Sheila gadis yatim piatu yg diasuh dan dibesarkan oleh pamannya, harus menikah dengan Steven, anak dari sahabat baik mendiang ayahnya. Tetapi Steven sudah memiliki kekasih, Nila.
Perjodohan yg memaksa mereka berdua terikat dengan sebuah pernikahan. Akankah cinta tumbuh di antara mereka berdua, sementara sang ibu mertua begitu membenci Sheila? Bagaimana kelanjutan dari pernikahan karena perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iin Nuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham Lagi
Tiga hari menginap di apartemen, sore ini Steven dan Sheila kembali ke rumah. Hubungan antara Steven dan Sheila juga sudah semakin membaik.
Sheila nampak sedang asyik memasak di dapur, dengan dibantu Bik Minah dan Mbak Siti. Steven meminta Sheila memasakkan capcay dan udang balado untuk makan malam kali ini. Selesai memasak Sheila kembali ke kamar untuk membersihkan diri.
Makan malam kali ini berlangsung dengan tenang seperti biasanya. Dan selesai makan, seperti biasa juga Sheila membersihkan meja makan dan mencuci piring kotor. Steven dan Papa Ricko sudah masuk ke ruang kerja untuk membahas masalah pekerjaan.
Amelia tiba-tiba datang dan menarik tangan Sheila, membawanya menuju ke taman di belakang rumah. Sheila hanya bisa menurut ketika ibu mertuanya itu menariknya pergi.
"Dasar wanita tidak tau diri. Semakin ngelunjak kamu ya. Rupanya peringatan dari saya kemarin cuma kamu anggap angin lalu saja, hah," bentak Amelia setelah menyentak tangan Sheila kasar.
"Maksud Mama apa Ma?" tanya Sheila tidak mengerti.
"Jangan pura-pura bodoh. Racun apa yang sudah kamu berikan pada Steven sampai Steven bisa mengambil keputusan untuk meninggalkan Nila?" tanya Amelia semakin keras.
"Maaf Ma, tapi sungguh, Sheila gak tau apa-apa Ma," jawab Sheila.
"Jangan bohong. Dasar perusak hubungan orang," seru Amelia kemudian mengangkat tangan kanannya hendak menampar pipi Sheila.
Sheila sudah memejamkan kedua matanya, bersiap menerima tamparan dari ibu mertuanya. Tapi tanpa mereka berdua duga, Steven menangkap tangan kanan Amelia yang menggantung di udara.
"Mama!!!" cegah Steven sambil menggenggam tangan ibunya di udara, membuat Sheila dan Amelia sama-sama terkejut.
Steven tadi turun, niatnya ingin meminta Sheila untuk membuatkannya salad buah. Entah kenapa tiba-tiba Steven ingin makan salad buah buatan Sheila lagi malam ini. Tapi ketika baru mau masuk ke dapur Steven melihat ibunya menarik tangan Sheila sedikit kasar keluar dari dapur. Karena penasaran Steven pun mengikutinya.
"Apa yang Mama lakukan?" tanya Steven setelah melepaskan tangan Amelia. "Kenapa Mama mau menampar Sheila? Sheila salah apa Ma?"
"Kesalahannya adalah karena dia sudah mempengaruhi kamu sehingga kamu memutuskan hubunganmu dengan Nila. Mama tidak terima itu. Nila kemarin menelpon Mama sambil nangis-nangis Steve. Mama gak tega, Mama kasihan sama dia," jelas Amelia sambil memasang wajah sedihnya berharap Steven luluh dan membelanya.
Diluar dugaan Steven justru tertawa hambar.
"Pandai sekali wanita itu mencari muka di depan Mama."
"Apa maksud kamu Steve?" tanya Amelia tidak mengerti.
"Asal Mama tau, justru Nila yang sudah mengkhianati Steven Ma."
"Jangan bicara omong kosong kamu Steve kalau tidak ada buktinya," kata Amelia masih emosi.
"Mama mau bukti? Ikut Steven Ma."
Steven menggenggam tangan ibunya dan menariknya perlahan.
"Ayo Shei," ajaknya sambil menoleh pada Sheila.
Sheila mengangguk kemudian mengikuti Steven dan Amelia dari belakang. Steven membawa Amelia ke dalam kamarnya.
Sheila menutup pintu kamar pelan. Steven nampak mencari sesuatu di dalam tas kerjanya.
"Lihat ini Ma," kata Steven sembari menyerahkan foto-foto yang didapatnya tempo hari kepada ibunya.
Amelia memandang foto-foto tersebut satu persatu dengan mata membulat sempurna dan mulut yang sedikit terbuka.
"Bahkan Steven melihat dengan mata kepala Steven sendiri saat Nila sedang berhubungan badan dengan Joe, fotografer-nya, di dalam apartemen Nila Ma," lanjut Steven dengan nada pilu.
Bagai tersambar petir Amelia begitu terkejut mendengar penuturan Steven. Amelia sampai menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Itu tidak mungkin Steve."
"Tapi itu kenyataannya Ma. Dan yang baru Steven ketahui juga, ternyata Nila sudah lama berhubungan dengan Joe di belakang Steven."
Amelia masih memperlihatkan keterkejutannya. Sementara Sheila hanya bisa diam mendengarkan.
"Steven sangat kecewa Ma. Steven sangat terpukul. Dan justru Sheila yang selalu menemani Steven di saat Steven sedang terpuruk. Jadi salah besar kalau Mama menyalahkan Sheila Ma."
Amelia terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Masih mencerna segala kenyataan yang baru saja diketahuinya ini. Pikirannya seakan kosong. Masih dengan keterkejutannya Amelia melangkahkan kakinya keluar dari kamar putranya dengan gontai. Tidak dia sangka, Nila yang selama ini dia gadang-gadang sebagai menantu idaman ternyata bisa berbuat hal seperti ini.
"Mas gak pa-pa?" tanya Sheila lembut sambil memegang lengan Steven.
Steven hanya menggeleng pelan dan tersenyum masam.
"Tolong maafin Mama ya Shei."
"Mama gak salah Mas. Beliau hanya mengkhawatirkan Mas saja."
"Tapi tidak seharusnya Mama bersikap kasar padamu seperti tadi."
"Mama bersikap kasar karena beliau emosi Mas."
"Semua gara-gara Nila. Pandai sekali wanita itu mencari muka di depan Mama."
"Sudah Mas, jangan diperpanjang lagi. Kita sholat yuk, habis itu istirahat. Kayaknya Mas capek deh," bujuk Sheila.
"Tapi aku masih ada beberapa kerjaan yang belum selesai Shei. Oh iya, nanti sehabis sholat tolong kamu buatkan salad buah untukku ya. Tiba-tiba aku pengen makan salad buah buatan kamu lagi nih," pinta Steven.
Sheila tersenyum lembut. "Iya Mas, nanti aku buatkan. Sekarang kita sholat dulu ya."
Steven mengangguk. Keduanya lalu masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu kemudian melaksanakan sholat isya' berjamaah.
tetep semangat selalu kakak 😘😘😘