Jangan dibaca jika tidak tertarik dengan jalan ceritanya!
Mia seorang gadis yatim piatu. Ia tinggal bersama dengan neneknya. Pada suatu hari tetangganya yang bernama Ibu Ecin hendak pensiun dari pekerjaannya karena sudah tua. Ia meminta Mia untuk menggantikannya menjadi juru masak di rumah Adrian.
Adrian seorang pengusaha muda. Orang tuanya sudah lama meninggal. Ia harus berjuang sendiri meneruskan perusahaan milik orang tua. Untuk mengatasi rasa stresnya Adrian sering mengunjungi pub dengan minum minuman keras dan berkencan dengan beberapa wanita.
Kehidupan Andrian menjadi terganggu setelah Mia menjadi juru masak di rumahnya. Bagaimana dengan cerita selanjutnya? Baca sampai selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Mia Cemburu
Mia hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan Adrian.
“Kita makan dulu, ya! Nanti setelah makan akan Mas ceritakan siapa Sinta,” bujuk Adrian dengan lembut.
“Saya belum sholat,” kata Mia dengan ketus. Mia tetap saja memalingkan wajahnya ke arah jendela tanpa mau menoleh ke Adrian.
“Nanti kita sholat dzuhur bersama-sama kalau sudah selesai makan,” jawab Adrian dengan lembut.
“Kalau bukan muhrim tidak boleh sholat berjamaah,” kata Mia dengan ketus.
“Iya, kita sholat masing-masing. Kamu sholat duluan, Mas sholat setelah kamu selesai sholat,” jawab Adrian dengan sabar.
Adrian mengambil piring dan peralatan makan dari pantry lalu ia letakkan di atas meja. Kemudian Adrian mengeluarkan rantang dari dalam tas. Ia menata rantang di atas meja.
“Ayo sayang, kita makan dulu,” kata Adrian.
“Makan saja sendiri! Saya tidak lapar,” jawab Mia dengan ketus.
“Ayo dong, sayang. Kita makan dulu!” bujuk Adrian.
“Mas suapi, ya,” kata Adrian.
Mia diam tidak menjawab. Adrian menghela nafas. Ternyata Mia sangat marah kepadanya.
“Kalau kamu tidak makan, kasihan dengan bayi di dalam kandungan kamu. Dia pasti kelaparan karena mommynya nggak mau makan,” ujar Adrian dengan santai.
Mia langsung menoleh ke Adrian dengan mata yang melotot. Adrian tersenyum melihat Mia yang melotot.
“Kalau Mas nggak ngomong begitu, kamu tidak akan mau memandang wajah Mas,” kata Adrian dengan tersenyum jahil.
“Mas ceritakan siapa Sinta. Tapi kamu mendengarkan sambil makan!” kata Adrian.
Adrian menuangkan nasi ke atas piring lalu menaruh lauk pauk di atas nasi.
“Aaaaaa.” Adrian mendekatkan sendok yang berisi makanan ke mulut Mia. Akhirnya Mia membuka mulutnya dan Adrian menyuapkan nasi ke mulut Mia.
“Sinta adalah kekassih Mas sewaktu masih kuliah. Ketika orang tua Mas meninggal dunia, dia memutuskan hubungan dengan Mas dan menikah dengan pria kaya raya,” kata Adrian. Mia mendengarkan cerita Adrian sambil mengunyah makanannya.
“Mungkin Sinta menduga kalau Mas akan jatuh miskin setelah orang tua Mas meninggal dunia. Tapi dugaan Sinta salah, Mas masih bisa mempertahankan semua asset peninggalan orang tua Mas. Mas masih bisa hidup seperti biasa. Mas kuliah sambil memimpin perusahaan peninggalan papah,” kata Adrian.
Adrian melihat mulut Mia sudah kosong lalu ia menyuapi Mia kembali.
“Sinta mendengar rencana pernikahan kita dari Daniel. Dia tidak terima kalau Mas akan menikah dengan kamu. Dia langsung pulang ke Indonesia untuk membujuk Mas kembali kepadanya,” lanjut Adrian.
“Mas mau kembali kepada Sinta?” tanya Mia.
“Ya, nggaklah! Mas sudah punya kamu. Untuk apa Mas membuang berlian hanya untuk barang rongsokan seperti dia?” jawab Adrian.
“Jangan bicara begitu! Bagaimanapun juga Mas pernah mencintai dia,” kata Mia.
“Iya, itu kan dulu. Sekarang Mas punya kamu. Mas hanya sayang dan cinta sama kamu seorang,” jawab Adrian.
“Nanti ketemu perempuan yang lebih cantik, bilang sayang dan cinta ke perempuan itu,” ujar Mia.
“Nggak, sayang. Mas sudah memutuskan berhijrah menuju kebaikan. Mas ingin menghabiskan waktu bersama anak dan istri,” jawab Adrian.
“Nanti Mas menikahi semua perempuan cantik. Mas kan mampu untuk berpoligami,” ujar Mia.
“Nggaklah, sayang. Haduuuhhh itu bibir ngegemesin banget, sih! Kalau saja sudah halal sudah habis itu bibir, Mas kecup terus menerus,” kata Adrian yang gemas mendengar perkataan Mia.
“A.” Mia membuka mulutnya. Ia tidak menghiraukan perkataan Adrian. Adrian kembali menyuapi Mia.
“Tadi Mas bilang kalau Sinta sudah menikah. Apa suami Sinta tidak tau kalau istrinya sedang mengejar lelaki lain?” tanya Mia sambil mengunyah makanannya.
“Entahlah Mia, Mas juga nggak tau. Mas tidak mengurusi rumah tangga orang lain. Mas sibuk mengurus perusahaan dan mengurus kamu,” jawab Adrian.
“Mas kenal sama suami Sinta?” tanya Mia.
“Nggak. Cuma Mas tau siapa nama suami Sinta. Kalau nanti Sinta membuat ulah, Mas akan hubungi suaminya. Supaya mengurus istrinya agar tidak mengganggu calon suami orang lain,” jawab Adrian.
Tak terasa makanan di piring sudah habis.
“Sekarang gantian kamu yang menyuapi Mas,” kata Adrian.
“Nggak mau. Makan sendiri saja! Mia mau sholat dulu,” jawab Mia. Mia beranjak keluar dari ruang kerja Adrian menuju ke kamar mandi. Adrian bernafas lega karena Mia tidak marah lagi.
***
Adrian turun dari mobilnya lalu berjalan menuju ke pintu rumahnya. Terdengar suara ada yang membuka kunci pintu dari dalam. Adrian memasang senyum manisnya. Senyum Adrian langsung hilang ketika melihat Asih yang membukakan pintu, bukan Mia. Biasanya Mia selalu menyambut kedatangannya setiap kali ia pulang dari kantor.
“Assalamualaikum. Mia mana?” tanya Adrian.
“Waalaikumsalam. Mbak Mia ada di kamarnya,” jawab Asih.
Adrian memberikan tas kerjanya kepada Asih.
“Simpan tas saya ke ruang kerja!” kata Adrian.
Adrian masuk ke dalam rumah langsung menuju ke kamar Mia. Adrian mengetuk pintu kamar Mia.
“Mia, ini Mas sudah pulang,” kata Adrian di depan pintu kamar Mia, namun tidak terdengar suara apapun dari dalam kamar. Adrian kembali mengetuk pintu kamar kamar Mia.
“Mia. Buka pintunya, sayang!” kata Adrian dengan sabar.
Asih menghampiri Adrian.
“Kata Mbak Lina, MbaK Mia dari tadi siang menangis terus menerus di dalam kamar,” ujar Asih. Tadi siang Adrian sedang ada rapat di kantornya sehingga Mia tidak harus mengantarkan makanan ke kantor.
“Kenapa kamu tidak bilang dari tadi?” tanya Adrian dengan kesal.
“Kenapa dia menangis?” tanya Adrian.
“Saya tidak tahu, Pak,” jawab Asih.
Asih melihat Lina turun dari lantai atas.
“Itu Mbak Lina baru turun.” Asih menunjuk ke arah Lina. Lina menghampiri Adrian dan Asih.
“Lina, kenapa Mia menangis?” tanya Adrian.
“Saya kurang tahu, Pak. Tapi sepertinya Mbak Mia menangis setelah membaca pesan di ponselnya,” jawab Lina.
“Pesan dari siapa?” tanya Adrian.
“Saya kurang tahu, Pak,” jawab Lina.
Adrian membuka pintu kamar Mia, ternyata pintu itu tidak terkunci. Pelan-pelan Adrian masuk ke dalam kamar Mia. Ia melihat Mia sedang berbaring menghadap ke jendela. Adrian mendekati tempat tidur. Ia mendengar suara Mia yang sedang terisak sambil menangis.
“Mia,” panggil Adrian dengan suara yang lembut.
Mia tidak menghiraukan kedatangan Adrian. Ia terus saja menangis.
“Mia, kamu kenapa?” tanya Adrian.
“Mia nggak apa-apa,” jawab Mia dengan suara serak karena habis menangis. Ia tetap menghadap ke jendela.
Adrian melihat ponsel Mia yang tergeletak di atas nakas. Adrian langsung mengambil ponsel Mia.
“Jangan diambil, Mas!” Mia langsung membalikkan badannya ketika melihat Adrian mengambil ponsel miliknya.
Adrian tidak memperdulikan Mia. Ia langsung membuka ponsel Mia. Ia membuka aplikasi pesan. Ia melihat ada nomor yang tidak dikenal mengirim gambar kepada Mia. Adrian langsung membuka pesan tersebut. Ia melihat foto-fotonya ketika ia masih berpacaran dengan Sinta.
“Sialan!” seru Adrian.
terus esok harinya baru pembukaan 5 terus baru diperiksa katanya jalan lahirnya Sempit dan akhirnya Operasi Cesar...🤔🤔🤔🤔
durenya Di Skip... biar yang baca pikirannya tidak Traveling kemana -mana..🤔🤔🤔...😄😄😄