Ayesha seorang gadis muda yang harus merawat bayi kembar yang ditinggalkan ibu kandungnya begitu saja pasca melahirkan.
Luma tahun kemudian satu persatu identitas dari bayi kembar itu mulai terungkap dengan sendirinya saat ia bertemu langsung ayah kandung si kembar.
Ironisnya ayah kandung si kembar mengira Ayesha adalah seorang janda dan dia jatuh cinta dengan gadis yang telah merawat anak kandungnya selama ini.
"Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?
" Apakah ibu kandung si kembar meminta kembali anaknya dari Ayesha ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Keributan
Eca berjalan masuk ke kamarnya dengan perasaan hati yang begitu terluka. Delvin mengikuti istrinya dan duduk di samping tempat tidur memohon maaf kepada Eca.
"Sayang! Kita sudah bahas sebelumnya tentang ini. Aku sudah menjelaskan kepadamu di Minggu yang lalu bagaimana aku bisa berhubungan badan dengan Alin hingga bertemu dengan anak kembar ku sendiri.
Kita sudah membahas ini, tapi sekarang kamu malah marah padaku, hmm?"
"ku memang sudah memahaminya, yang membuat aku syok, kau merenggut masa mudanya. Pernikahannya hancur.
Hidupnya berantakan. Bahkan hidupnya dipenuhi kebencian, frustrasi, rasa bersalah, penyesalan dan menjadi tak berarti di hadapan lawan jenis. Itu yang membuat aku syok, Delvin."
"Ya mana aku tahu bagaimana kehidupan dia Eca. Dia milik siapa aku juga tidak tahu karena dia yang telah mendatangiku. Dia sendiri yang memaksaku untuk bercinta dan aku tidak kuat menahan diriku dan ikut masuk dalam perangkapnya.
Ku akui aku memang salah. Tapi, saat itu aku tidak pernah berhenti mencarinya untuk bertanggungjawab. Hingga aku menyerah dan bertemu denganmu dan si kembar.
Aku jatuh cinta padamu dan juga pada darah daging ku sendiri, yang awalnya aku kira anak kandungmu....hiks..hiks... ! Mereka ada di hadapanku, tapi aku tidak mengenali mereka sama sekali. Aku mencintai mereka dengan buta."
Keluh Delvin ikut menangis.
"Ironisnya, aku sangat mengenal siapa tunangannya Alin, yang awalnya aku kira dia adalah ayah kandung si kembar. Aku bertemu semua yang berkaitan langsung dengan si kembar. Dari mulai kau, tuan Haidar, Dokter Gaes, Alea dan neneknya dan terakhir Alin. Monster yang paling menakutkan untuk aku temui."
"Aku tidak peduli sebanyak apa kamu bertemu dengan keluarga Alin maupun tunangannya. Tapi, kita sudah mendapatkan hak asuh si kembar secara legal. Dan itu sudah sah di mata negara."
"Walaupun kau adalah ayah kandung si kembar, bukan berarti kamu bisa menggunakan hakmu sebagai ayah mereka dalam hukum kompilasi Islam entah dari menjadi wali pernikahan Ciky, pembagian warisan dan nasab mu tidak bisa di hubungkan langsung pada keduanya.
Mereka tetap memakai nasab ibu kandungnya dan juga yang menikahkan putrimu hanya paman kandungnya yaitu dokter Gaes, bukan kamu! camkan itu Delvin.
Andaipun kau ingin memberikan mereka warisan, itu hanya dalam bentuk hibah dan tidak boleh melampaui jumlah warisan sebagai anak kandung."
Ucap Eca sengit.
Degggg....
Delvin tersentak mendengar uraian istrinya yang menyakitkan hatinya tentang darah dagingnya sendiri. Ia tidak punya hak untuk tampil sebagai ayah biologis si kembar. Kedudukannya tetap sama sebagai ayah angkat si kembar.
Eca menarik selimutnya dan tidur tanpa ingin mendengar lagi ocehan suaminya.
"Eca! Jangan tidur Eca! Aku tidak bisa tenang sebelum kamu memaafkan diriku, sayang."
"Aku butuh sendiri Delvin. Tolong biarkan aku menelaah semua ini. Aku tidak bisa berpikir kalau kamu terus saja memaksa kehendak mu kepadaku." Pinta Eca sambil menangis.
...----------------...
Alin mengendarai mobilnya dalam kecepatan tinggi menuju kediaman orangtuanya. Walaupun tidak bisa mengambil si kembar dari Delvin, Alin ingin meminta bantuan keluarganya untuk merebutkan kembali si kembar.
Nyonya Arini tersentak melihat putri kembarnya Alin yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
Antara ibu dan anak ini terlihat canggung karena sudah lama mereka tidak saling menyapa.
"Mau apa kamu ke sini? Apakah kamu sudah mulai ingat tempat mu kembali?"
Sinis nyonya Arini sambil membaca bukunya.
Alin tidak lantas menjawab. Ia membuka kulkas dan mengambil sirop markisa kesukaannya dan menuangkannya ke gelas tangkai dengan batu es yang sangat banyak.
"Aku sudah menemukan anak kembarku mami."
Ucapnya ikut duduk di hadapan ibunya di ruang keluarga itu.
"Jangan pernah membawa mereka di hadapanku! Karena ayahmu meninggal karena semua ulahmu, ibu bersumpah tidak akan menerima anak kembarmu itu."
Tegas nyonya Arini yang masih dendam dengan putrinya.
"Walaupun mereka adalah putri kembar yang di klaim dokter Eca adalah anaknya, mami? bukankah mami begitu suka pada Ciky dan Chiko, anak kembar dari ibu palsu mereka si dokter Eca itu?
Dialah wanita yang aku titipkan anak kembarku pasca aku melahirkan mereka."
Teriak Alin di depan wajah ibunya.
Degggg
Wajah nyonya Arini tercengang mendengar ucapan putrinya.
"Dan apakah mami mau tahu siapa ayah si kembar yang telah menodaiku? Dia adalah tuan Delvin suami dari dokter kesayangan mami itu." Lanjut Alin sambil mengusap air matanya dengan kasar.
Duarrrr...
Alin melempar gelas minumannya ke lantai hingga berantakan dengan es batu yang berserakan bercampur beling.
Setelah mencurahkan isi hatinya pada sang ibu, Alin keluar lagi menuju hotelnya. Sedikitpun ia tidak betah tinggal di rumahnya sendiri.
Ia belum bisa memaafkan ibunya yang telah menyuruhnya menyerahkan anaknya kepada orang lain.
Nyonya Arini merasa sangat syok mendengar penuturan putrinya.
"Jadi Ciky dan Chiko adalah cucu kandungku? astaga! pantesan, aku merasa terikat secara emosional dengan kedua anak itu. Ternyata mereka adalah cucu kandungku sendiri."
Nyonya Arini mengambil ponselnya dengan tubuh gemetar untuk menghubungi putranya dokter Gaes.
Dokter Gaes seakan tidak percaya dengan kenyataan yang ada kalau Eca adalah gadis yang telah merawat keponakannya. Dan lebih dari itu semua, ayah kandungnya si kembar adalah Delvin.
"Bajingan kamu Delvin! Kau telah merusak saudaraku dan kau juga yang telah menghancurkan keluargaku. Semua kesialan ini bermula kepadamu. Aku akan merebut kembali keponakan ku karena mereka tidak pantas mendapatkan ayah bajingan sepertimu."
Ancam dokter Gaes sambil mengepalkan kedua tangannya.
Menjelang ulang tahun si kembar, Eca dan Delvin terlihat belum akur. Padahal keduanya sudah berjanji pada si kembar akan merayakan ulang tahun mereka di pulau Dewata Bali besok hari.
Si kembar yang mengerti bahwa saat ini kedua orangtuanya sedang marahan berusaha bersikap wajar di hadapan keduanya.
Itu terjadi saat makan siang. Delvin yang hanya mengaduk nasinya sementara Eca makan dengan lahapnya.
Si kembar saling memberi isyarat untuk memecahkan kesunyian itu.
"Ayah! Apakah besok kita jadi berangkat ke Bali?" Tanya Chiko.
"Lupakan ulang tahun kalian karena kita tidak akan kemanapun." Ketus Eca.
"Apakah karena bunda lagi hamil adik bayi?" Tanya Ciky pura-pura tidak tahu.
"Iya! bunda tidak bisa melakukan perjalanan karena...?"
"Kita akan tetap berangkat ke Bali nanti malam. Bersiaplah sayang!"
Ucap Delvin menyela pembicaraan istrinya.
Ia tidak ingin mengecewakan anak kembarnya di momen bahagia mereka.
"Kalau begitu berangkatlah kalian sendiri karena bunda tidak akan ikut."
Eca meninggalkan meja makan beralih ke kamarnya.
"Tidak usah kuatirkan tentang bunda, kalian tahu bagaimana sensinya orang hamil?"
ucap Delvin sambil mengedipkan sebelah matanya pada anak kembarnya.
"Iya ayah kami mengerti kalau saat ini hormon kehamilan bunda tidak seimbang." Ucap Ciky.
"Hebat putri cantik ayah. Ayah harus jinak kin bunda kalian dulu."
"Jangan lupa baca taauz dan basmallah ayah, biar bunda jadi penurut."
Ledek Chiko sambil melakukan tos dengan Ciky.
"Apakah kamu ingin bertarung denganku Chiko? siapa diantara keduanya yang akan mengalah?"
"Semarah apapun perempuan, jika sudah di rayu lelaki pasti langsung lemah." Ucap Chiko.
"Maksud kamu, bunda akan mengalah begitu? Kenapa kamu seyakin itu, Chiko?"
"Karena kelemahan wanita ada pada telinganya. Wanita peka dengan rayuan lelaki entah itu pujian, janji-janji manis walaupun kadang dibaluti kebohongan."
Ucap Chiko penuh percaya diri.
"Kamu itu so tahu Chiko!" Semprot Ciky.
"Agama kita yang mengajarkan itu. Makanya wanita itu kalau menangis mulutnya di tutup karena mulutnya yang sering bergosip sementara lelaki menangis matanya ditutupi karena sering melihatnya yang haram." Ucap Chiko.
"Kamu mau jadi ustadz, Chiko?"
"Kalau mau ngomongin kebaikan tidak harus menunggu menjadi ustadz karena sebagai muslim harus saling menasehati dalam kebaikan." Imbuh Chiko.
Selang berapa menit, Delvin keluar dari kamarnya menemui si kembar yang sudah duduk di ruang keluarga.
Keduanya menoleh melihat ayahnya berdiri di antara anak tangga dengan wajah murung.
Ciky dan Chiko saling menatap lalu memperhatikan lagi ayah mereka.
"Bagaimana ayah ..?"
.....
Apa jawaban kalian ... para readers ?" mohon vote dan like cinta!
aku rindu.
eh mlah tamat /Angry/