Kinar menerima tawaran menikah dari sang dokter untuk melunasi hutangnya pada pihak Bank. Sedangkan, dr. Raditya Putra Al-Ghifari, Sp. B menikahinya secara siri hanya untuk mendapatkan keturunan.
Awalnya Kinar menjalaninya sesuai tujuan mereka, tapi lambat laun ia mulai merasa aneh dengan kedekatan mereka selama masa pernikahan. Belum lagi kelahiran anak yang ia kandung, membuatnya tak ingin pergi dari sisi sang dokter.
Kemanakah kisah Kinar akan bermuara?
Ikuti Kisahnya di sini!
follow ig author @amii.ras
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AmiRas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menunggu Kelahiran
Kinar dan Dokter Radit sedang di ruang periksa Dokter Leni. Mereka menatap layar monitor yang menampilkan gambar hitam putih keadaan calon anak mereka.
"Perkiraan persalinan dua minggu lagi, Dok. Namun, bisa saja prediksi saya salah, jadi kita juga harus jaga-jaga sewaktu-waktu jika Suster Kinar sudah mulai merasakan kontraksi. Kondisi baby nya juga sehat dan berat badan Suster Kinar juga normal," jelas Dokter Leni, Sp. OG menggerakkan alat USG ke perut Kinar yang membesar.
"Saya bisa kan lahiran normal, Dok?" tanya Kinar menatap Dokter Leni. Sedang, Dokter Radit hanya diam menatap intens kayar monitor.
"Tentu saja bisa. Kondisi Suster Kinar juga mendukung dan posisi bayinya juga normal." Dokter Leni menjawab sambil membersihkan bekas cairan gel di perut Kinar.
Kinar menerima hasil foto USG yang diserahkan Dokter Leni. Dia dibantu turun dari brankar oleh Dokter Radit. Si dokter es itu tak banyak bicara seperti wataknya yang sudah Kinar pahami.
"Terima kasih, Dok! Kami permisi dulu!" pamit Kinar pada Dokter Leni saat mereka hendak keluar dari ruangan Dokter Leni. Sedang, Dokter Radit sudah keluar lebih dulu, memberikan sedikit waktu pada Kinar yang mungkin saja ada hal yang ingin dibicarakan terkait urusan perempuan.
"Suster Kinar tunggu!" panggil Dokter Leni menghentikan Kinar yang hendak membuka pintu.
"Ya, Dok?" tanya Kinar berbalik, berhadapan dengan Dokter Leni.
"Itu si Dokter Radit wajahnya masih lempem aja, datar aja mukanya gak ada ekspresi gitu. Waktu kalian gituan wajahnya juga masih datar gitu aja, Sus?" tanya Dokter Leni sedikit berbisik takut Dokter Radit yang ada di luar mendengar.
"Eh itu...." Wajah Kinar memerah malu mendapati pertanyaan tentang hal seperti itu. Kepalanya malah memutar memori tentang malam-malamnya dengan si dokter itu. Duh, dia kok semakin mesum gini sih.
"Ah, gak usah dijawab, Sus! Tahulah saya!" sahut Dokter Leni melihat wajah memerah malu Kinar.
"Hehe. Ya sudah saya pamit dulu, Dok!" kekeh Kinar tak enak.
Dokter Lenj mengangguk maklum. Kinar pun berlalu keluar dari ruang dokter kandungan itu.
"Kamu mau langsung pulang?" tanya Dokter Radit pada Kinar. Mereka berjalan beriringan di koridor yang sepi.
"Ehm kayaknya mau keliling bentar rumah sakit sama mau ngobrol sebentar sama Suster Lina, boleh?" sahut Kinar pada sang suami.
"Silahkan! Hubungi Pak Beni jika kamu mau pulang!" Dokter Radit menyahut singkat.
"Iya, Mas. Saya duluan ya!" Kinar berjalan lebih dulu masuk ke lift. Dokter Radit mengangguk singkat.
Kinar sampai di lantai satu dan keluar dari lift. Ia hendak pulang setelah berbincang sebentar pada rekannya Suster Lina. Namun, saat ia berjalan hendak keluar dari rumah sakit, netranya tak sengaja menangkap keberadaan Ibu Sonia.
"Ibu Sonia!" panggil Kinar menghampiri Ibu Sonia yang melangkah bersama seorang perempuan berhijab pashmina yang begitu anggun.
"Eh, Suster Kinar! Cek kandungan ya? Gimana kata dokter?" Ibu Sonia menghentikan langkahnya. Menatap Kinar dengan senyum tipis.
"Alhamdulillah sehat, Bu. Prediksi Dokter dua minggu hari H persalinannya," jawab Kinar mengukas senyum. Netranya tak sengaja menangkap tangan perempuan di samping Ibu Sonia yang menggandeng lengan wanita baya itu. Kinar merasa iri melihat itu.
"Syukurlah kalau begitu. Oh, ya kenalin ini Lilis! Lis, kenalin ini Suster Kinar yang sering bantuin Tante kalau ke rumah sakit," ucap Ibu Sonia mengenalkan perempuan di sampingnya.
"Lilis!"
"Kinar! "
Keduanya berjabat tangan saling menyebut nama.
"Kamu mau pulang? Kami baru sampai mau ketemu Radit," ucap Ibu Sonia melihat Kinar yang sudah hendak pulang.
"Eh, iya Bu. Saya mau langsung pulang," jawab Kinar menunduk, menyembunyikan netranya yang berkaca. Dia tiba-tiba melow ingin juga digandeng oleh Ibu Sonia.
"Oh, ya sudah kalau begitu kita duluan ya, Kinar!" ucao Ibu Sonia berlalu setelah mengusap singkat kepala Kinar.
Ibu Sonia dan Lilis pun berlalu meninggalkan Kinar.
"Cantik, Tan. Tapi orangnya kayak gak banyak ulah dan cenderung pasrahan banget," ujar Lilis saat mereka masuk ke dalam lift.
"Ya, itu dia. Tante kadang sebel makanya Tante mau bikin dua orang itu ngakuin perasaan satu sama lain." Ibu Sonia menjawab dengan wajah merengut.
"Semoga saja rencana kita ini berhasil ya, Tan. Aku kasihan soalnya sama Suster Kinar dapatnya malah si Radit yang belagu banget itu," ucap Lilis lagi.
"Hus! Kamu ngatain anaknya di depan Mamanya loh!" Ibu Sonia mendengus pada Lilis ketika pintu lift sudah mengantarkan mereka ke lantai 3.
"Hehehe, ya maaf Tan." Lilis terkekeh.
Ibu Sonia dan Lilis menuju ruang Dokter Ghifari Abraham. Ibu Sonia mengetuk pintu singkat lalu membukanya. Ini jam makan siang, mereka datang ke mari ada sesuatu yang ingin dibicarakan, tentang rencana Ibu Sonia ini.
...Bersambung.......
Pada banyak yg kesel ya sama Dokter Radit. Nih Dokter bakal lama bucinnya karena sudah mendarah daging sifanya kek gitu dari orok 😂 ya dia sih menangnya di wajah dan tahta 😂
Ini aku kasih up karena aku lagi seneng dapat notif dari NT kalau si dokter es dapet rekomendasi. terima kasih loh gaesss atas dukungan dan vote kalian yg setia sama cerita ini, love kalian deh 😍😍😍😍
setidaknya tau diri, ga usah sok jadi korban menderita akan keputusan sendiri