Novel tentang pelakor, untuk mengikuti lomba Konflik Rumah Tangga. Bagi pembaca yang anti pelakor, boleh skip. tapi kalau mau menantang adrenalin untuk coba membaca dari sudut pandang pelakor, silakan baca dan jangan lupa tekan favorite ❤️
Demi melunasi seluruh hutang yang ditinggalkan orangtuanya, Kania menjual keperawanannya di sebuah klub malam. Namun, takdir membawanya bertemu dengan bosnya sendiri bernama Satria yang menjadikannya istri kontrak untuk melampiaskan hasrat.
Satria sudah memiliki istri, tapi istrinya yang super model itu terlalu sibuk untuk menjalankan kewajibannya. Rasa kesepian itulah yang membuat Satria nekat bermain api.
Akankah pernikahan kontrak itu bisa berjalan dengan mulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKPH . Bab 34
Satria harus kembali ke ibu kota untuk mengurus tes DNA dan juga perceraiannya dengan Felicia. Sementara Kania yang tidak mau kembali sebelum urusan Satria dan Feli selesai, memilih untuk menetap di kampung. Mereka akan menjalani hubungan jarak jauh lagi untuk sementara.
Saat akan mengantar Satria ke lapangan helikopter, tiba-tiba Gabriel memanggil Kania.
“Kania, kamu mau pulang sekarang?” tanya Gabriel yang kebetulan baru selesai sarapan di rumah Bu Santi.
Satria terlihat tidak suka dengan perhatian yang Gabriel tunjukkan. Sebagai suami yang belum memiliki kekuatan hukum, sangat wajar dia merasa takut Gabriel menjadi ancaman dalam hubungan mereka.
“Enggak kok. Aku cuma mau antar ke lapangan sana saja,” jawab Kania.
Gabriel tahu di lapangan yang tidak jauh dari rumah mereka itu sudah ada helikopter yang akan mengantarkan Satria ke bandara sebelum akhirnya kembali ke ibu kota. Namanya orang di kampung, ada helikopter yang mendarat, pasti kehebohan langsung terjadi, apalagi anak-anak kampung.
“Gio, kayaknya Kania harus dijaga di sini,” bisiknya pada sang sekretaris.
Gio langsung paham jika saat ini bosnya sedang cemburu. Gabriel terlihat tampan dan mapan, dan menurut pengakuan anak buah mereka Gabriel mengaku sebagai calon suami Kania, itu artinya dia sangat ingin melindungi Kania dengan kata lain menyukainya.
“Sudah saya siapkan, Tuan. Tidak usah terlalu khawatir, saya yakin Nona Kania bukan orang seperti itu,” balas Sekretaris Gio dengan berbisik juga.
“Kalau begitu, saya permisi dulu ya, Mas Gabriel,” kata Kania sambil menunduk.
“Oh, iya, Kania.”
Kania merangkul lengan Satria yang sudah menatap Gabriel tidak suka. Mereka lalu berjalan menuju lapangan untuk mengantar Satria dan Sekretaris Gio kembali ke ibu kota.
“Aku akan usahakan untuk datang sesering mungkin,” kata Satria saat mereka akan berpisah.
Kania mengangguk. “Hati-hati di jalan,” kata Kania.
“Dia yang akan menjaga kamu di sini. Aku khawatir sama keadaan kamu kalau sampai Feli atau mamanya tahu kamu ada di sini,” kata Satria sembari menunjuk dua laki-laki berbadan tegap yang ada di belakang Kania.
Kania menoleh ke belakang dan melihat dua laki-laki yang sempat mendatangi rumah Bu Santi sebelum Satria menemukannya.
“Kalau ada apa-apa, kamu hubungi aku atau Gio. Kamu harus baik-baik saja Kanya,” kata Satria sambil mengusap wajah Kania.
Dia masih merasa berat hati meninggalkan istrinya itu sendiri karena khawatir akan ada orang yang berbuat jahat pada wanita itu.
“Iya, Mas. Aku harap semua masalahmu bisa cepat selesai.”
Satria menurunkan tinggi badannya. Dia menekuk lutut di hadapan Kania dan menyejajarkan tingginya dengan perut Kania.
“Sayang, daddy pergi dulu, ya. Jangan rewel ya, jadi anak baik. Daddy sayang kamu,” kata Satria sebelum mencium perut Kania cukup lama.
Perpisahan yang mengharukan itu menjadi tontonan romantis ibu-ibu dan anak-anak yang masih terheran-heran karena suara helikopter yang disewa Satria.
Setelah berpamitan dengan anaknya, Satria berdiri dan menggenggam tangan Kania. Dia seperti berat melepaskan Kania yang sedang hamil anak pertama mereka.
“Aku mencintaimu, Mas,” kata Kania sebelum tangan Satria benar-benar terlepas darinya.
“Aku juga,” balas Satria yang kemudian naik ke helikopternya.
Air mata Kania mendadak keluar tanpa terkendali. Dia berharap apa pun masalah Satria dengan Feli, bisa secepatnya selesai.
***
***
Sampai di ibu kota, Satria langsung menemui Andrew yang dia sembunyikan di apartemennya. Dia takut laki-laki itu berubah pikiran.
“Kamu sudah kembali? Apa kamu sudah menemukan selingkuhanmu?” tanya Andrew saat Satria masuk.
“Itu bukan urusanmu Tuan Andrew. Ada yang lebih menjadi urusanmu. Besok kita akan mengajak Feli tes DNA, dia tidak akan tahu kalau kamu juga melakukan tes, jadi jangan sampai kamu menghubunginya sampai hasil tes itu keluar.”
“Aku tidak akan mengacau. Tapi asal kamu tahu, mamanya Feli ada di negara ini. Itu yang seharusnya kamu takuti,” kata Andrew.
Satria melirik Gio. Seharusnya saat ini mertua Satria itu ada di luar negeri sehingga tidak akan mengganggu. Feli bahkan tidak tahu jika mereka akan melakukan tes DNA.
“Maaf Tuan, seharusnya Nyonya Lily memang di luar negeri saat ini. Saya akan mencari tahu alasan kenapa Nyonya Lily membatalkan kegiatannya.”
***
Kembang kopinya dulu dong 🤭🤭🤭