sayang ya Jan kau belum punya kartu anggota, mudah-mudahan kau betah dan nanti beneran kerja di sini ya Jan." Nayara mengusap punggung tangan Jani.

"Ini kartu anggota Mu dan Axel. Kalian boleh makan di kantin perusahaan juga mulai sekarang." Naya menatap Bu Sasa bingung.

"Langsung Bu?" Sasa mengangguk. "Biasanya kan tunggu kita jadi karyawan tetap atau honorer Bu, mereka kan masih magang Bu." Naya keheranan.

"Kebijakan baru katanya, Pak Calvin ingin semua karyawan nya tidak di bedakan. Baguslah, ada perubahan. Setidaknya dia perduli pada kita." Sasa tidak terlalu perduli dengan keheranan Naya, dia hanya ikut senang Pak Calvin sedikit demi sedikit berubah jadi Bos yang perhatian.

"Ya Tuhan....baik sekali Bos tampan rupawan ku." Sasa memujinya dengan bangga tanpa malu sambil berjalan menuju mejanya.

Uhuk...uhukkk...uhukkk ...

"Pelan-pelan Jani, kau ini minum saja bisa tersedak sih Jan." Naya mengomel sambil menepuk punggung Jani.

"Makasih Kak." Naya lega Jani sudah tidak tersedak lagi, dia sudah kembali duduk di kursinya.

Ternyata pengagum Kak Calvin banyak sekali di kantor ini, bukan hanya wanita tadi yang mengaku Namanya Sofia, Sasa juga mengagumi Pak Calvin terang-terangan.

Jangan cemburu Jani, kan Kak Calvin mengikuti kemauan mu yang tidak mau hubungan kalian di publikasi. Kau harus berfikir positif dan tidak perlu bertingkah yang merugikan Jan. fokus saja pada tujuan mu Jan.

Mencoba menasehati dirinya sendiri agar tidak cemburu.

Akhirnya jam makan siang tiba, Jani antusias mengikuti Naya dan yang lainnya menuju kantin. Ikut berbaris mengantri mengambil giliran menyendokkan menu makanan ke piringnya yang putih bersih.

“Jangan makan kacang merah Jan, alergi mu bisa kumat.” Jani mengangguk saja menjawab peringatan dari Axel.

“Jangan makan tempe atau tahu, takut ada kacang merah yang ikut ke dalam bahan bakunya.”

Jani menatap Axel yang siang ini bawel sekali dengan penuh rasa penasaran.

“Aku hanya mengingatkan, aku tahu kau pernah menulisnya di buku yang kau pinjamkan padaku dulu.”

Jani yang tadi bertanya-tanya dari mana Axel tahu lega, ternyata dia pernah tidak sengaja menuliskan alerginya di buku yang dirinya pinjamkan.

“Makasih Kak.” Axel mengacungkan jempolnya dan mengalihkan pandanganya ke arah lain.

Jani kembali fokus ke barisan antrian.

Axel mengusap dadanya lega, hampir saja dirinya ketahuan.

Untung saja bisa kasih alasan yang masuk akal, kau gila memang Xel!!!!!.

Berteriak dalam hati mencoba menutupi kegugupannya.

"Enak Jan?" Jani mengangguk. Senang sekali bisa makan bersama teman-teman kerjanya sambil bersenda gurau, meski dirinya hanya mendengarkan dan ikut tertawa terbawa suasana.

"Ini enak sekali menu nya ya Kak, apa tidak rugi perusahaan Kak?" Jani tidak mengira menu makanan di kantin bervariasi. Mereka bisa memilih ingin makan apa yang sesuai selera masing-masing.

"Kadang suka bosen juga tapi Jan, ini menu nya special memang. Biasanya Pak Bos kasih menu berbeda begini supaya kita tidak bosan. Enak kan?" Jani mengangguk.

"Enak Kak, Jani betah kalau begini Kak." Mereka tertawa bersama merasa beruntung.

Tuk....

Bunyi gelas yang Axel letakkan di depan Jani. Naya yang melihatnya langsung melirik keduanya bergantian.

"Cieee...." Soraknya membuat yang lain ikut memperhatikan.

"Cie...ciee.....Axel...."

Timpal yang lain membuat suasana ramai.

"Jangan kasih kendor Xel."

Axel malu di soraki seperti ini. Tapi dirinya harus tetap santai, mereka hanya sedang menghibur diri setelah berkutat dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya.

Axel yang malu langsung menunduk dan kembali ke tempat duduk nya, pipi nya sedikit bersemu kemerahan.

Jani jangan di tanya, dia hanya berani menunduk tidak berani menimpali senior senior nya yang saling bersautan menggoda dirinya dan Axel.

"Kalian pacaran yah?" Bisik Naya penasaran. Jani langsung menggeleng tanpa ragu. "Axel ganteng Jan, jangan sampai di ambil orang." Bisik Naya lagi membuat Jani bingung harus menanggapi bagaimana.

***

“Ponsel mu berisik sekali Ra.” Ara juga senyum-senyum membacanya, mereka sedang istirahat makan siang bersama kliennya.

“Grup kantor Pak, mereka memang suka sekali ribut begini.” Ara segera menyetel ponselnya agar tidak terdengar saat ada pesan masuk atau telpon masuk.

“Ada grup kantor Ra? Kok aku tidak ikut?”

Hmmmmmm......

Ara menghela nafasnya, mau bahas apa kalau ada sang penguasa di dalam grup. Rencana pembangunan dan perluasan? Ada-ada saja kadang Bos ku ini.

“Heh…kenapa aku tidak masuk grup.”

“Nanti saya usulkan pada anak-anak Bos.” Calvin menegakkan duduknya, matanya sedikit membesar menatap Ara dengan tatapan kesal.

“Mereka pasti canggung jika Bos masuk ke dalam grup juga Bos.” Calvin duduk lagi dengan tenang.

“Kalau begitu aku baca saja dari ponsel mu, sini.” Ara menyembunyikan ponselnya. Bisa ngamuk jika Calvin tahu apa yang sedang mereka semua bahas di grup.

“Lihat Ra…” Ara menggeleng.

“Tidak penting Bos, ini hanya candaan anak-anak saja mengisi waktu luang.”

“Hahhhh….Bisa-bisa nya kalian punya waktu luang!”

Ara menatap tajam supir yang ikut makan siang, dia tersenyum diam-diam menertawai kejenakan dua manusia dewasa yang bersikap seperti anak kecil.

“Jangan main-main kalian saat bekerja.” Ara mengangguk.

“Tidak Bos, ini tidak penting yang kita bahas. Mereka juga saling menyapa di grup saat ada yang lucu untuk di bahas saja Bos.” Calvin enggan memperpanjang perdebatan mereka, cline nya sudah kembali dari toilet.

***

Drttttt......drttt....drttt....

"Jan....ayo janjian di dekat kantor mu. Aku lewat sana kebetulan."

Ponsel Jani bergetar. Jari-jarinya bergerak bingung harus menjawab apa permintaan sahabat nya ini. Jani juga rindu sekali dengan sahabatnya yang sudah beberapa hari ini belum berjumpa lagi.

"Kak, Runi ingin bertemu. Kangen katanya Kak, boleh tidak pulang kerja nanti aku menemuinya dulu? Jani juga rindu dengan sahabat Jani Kak."

Coba dulu, siapa tau Kak Calvin mengijinkan.

Jani memberanikan diri meminta ijin pada Calvin.

"Aku lihat situasi dulu ya Run, nanti aku kabari bisa atau tidak nya." Balas Jani tidak mau membuat sahabatnya menunggu lama balasan darinya.

"Yaahhhh.....padahal Axel sudah bilang iya loh Jan, kalian juga belum banyak kerjaan juga kan." Gerutu Runi lewat pesan nya.

Jani menatap Axel yang di balas pertanyaan lewat gerak kepala dan mulutnya. Jani kembali fokus pada ponselnya.

"Sebenarnya aku ada janji, tapi aku lihat dulu apa bisa di batalkan atau tidak janji nya."

Bohong deh, gak apa lah demi Runi.

"Semoga saja janji mu bisa di geser lain waktu ya Jan. Aku rindu sekali Jannnn......" Balasnya membuat Jani tidak enak hati menolaknya.

“Aku juga rindu Run.” Balasnya dengan emoji sedih.

“Kabari ya Jan, aku tunggu sampai jam empat yah, kalau kau tidak bisa Axel juga tidak mau. Dia bilang tidak baik jalan berduaan.” Jani menatap lagi ke arah Axel.

Axel hanya mengangkat bahunya tidak mau berkomentar dengan tatapan Jani yang penuh tanda tanya padanya.

Ini Kak Calvin kemana sih, kok gak di balas-balas pesan ku ini.

Jani gelisah menunggu balasan pesannya, tidak suka sekali menunggu lama seperti ini. Takut mengecewakan, takut Runi merasa dirinya berubah karena hanya Runi sahabat yang Jani miliki saat ini.

“Nunggu ijin dari siapa sih? Sepenting itu sampai lama memutuskan?” Axel membuat Jani terkejut, dia tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Jani.

“Mas Angga Kak, takut mereke nungguin Jani kalau pulangnya kemalaman.” Jani bicara lirih tidak mau membuat suasana gaduh.

“Bukan Suami mu?”

Brukkkkk…..

Ponsel Jani jatuh ke lantai cukup keras. Matanya terus menatap Axel yang ternyata sudah tahu jika dirinya sudah memiliki suami.

Axel tahu gak yah suami ku itu Kak Calvin?

“Tidak usah tegang Jan, aku bukan orang yang suka menyebarkan gossip.” Axel kembali duduk setelah membuat Jani cukup terkejut dengan ucapanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!