kisah seorang gadis yatim piatu yang memperjuangkan panti dari orang yang ingin mengambil tempat tinggal anak - anak panti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon komah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi Mata - Mata
Tok tok tok.
"Masuk" jawab Erlangga tapi masih fokus dengan layar gadgetnya. Syantika berjalan memasuki ruangan CEO tersebut.
"Permisi tuan, ada apa anda memanggil saya?" tanya Syantika. Erlangga yang tadinya fokus dengan pekerjaannya, sekarang mendongokan kepalanya, mendengar pertanyaan seketarisnya barusan.
Dahinya mengkerut "Memanggil?"
"Iya, kata nona Airin, anda memanggil saya" kata Syantika. Erlangga buang nafas lalu menyenderkan punggungnya. Ini pasti kerjaan adiknya.
"Ee... tidak ada" kata Erlangga.
"Oh, tidak ada ya" Syantika bingung kalau bos tidak memanggil lalu kenapa tadi nona Airin bilang kalau bos memanggil.
"Kalau begitu saya permisi tuan" pamit Syantika akan kembali diruangannya. Tapi baru beranjak Erlangga memanggil.
"Tunggu..."
"Iya tuan, ada yang saya bantu tuan?" tanya Syantika.
"Eee..." entah kenapa mulutnya sulit untuk meminta sesuatu pada seketarisnya ini, lebih tepatnya gengsi.
"Iya tuan, apa?" Syantika menunggu apa yang akan disampaikan bos killernya ini.
"Ee... Kamu mau nggak membantuku?"
"Iya, apa yang bisa saya bantu taun?" tawar Syantika.
"Ee... Khmm... Pura - pura jadi pacarku" Syantika sedikit terkejut dengan permintaan bosnya, pura - pura jadi pacarnya, jadi pacar beneran aku mau bos pikirnya.
"Aku bayar, anggap ini juga pekerjaan" lanjut Erlangga. Syantika kecewa, hah...dibayar.
"Bagaimana, mau tidak?" tanya Erlangga, Syantika diam sesaat memikirkan sesuatu.
"Kalau tidak mau..."
"I i ya tuan, saya mau"
"Oke, nanti malam jam 8 kita menemui orang tuaku untuk memperkenalkanmu kemereka sebagia pacar, mm pura - pura"
"Apa?" bos langsung mau memperkenalkan ketuan besar Mahendra. Dia pikir hanya pura - pura untuk diperkenalkan pada temannya.
"Kenapa?"
"Ah tidak apa - tuan tuan"
"Berapa yang kamu minta, akan saya tranfer sekarang juga" kata Erlangga mengambil ponselnya akan mengetik jumlah uang untuk dikirim kerekening Syantika.
"Tidak usah tuan, saya iklas membantu tuan" Erlangga diam, apa dia nggak butuh uang apa batinya.
"Oke, tapi kalau kamu ingin sesuatu, bilang saja" kata Erlangga.
"Baik tuan, apakah sudah tuan? Kalau sudah saya pamit permisi dulu" izin Syantika, Erlangga hanya berdehem dan mengangguk.
Malam harinya dirumah besar Agantara. Agata dan Mahendra sudah siap - siap akan berangkat.
"Wah... Mama cantik sekali" puji Airin. Agata tersenyum.
"Beneran kamu nggak mau ikut sayang?" tanya mamanya.
"Nggak ma aku dirumah aja" padahal Airin punya rencana sesuatu sendiri.
"Arga benaran nggak pulang?" tanya mamanya.
"Belum ma" jawab Airin.
"Menghilang kemana tu anak" Agata kesal sama putra bungsunya sejak kemaren belum pulang juga.
"Paling sama temen - temennya" tebak Airin.
"Dia memang seperti itu, nggak betah bila dirumah lama - lama" omel mamanya, Airin hanya tersenyum. Wajarlah Arga masih muda masih ingin bersenang - senang.
"Ya sudah mama berangkat dulu ya" kata mamanya sambil mengusap rambut Airin dan mencium dahinya.
"Hati - hati ma" Airin melambai.
Airin berlari menuju kamarnya setelah kedua orang tuanya pergi. Dia mengganti bajunya dengan kaos hitam, celana hitam memakai jaket topi dan tas selempangnya.
Dia keluar kamar lalu mencari bodyguard tampanya. Shaka heran kenapa nonanya berpakain seperti itu.
"Ada apa nona?" tanya Shaka.
"Hari ini kita akan jadi mata - mata" kata Airin sambil membenarkan topinya.
"Maksud nona?" Shaka tidak mengerti dengan perkataan Airin.
"Heh... Kita mau mata - mata in kak Erlangga" jelas Airin.
"Tapi no..."
"Sudah ayo ikut" Airin menarik tangan Shaka. Dia belum sadar kalau tangannya masih menggandeng tangan Shaka, setelah sampai didekat mobil dia baru tersadar.
"Eh... Maaf" ucap Airin melepaskan tanganya.
"Tidak apa - apa nona" lalu mereka masuk kedalam mobil dan mobil bergerak meninggalkan rumah.
Erlangga menunggu didepan kosan milik Syantika, sudah satu jam dia berada disana tapi seketarisnya belum juga keluar.
Syantika agak berlari keluar dari kamarnya, karena bosnya sudah menunggu dari tadi, dia tau kalau bosnya tidak suka menunggu.
"Maaf, tuan harus menunggu lama" ucap Syantika. Ya Erlangga kesal dia ingin marah tapi tidak jadi melihat penampilan seketarisnya yang berbeda dari biasanya.
Erlangga sampai terperangah karena kecantikan Syantika, memakai dress hitam rambut ikal yang dibiarkan tergerai hanya polesan tipis tapi benar - benar sempurna dimatanya.
"Khmm. Lama sekali sih" Erlangga pura - pura marah.
"Maaf" siapa suruh datang lebih awal batin Syantika. Setelah itu mereka berangkat.
Disisi lain tidak jauh dari mereka ada Shaka dan Airin yang mengawasi mereka dari tadi.
"Ayo ikuti mereka" kata Airin, mata masih fokus pada mobil milik kakaknya. Shaka geleng - geleng melihat nonanya, ada - ada saja. Ngapain pakai dimata - matai segala.
Setelah sampai direstoran Erlangga sama Syantika turun dari mobil.
"Kita harus kelihatan mesra, agar seperti beneran" kata Erlangga memegang telapak tangan Syantika.
"Ah" Syantika kaget menatap Erlangga sebentar, dia merasa senang sekali rasa ingin loncat - loncat, pria idamannya memegang tanganya. Lalu mereka berjalan memasuki restoran tersebut.
Airin mengintip dibalik mobil dengan agak membungkukan tubuhnya sambil mengkeker sedangkan Shaka dibelakang berdiri hanya senderan dimobil melihat nonanya.
"Ini mah kesempatan dalam kesempitan, ngakunya nggak suka cewek tapi dipegang juga" Airin bicara sendiri karena Shaka hanya mendengarkan saja.
"Ayo maju" ajak Airin masih mengendap - endap. Kayak mau perang aja.
Sedangkan Mahendra sama Agata dan bersama taman sekaligus rekan bisnisnya, menunggu anak - anak mereka datang, sudah dari tadi mereka belum juga datang.
"Pa. Cepat telfon Erlangga, jadi datang nggak sih pa?" tanya Agata berbisik pada suaminya.
"Sudah ma, nggak diangkat"
"Ck. Kemana tu anak" kesal Agata.
"Maaf ya jeng, mungkin Erlangga dalam perjalanan kesini" ucap Agata sama Gita sama suaminya Hendrik.
"Tidak apa - apa jeng, Erlangga kan pebisnis handal kita ngerti kok, kalau anak kamu tu sangat sibuk. Lagian putriku juga belum datang" kata Gita.
Tidak lama Erlangga datang menggandeng tangan dengan mesra sama seorang perempuan cantik.
"Maaf ma kita terlambat" ucap Erlangga sudah dihadapan mereka.
Agata terkejut anaknya malah bawa seorang perempuan, sebenarnya dia senang tapi tidak dalam keadaan seperti ini. Syantika menggigit bibirnya melihat teman mama bosnya.
"Eee ma aku mau memperkenalkan pacar Erlangga ma" katanya.
"Erlangga" Agata sedikit agak membentak, karena anaknya berencana menggagalkan rencananya.
"Apa - apaan kamu Erlangga" Mahendra.
"Aku kesini mau memperkenalkan calon menantu mama sama papa" kata Erlangga membuat Syantika menatap bosnya.
Erlangga juga menatap Syantika penuh arti tangan sambil memegang tangan Syantika.
Kita ke Airin dulu.
"Kalian ngapain sih, suruh kakak kemari?" tanya Arga baru datang, dia diminta Airin untuk ikutan menguntit kakaknya Erlangga.
"Ssssttt... Jangan brisik nanti kita ketahuan" Airin menarik tangan kakaknya agar jongkok.
"Wah kayaknya seru nih" ucap Arga, lalu Arga ikut - ikutan mengintip.
Kembali ke Erlangga.
"Aku mencintainya ma" ucap Erlangga menatap Syantika. Sayang sekali ini hanya Akting tapi cukup membuat Syantika baper.
Tiba - tiba Erlangga memajukan kepalanya dan mencium pipi Syantika, agar mamanya percaya.
Cup.
Semua terkejut, apa lagi Airin yang bersembunyi dibalik tempok sampai menutup matanya, lagi - lagi Shaka acuh dengan drama antara mereka.
"Aduh mataku ternodai" kembali mengawasi mereka.
"Wih ternyata, kak Erlangga gercep juga" kata Arga.
Sedangkan Shaka melipat tangan didada melihat kelakuan kakak beradik ini.
Syantika diam terpaku mendapat kecupan dadakan dari bos killernya. Tidak tau kenapa Erlangga berinisiatif mencium seketarisnya ini.
"Jadi kalian sudah pacaran ya?" tanya Gita. Erlangga mengguk.
"Syukur deh kalau gitu" lanjutnya lagi.
"Looo... Maksudnya apa jeng?" Agata tidak mengerti maksud dari temannya ini, kok malah mengucapkan syukur.
"Iya, Syantika putri kita" kata Hendrik. Membuat semua orang terkejut.
"APA..." kaget Airin sama Arga bareng, cukup keras membuat semua menoleh kemereka.
sehari agar shaka mau menggendongnya