Aku Bukan Wanita Murahan

Stevani terbelalak mendengar ucapan Zionel yang membicarakan soal pernikahan dengan mudahnya.

"Apa anda sudah gila?" bentak Stevani.

"Aku akan menanggung semua biaya perawatan adikmu selama di rumah sakit asal kau mau menikah kontrak denganku selama satu tahun. Semua hutangmu padaku akan selesai jika kau mau melakukannya." jawab Zionel.

"Menikah kontrak? Apa bedanya anda dengan mas Dani? Kalian semua memanfaatkan keadaanku. Aku keluar dari mulut buaya masuk ke kandang macan."

"Jangan samakan aku dengan pria itu nona. Aku hanya meminta bantuanmu. Ibuku selalu membuatku melakukan kencan buta yang tidak aku inginkan, jika aku berpura pura sudah memiliki pasangan dan ingin ku nikahi, aku yakin ia akan berhenti mengatur perjodohan."

"Dan aku ingin tahu apakah kau sedang mengandung anakku atau tidak, aku tidak akan pernah melepaskanmu." pikir Zionel.

Stevani menatapnya dengan serius, ia mencari kebenaran dari wajah pria itu. Melihat kegalauan dari wajah Zionel, Stevani menyadari itu bukan berpura pura. Pria itu benar benar menginginkan bantuan darinya.

"Mengapa harus aku?" tanya Stevani.

"Karena kau lah yang sudah tidur denganku." ucap Zionel dalam hati.

Tapi bukan itu yang ia ucapkan di luar. "Karena kau yang memakai uangku." jawabnya.

Stevani menundukkan kepalanya, pria yang ada di depannya benar. Ia telah meminjam uangnya untuk lepas dari Dani. Setidaknya ia menemukan pria yang lebih baik karena pria di depannya tidak memiliki tunangan.

"Aku tidak bermaksud memerasmu nona, tapi pikirkanlah adikmu. Ia harus menjalani perawatan yang lebih baik disini. Bukankah kau membutuhkan banyak biaya? Jika kau setuju, aku akan membawa kontraknya padamu." kata Zionel.

"Mengapa nasibku seperti ini Tuhan, mengapa aku harus mengalami pernikahan kontrak dengan pria yang sama sekali tidak aku kenal. Apakah ini jalan keluar yang Kau berikan padaku Tuhan..." pikir Stevani sedih.

Zionel menatap Stevani, ia tidak ingin wanita itu menolaknya. Ia tidak ingin melepaskan wanita itu, bagaimanapun caranya wanita itu harus tetap berada di sisinya selama satu tahun. Itulah caranya bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat, walaupun wanita itu masih juga tidak mengingatnya.

"Aku punya 3 syarat." ujar Stevani.

"Apa kau mencoba bernegosiasi denganku?" tanya Zionel.

"Jika kau tidak setuju, maka lupakan saja." kata Stevani kesal.

"Kau tidak punya pilihan nona, tapi baiklah aku akan coba dengarkan 3 syaratmu itu, katakan..."

Stevani menelan saliva nya. "Pertama selama pernikahan kontrak aku tak ingin kau menyentuhku. Kedua biarkan aku tetap bekerja. Ketiga jangan campuri urusan pribadi masing masing."

Zionel tertawa. "Pertama walaupun kita menikah kontrak, tapi kita tetap melakukan pernikahan yang sah di hadapan Tuhan dan tercatat di hukum negara, aku punya hak untuk menyentuhmu. Kedua mana mungkin aku membiarkan kau bekerja lagi, karena setelah pernikahan ini kita akan pindah ke kota D. Ketiga urusanmu akan menjadi urusanku selama satu tahun pernikahan ini. Syaratmu sungguh tidak masuk akal nona."

"Pindah ke kota D, apa maksudmu?"

"Aku bukan orang yang tinggal di kota ini nona, aku datang kemari karena pekerjaan. Aku berasal dari kota D. Apa orang tuaku akan percaya jika aku sudah menikah sedangkan kita hidup terpisah?"

"Mana mungkin aku dan Zaline..."

"Mungkin." potong Zionel. "Aku akan memindahkan adikmu ke rumah sakit terbesar di kota D. Ia akan mendapatkan perawatan yang lebih baik dari rumah sakit ini. Kau akan tinggal di rumahku sebagai istriku. Lupakan syarat konyolmu selama satu tahun ke depan, karena semuanya tidak mungkin." sambungnya.

"Istri? Apa maksud anda?" tanya Angga seraya melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan.

Zionel dan Stevani terkejut, keduanya menatap Angga yang tiba tiba datang itu.

"Siapa kau?" tanya Zionel.

"Kak Angga..." ujar Stevani lirih.

Zionel menatap Stevani penuh tanya.

"Aku mendengar pembicaraan kalian samar samar. Apa yang sedang kalian bicarakan soal istri?" tanya Angga.

"Apa urusanmu?" bentak Zionel.

Angga menatap Zionel sambil mengerutkan keningnya. "Ah... aku baru ingat. Bukankah anda tamu VIP klub kami."

Zionel menyipitkan matanya. Ia tak tahu siapa pria yang ada di depannya sekarang. Tapi mengapa pria itu justru mengenalinya.

"Aku Angga, aku karyawan klub sebagai bartender. Van... bagaimana keadaanmu? Aku mencari adikmu tapi ternyata ia tak bisa dijenguk dan justru aku mendengar kau sedang dirawat."

"Aku hanya kelelahan kak, mengapa kakak bisa datang kemari? Bukankah harus berangkat bekerja?"

"Aku izin datang terlambat karena mengkhawatirkanmu. Mengapa pria ini ada disini?"

Angga ingin memegang tangan Stevani, seketika Zionel menyingkirkannya dengan kasar.

"Jangan sentuh calon istriku." bentak Zionel.

Angga terkejut, ia menatap Stevani lalu kembali menatap Zionel.

"Apa maksud anda?" bentak Angga. "Van... apa yang terjadi?"

"Aku belum menyetujui menjadi istri kontraknya, tapi mengapa ia begitu percaya diri aku akan menerimanya setelah 3 syaratku ia tolak. Ya Tuhan... apa yang harus aku katakan pada kak Angga." pikir Stevani.

"Van... jangan takut. Jika ia mengancammu, aku akan melaporkannya pada polisi. Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi disini?" ujar Angga lagi.

"Kak Angga... aku... aku..."

"Kau siapa ikut campur urusanku dengannya?" bentak Zionel lagi.

"Aku... baiklah akan aku katakan. Aku pria yang menyukainya selama bertahun-tahun." jawab Angga mulai meninggikan suaranya.

Zionel melepaskan tawanya. "Apa ia menyukaimu juga? Aku rasa tidak tuan. Kau sangat menyedihkan." ejeknya.

Emosi Angga terpancing dengan ucapan Zionel. Angga memegang kerah baju Zionel dan siap memukul pria itu. Tapi bukan Zionel namanya jika merasa terintimidasi. Pria itu justru memukul wajah Angga terlebih dahulu hingga Angga jatuh tersungkur membuat Stevani berteriak ketakutan.

"Berani sekali kau menyentuhku dengan tanganmu itu." bentak Zionel.

"Hentikan... aku mohon hentikan..." teriak Stevani sebelum Angga membalas pukulan Zionel.

Keduanya melupakan dimana mereka sekarang, teriakan Stevani membuat Alex dan bu Yoyoh segera masuk ke dalam ruangan padahal mereka baru saja kembali. Mereka menatap Zionel, Stevani dan Angga bergantian. Bu Yoyoh dan Alex akhirnya menyadari ada keributan setelah melihat sudah bibir Angga berdarah.

"Neng Vani tidak apa apa kan?" tanya bu Yoyoh seraya mendekatinya.

"Apa yang terjadi pak Zio?" tanya Alex.

"Singkirkan pria ini dari hadapanku Lex, sebelum aku kembali menghajarnya." jawab Zionel.

Angga tak terima mendengar ucapan Zionel, ia berusaha mendekati Zionel tapi seketika Alex menahannya.

"Silahkan keluar tuan." ujar Alex.

"Mengapa aku yang harus keluar?" bentak Angga.

"Kalian semua keluar...!!!" teriak Stevani seraya menangis.

Mereka semua terkejut, dengan terpaksa ketiganya keluar dari ruangan itu. Setelah ketiganya keluar, Stevani memeluk bu Yoyoh dan melepaskan tangisannya dengan keras.

"Tenang neng... ada bu Yoyoh disini."

"Bagaimana dengan Zaline bu?"

"Neng Zaline sudah dipindahkan ke ruangan perawatan intensif. Bu Yoyoh tidak bisa melihatnya. Kata dokter Mark jangan terlalu khawatir, karena keadaan neng Zaline mulai stabil walaupun masih lemah. Neng Vani harus beristirahat yang cukup agar cepat sembuh juga. Sebenarnya apa yang terjadi disini neng?"

Stevani melepaskan pelukannya, ia menghapus air matanya. Wanita itu menundukkan kepalanya sedih, lalu akhirnya menceritakan semuanya pada bu Yoyoh mulai dari Dani sampai kedatangan Angga ke rumah sakit.

"Haruskah aku melakukannya bu?" tanya Stevani setelah selesai menceritakan semuanya pada bu Yoyoh kecuali kesuciannya yang sudah direnggut pria yang tak ia ingat.

"Maafkan ibu neng Vani. Sawah ibu walaupun dijual tidak mungkin sampai sebesar itu. Seharusnya neng Vani mengatakannya dari awal sebelum terlibat dengan tuan Dani." jawab bu Yoyoh.

"Aku tidak ingin merepotkan bu Yoyoh dengan masalah ini, aku pikir bisa menyelesaikannya sendiri. Tapi aku justru semakin terperosok ke dalam." Stevani kembali terisak.

"Ya Allah neng..." bu Yoyoh kembali memeluk Stevani untuk menenangkannya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang bu?"

Bu Yoyoh tak bisa memberi pendapat apapun sekarang, ia tak mungkin bisa membantu Stevani lagi. Ia berharap apapun pilihan Stevani, itulah yang terbaik untuknya.

*****

Happy Reading All...

See you next time...

To Be Continue...