🌺Judul sebelumnya Pesona Cleopatra🌺
Cleopatra, wanita yang biasa dipanggil Rara menghipnotis banyak kaum adam termasuk kakak beradik Fahreza dan Zayn.
Tepat di detik-detik pernikahan Rara dan Reza, Zayn merenggut kehormatan Rara.
Rasa cinta Reza yang besar tak menyurutkan langkahnya untuk tetap menikahi gadis cantik bak ratu mesir di zaman dahulu itu. Namun, noda yang ada pada sang istri tetap membekas di hati Reza dan membuat ia lemah untuk memberi nafkah batin selama pernikahan.
Apakah Reza benar-benar tulus mencintai Rara? Atau Zayn, pria yang memang lebih mencintai Rara? bagaimana nasib Rara selanjutnya?
Baca sampe tuntas ya guys.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seandainya ...
"Kak, kok masih di rumah? Kamu ngga jadi ke pabrik?" tanya Rara.
Sedari pagi, Reza enggan sekali meninggalkan sang istri. Padahal hari ini adalah hari bahagia putra sulungnya. Ia tak menyangka akan mendapatkan seorang anak dari wanita lain. Sesuatu yang tidak pernah ada dalam bayangannya, karena sejak dulu ia hanya menjadikan Rara sebagai satu-satunya wanita yang melahirkan anak-anaknya kelak. Namun ulah Zayn mematahkan semua dan bodohnya ia menjadi impoten karena masih tak terima bahwa sang adik lah sebagai pria pertama yang menyentuh wanitanya. Seandainya sejak awal menikah, ia menerima Rara sepenuh hati, mungkin ia sudah memiliki anak sejak dulu.
Kini, Reza baru menyesalinya. Tetapi sudah terlambat karena Rara kini tak lagi mungkin untuk mengandung. Walau Rara hanya di angkat rahimnya dan masih memiliki indung telur yang sehat, tapi tetap saja program ibu pengganti di negera ini tidak bisa dilakukan, kecuali ia pergi ke negara yang melegalkan surogasi tersebut.
"Hey, kok bengong sih." Rara menoel dagu Reza, karena posisinya saat ini sedang tidur di pangkuan sang suami.
"Ah, iya." Reza menatap ke bawah, ke arah sang istri yang menidurkan kepalanya di pangkuan itu.
Sedari tadi arah mata Reza mengarah pada televisi, tetapi pikirannya tidak pada apa yang ia tonton.
"Kamu mikirin apa? Masalah di pabrik?" tanya Rara.
Reza tersenyum. "Ya, sedikit. Maaf." Reza mengelus kepala istrinya.
"Ya sudah sana." Rara segera bangkit dan menyuruh sang suami pergi untuk menyelesaikan urusannya di luar.
Sejak pagi hingga menjelang pukul tiga, Reza dan Rara hanya bersantai di dalam apartemen. Reza tak membiarkan istrinya melakukan apapun, mengingat sejak semalam sang istri sakit dan sedikit demam sehingga Reza yang melayani Rara.
"Aku tidak ingin meninggalkanmu," ucap Reza dengan tangan yang masih setia mengelus pipi mulus itu.
"Aku ngga apa-apa, Kak. Aku udah sehat kok. Lagian kamu juga udah masakin aku banyak makanan jadi walau pun ditinggal, aku tidak akan kelaparan," jawab Rara dengan senyum yang teramat manis.
Bibir Reza pun ikut menyungging senyum. Ia menatap wajah polos Rara. Dadanya bergemuruh karena bersalah. Ia tahu saat ini ia sudah menjadi suami yang jahat untuk Rara, ia ingkar terhadap janjinya yang tak akan pernah mendua. Namun, semua yang terjadi di luar kendalinya. Sesungguhnya ia pun tak ingin membohogi sang istri, tapi ia harus memainkan peran agar semua berjalan dengan baik.
"Kamu yakin?" tanya Reza lagi.
Rara langsung menganggukkan kepala seperti anak kecil dan hal itu membuat Reza gemas. Reza tersenyum dan mencubit ujung hidung Rara yang mancung.
"Gemes," ucap Reza.
Rara tersenyum lebar dan memeletkan lidahnya. Sungguh, istrinya begitu cantik. Cukup dengan melihat senyum itu, sudah membuat Reza bersemangat. Dan kini ada satu senyum lagi yang membuat Reza bersemangat, yaitu Noah.
Reza berdiri dan hendak berganti pakaian. Ia menoleh ke arah Rara dan berkata, "aku tidak akan lama."
Rara kembali mengangguk.
Ya, ia hanya akan menghadiri pesta ini untuk Noah, setelah acara selesai ia akan segera pulang.
Sebelumnya, Reza dan Manda memang tidak berencana merayakan hari kelahiran Noah yang kedua tahun, tapi sepertinya mereka perlu mengadakan perayaan ini untuk mengunci mulut para tetangga yang sering menggunjing rumah tangga mereka.
Rumor Manda yang menjadi istri kedua semakin santer di komplek itu, karena kehadiran Reza yang hanya dua minggu sekali dan sikap Reza yang sering terlihat dingin terhadap istri siri-nya itu, ketika di luar rumah. Oleh karenanya, kini Reza mulai mencium kening Manda saat ia menginap dan pulang pergi kantor dari rumah itu. Ia pun sering merangkul bahu atau melingkarkan tangannya di pinggang Manda ketika mereka keluar untuk belanja bulanan sekaligus mengajak Noah jalan-jalan. Mereka terlihat seperti keluarga harmonis, padahal Manda sadar bahwa ini hanya kamuflase.
Rara mengantar sang suami hingga di depan pintu apartemen itu.
Tangan Reza terus menggenggam tangan Rara sejak mereka berjalan dari dalam menuju pintu itu.
"Aku akan cepat kembali, Sayang."
Rara mengangguk.
"Nanti aku telepon untuk mengingatkan mu minum obat."
Rara mengangguk lagi.
"Letakkan ponselmu selalu di samping, agar jika aku telepon langsung terdengar."
"Iya," jawab Rara yang sedari tadi mendengar wejangan sang suami hingga Reza tak kunjung berangkat.
"Soalnya kamu sering tidak mendengar ponselmu yang berdering," sahut Reza kesal.
"Maaf." Rara nyengir menampilkan jejeran giginya yang rapih dan putih.
Ya, Rara memang mengaktifkan ponselnya dengan suara rendah, sehingga terkadang ia tak menyadari jika ada yang menelepon atau memberi pesan, karena ia tidak suka dengan suara bising panggilan telepon itu.
"Ya sudah, sana jalan." Rara mendorong tubuh suaminya yang masih saja berdiri di sana.
Reza tersenyum. "Baiklah, aku berangkat. Aku akan sering telepon supaya kamu tidak merasa kesepian."
Kemudian, Reza mencium kening Rara dan beralih pada bibir ranum milik sang istri. Ia mengecup bibir itu sekilas.
Rara memegang dada sang suami seraya berkata, "hati-hati di jalan dan jangan ngebut-ngebut!"
Reza membawa mobil sendiri yang selalu ia taruh di pabrik ketika ia sedang berada di Jakarta dan mengambilnya ketika ia sedang berada di kota ini.
Reza kembali.menyungging senyum dan menggesekkan ujung hidungnya pada ujung hidung sang istri sembari tertawa bersama. Mereka memang selalu melakukan ini. Lalu, Reza pergi.
Di rumah, Manda sudah gelisah menanti kedatangan Reza. Noah pun memanggil-manggil sang ayah yang tak kunjung datang. Padahal acara akan segera di mulai satu jam lagi. Ia khawatir Reza tidak datang dan malah membuat malu dirinya nanti.
"Mama ... Papa ana?" tanya Noah sembari menarik-narik ujung dres sang ibu yang sedang berjalan mondar mandir.
Manda berjongkok mensejajarkan tubuhnya pada sang putra. "Sebentar, sayang. Papa lagi di jalan. Tadi Papa ada kerjaan dulu di luar. Oke!"
Seharusnya Reza sudah berada di rumah ini sejak kemarin. Namun, Reza memberi kabar pada Manda bahwa ia sedang sibuk di pabrik. Reza juga mengabarkan bahwa istrinya ikut bersamanya ke kota ini, sehingga Manda tahu diri dan tidak menelepon atau menanyakan sang suami melalui pesan singkat, karena khawatir Reza sedang bersama istrinya di sana dan memegang ponselnya.
Di rumah minimalis itu sudah tertata dekorasi yang penuh dengan gambar superhero. Noah menyukai kapten Amerika. Di sana sudah terlihat pria yang menggunakan kostum superhero itu berdiri menyambut para tamu yang hendak datang. Reza menyiapkan perayaan ini dengan menggunakan jasa event organizer biasa.
Tim event organizer itu juga baru saja tiba. Tak lama setibanya mereka, Reza pun datang.
"Holeeee ... Papa datang." Noah bersorak dan langsjng berlari ke arah sang ayah.
Di seberang sana, Reza pun tersenyum lebar melihat anak kecil yang berlari dengan kaki yang berlari sempoyongan, sehingga Reza langsung melangkahkan kakinya cepat agar saat Noah jatuh, ia dapat menangkapnya.
"Yeay ..."
Tawa Noah membuat Reza tersenyum lebar. Sama seperti saat ia melihat senyum Rara.
Reza menatap lekat wajah Noah yang mirip sekali dengan dirinya saat kecil. Pahatan wajah Noah tak mengambil sediktpun dari wajah sang ibu.
Reza mengambil tubuh putranya dan menggendong.
"Seandainya ... kamu lahir dari rahim Rara. Pasti hari ini aku menjadi pria yang paling bahagia," batin Reza.