Awalnya hanya ingin sembuh dari penyakit psikologis OCD khusus alergi wanita, tetapi Tuan Muda malah terjebak kisah cinta manis bersama wanita yang membuatnya tidak alergi.
Bulan (19), seorang wanita muda yang dijual oleh ibu tirinya kepada seorang pengusaha, tidak menyangka akan bertemu dengan seorang CEO, Tuan Muda bernama Hardan William (30).
Tuan muda yang membenci wanita dan memiliki alergi terhadap wanita merasa aneh saat mendapati jika Bulan tidak membuat nya benci atau alergi, ini membuat Hardan mencetuskan ide di kepalanya.
Keinginan Hardan ingin sembuh dari alergi wanita membuat Hardan ingin melakukan kontak fisik dan terus berada di sekitar Bulan sesering mungkin, agar Hardan bisa sembuh.
Tetapi siapa sangka keduanya akan menemukan cinta sejati, namun rintangan akan mewarnai hubungan mereka.
.
.
Ikuti Instagram aku ya : @anak_kost_joy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Kost, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 : Sentuhannya seperti racun!
Episode 24 : Sentuhannya seperti racun!
***
Di perusahaan Hardan William.
"Cih, dasar keras kepala!" ketus Hardan lagi dan lagi merasa gadis yang satu ini sangat rumit.
Hanya meminta tolong saja sepertinya merupakan hal yang sulit keluar dari mulutnya.
"Kemarilah, pijat pundak ku! aku lelah!" ketus Hardan sekarang fokus kepada layar komputer yang ada di hadapannya.
Mata Bulan melebar dan tangannya mengepal.
"Tuan memintaku kesini hanya untuk mengurut mu?" Bulan memperjelas apa yang baru saja di katakan oleh lelaki ini.
Entah mengapa Bulan merasa marah sekali, bagaimana dia harus beberapa kali transit busway, lelah di perjalanan hanya untuk mengurut.
Bahkan dia harus minta ijin tidak masuk kerja
Hardan yang mendengar ketidak sukaan Itu langsung melihat dengan tajam membuat Bulan menciut seketika.
"Iya! memangnya Kenapa? tidak suka? kau mau menolak?"
Ancaman dengan penuh tekanan langsung keluar dari mulut Hardan segera meruntuhkan Bulan dalam sekejap.
Bulan menelan salivanya dengan kuat lalu menggelengkan kepalanya, ia tersenyum kaku dan melangkah menuju bagian belakang tubuh Hardan.
"Tidak Tuan, akan aku lakukan dengan senang hati, ini kan tugas ku," balas Bulan mencoba berbicara sangat lembut.
Menjauhi masalah adalah misi utamanya sekarang, karena dia tidak akan pernah bisa menang dari lelaki ini.
"Hmm! bagus kalau kau sadar!"
Gerutu Hardan masih mengomel.
"Kurang kuat,"
"Pakai tenaga mu!"
"Apakah kau bercanda? itu namanya menggelitik bukan mengurut!"
"Dasar lemah!"
"Urut yang bagian samping juga!"
Sejak tadi hujanan kata-kata yang selalu menyudutkan Bulan membuat telinga Bulan hampir pecah.
Kesabarannya juga sudah hampir habis, tetapi tetap saja dia harus menurut.
Sekarang sudah sekitar 30 menit Bulan mengurut tuan nya ini, kaki Bulan sudah pegal, tas ransel yang tadi ringan lambat laut entah mengapa semakin berat karena ia kelelahan.
"Tuan ..."
Bulan sudah tidak tahan lagi, tangannya juga sudah pegal, dia ingin duduk sebentar saja lalu ia akan melanjutkan mengurut Hardan.
"Apa?" ketus Hardan singkat.
"Aku minta maaf tapi, aku bisa duduk sebentar kah? aku lelah sekali ... satu menit saja ..." suaranya gemetaran, dan Bulan sudah sedikit menunduk karena lelahnya.
Hardan yang mendengar itu mengernyitkan dahi, dia merasa itu hanyalah alasan Bulan agar tidak mengurut lagi.
Akan tetapi saat Hardan melihat ke belakang, dia bisa melihat keringat di dahi Bulan dan bagaimana wajah kelelahan itu terpampang nyata di hadapannya.
Mata Hardan melebar lalu melihat jam dan baru sadar, karena terlalu nyaman di urut ternyata sudah 30 menit lebih berlalu, pasti Bulan lelah sekali, apalagi perjalanan ke perusahaan ini juga jauh dari lokasi Bulan tadi.
Entah mengapa Hardan merasa bersalah, akan tetapi dia tidak ingin mengakui nya.
'Wanita ini, sentuhannya seperti racun, aku nyaman sekali jika bersentuhan dengannya, apakah aku sudah gila? setiap dia menyentuh ku, ada sesuatu menggeliat dalam diriku!'
'Bahkan sekarang aku sampai lupa waktu, membiarkan dia berdiri terlalu lama!'
Hardan merasa semakin aneh dengan dirinya sendiri, sentuhan dan tubuh wanita ini membuatnya seolah tengah mabuk dan tak bisa lepas.
Akan tetapi, bukan Hardan namanya jika menunjukkan rasa bersalahnya, dia tidak akan pernah menunjukkan itu, apalagi menunjukkan jika dia sepertinya sangat menginginkan tubuh Bulan.
"Cih, dasar lemah, duduklah jika kau lelah, tenaga mu juga tidak ada! dasar lemah!" geram Hardan membalikkan badannya lagi dan memerintah Bulan untuk segera duduk.
'Heh, dasar kejam! mengatakan aku lemah padahal aku sudah mengerahkan seluruh kekuatan ku! ah, terserah lah aku lelah, tidak ada waktu berdebat dengan tuan muda kejam seperti mu?'
Bulan sebenarnya diam, namun dalam hatinya dia menggerutu dan kesal diperlakukan seperti itu.
.
.
.
.
Terima kasih utk karyanya Kak & sehat2 selalu 🙏🏼💐🤗