Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Malam itu, langit terbalut kegelapan dengan bintang-bintang yang sedikit menyinari. Park Sung-ah sedang dalam perjalanan pulang ke apartemen Kim Min-seok dari kampus, pikirannya masih penuh dengan percakapan tadi dengan Yoo In-a.

Dia terus memikirkan kata-kata In-a tentang ciuman yang di balas, dan hatinya berdebar kencang setiap kali membayangkan bertemu Min-seok malam ini—dia sudah bersedia untuk bertanya apa yang sebenarnya dia rasakan.

Sementara itu, di apartemen, Kim Min-seok sedang duduk di sofa ruang tamu, memikirkan kejadian semalam dan ciuman yang dia bagikan dengan Sung-ah.

Hatinya terasa hangat dan penuh harapan, sesuatu yang dia jarang rasakan selama berabad-abad. Tapi tiba-tiba, udara di ruangan menjadi sejuk tiba-tiba.

Dia merasakan adanya energi yang datang menghampirinya—energi yang kuat, megah, dan berbeda dari energi manusia atau makhluk gaib lainnya.

Energi itu sangat kuat, namun bukan energi negatif. Ada rasa keagungan dan kedamaian di dalamnya, seolah-olah datang dari makhluk yang telah hidup selama ribuan tahun.

Min-seok berdiri dengan cepat, matanya waspada, menyadari bahwa makhluk yang datang bukanlah musuh, tapi juga bukan teman yang biasa.

Tiba-tiba, cahaya keemasan menyala di tengah ruangan, dan dari cahaya itu muncul sosok pria yang tinggi dengan rambut putih seperti salju dan mata yang cerah seperti matahari.

Dia mengenakan pakaian kuno yang berwarna hijau tua, dengan ornamen daun dan bunga yang melingkari tubuhnya. Min-seok mengenalnya langsung—itu adalah Dewa Gunung, pemelihara gunung dan makhluk abadi yang telah ada sejak zaman kuno.

"Dewa Gunung," bisik Min-seok dengan hormat, menundukkan kepala sedikit. "Apa yang membawamu ke sini?"

Dewa Gunung melihatnya dengan mata yang serius dan penuh perhatian. "Kim Min-seok, gumiho berekor sembilan yang telah hidup selama berabad-abad," ucapnya dengan suara yang dalam dan bergema seperti guntur yang jauh.

"Aku datang untuk memberimu peringatan. Hentikan obsesimu terhadap manusia itu—Park Sung-ah."

Min-seok merasa tubuhnya kaku. "Obsesi? Dia bukan cuma manusia apa-apa, Dewa. Dia adalah orang yang aku cintai."

"Kamu tahu apa yang akan terjadi," jawab Dewa Gunung dengan tegas. "Hubungan antara mahluk abadi seperti dirimu dan manusia akan selalu berakhir tragis. Manusia memiliki umur yang pendek, sementara kamu akan hidup selamanya. Kecepatan waktu yang berbeda, perbedaan alam semesta yang berbeda—semua itu akan menjadi beban yang terlalu berat untuk keduanya."

Dia berjalan sedikit mendekat, matanya semakin serius. "Sama seperti dahulu, dengan Song Hye-yoon. Seharusnya kamu tidak pernah bertemu dengannya. Hubunganmu yang singkat dengan dia berakhir dengan kesedihan dan penderitaan yang luar biasa. Jika hubunganmu dengan Park Sung-ah terus berlanjut, maka takdir tragis di masa lalu akan terulang kembali. Dia akan menderita, dan kamu juga akan menderita lebih banyak."

Min-seok merasa api kemarahan muncul di hatinya. Dia ingat masa lalu—bagaimana dia kehilangan Hye-yoon karena perbedaan antara mereka, bagaimana dia menunggu selama berabad-abad untuk melihatnya kembali. Dia tidak akan membiarkan hal yang sama terjadi lagi.

"Dia bukan Hye-yoon," katanya dengan suara yang keras dan penuh kemarahan. "Dia adalah Sung-ah, dan aku tidak akan membiarkan masa lalu terulang kembali! Aku akan melindungi wanita yang aku cintai, aku akan menemukan cara agar kita bisa bersama, dan aku tidak akan pernah kehilangannya lagi di kehidupan ini!"

Dewa Gunung menghela nafas panjang, melihat kemarahan yang ada di mata Min-seok. Dia tahu bahwa gumiho ini tidak akan mudah menyerah.

"Aku hanya memberimu peringatan, Min-seok," ucapnya dengan suara yang lebih lemah. "Takdir adalah hal yang sulit untuk diubah. Ingatlah kata-kataku, sebelum terlambat."

Setelah itu, cahaya keemasan muncul lagi di sekitar tubuh Dewa Gunung, dan dia menghilang perlahan dari ruangan. Hanya tersisa keheningan dan rasa dingin yang sedikit di udara.

Min-seok berdiri sendirian di tengah ruang tamu, wajahnya penuh dengan kesedihan dan ketakutan yang mendalam. Dia tidak takut pada Dewa Gunung, tapi dia takut pada apa yang akan terjadi pada Sung-ah jika takdir memang ingin mereka terpisah.

Tiba-tiba, pintu apartemen dibuka, dan Park Sung-ah masuk. Dia melihat Min-seok yang berdiri di tengah ruangan, wajahnya tampak sedih dan terkejut. Dia merasa hati dia menyakitkan melihatnya seperti itu.

"Dosen Kim? Apa yang terjadi? Kamu terlihat sedih banget," tanya dia dengan suara yang lemah, mendekatinya dengan hati-hati.

Dia melihat wajahnya yang penuh dengan ketakutan yang mendalam, dan dia tahu bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi saat dia tidak ada.