Selama ini Tania hidup dalam peran yang ia ciptakan sendiri: istri yang sempurna, pendamping yang setia, dan wanita yang selalu ada di belakang suaminya. Ia rela menepi dari sorot lampu demi kesuksesan Dika, mengubur mimpinya menjadi seorang desainer perhiasan terkenal, memilih hidup sederhana menemaninya dari nol hingga mencapai puncak kesuksesan.
Namun, kesuksesan Dika merenggut kesetiaannya. Dika memilih wanita lain dan menganggap Tania sebagai "relik" masa lalu. Dunia yang dibangun bersama selama lima tahun hancur dalam sekejap.
Dika meremehkan Tania, ia pikir Tania hanya tahu cara mencintai. Ia lupa bahwa wanita yang mampu membangun seorang pria dari nol, juga mampu membangun kembali dirinya sendiri menjadi lebih tangguh—dan lebih berbahaya.
Tania tidak menangis. Ia tidak marah. Sebaliknya, ia merencanakan pembalasan.
Ikuti kisah Tania yang kembali ke dunia lamanya, menggunakan kecerdasan dan bakat yang selama ini tersembunyi, untuk melancarkan "Balas Dendam yang Dingin."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadhira ohyver, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Kamar pengantin di hotel mewah itu dipenuhi dengan aroma bunga lili dan mawar, namun Dika sama sekali tidak bisa menikmatinya. Ia duduk di tepi ranjang dengan kemeja yang sudah berantakan. Pesan teks dari bagian keuangan kantornya terus terbayang di kepalanya.
Farah keluar dari kamar mandi dengan gaun tidur sutra berwarna merah, mencoba menampilkan pesonanya sebagai istri baru. Ia mendekati Dika dengan senyum manja.
"Mas... kok bengong terus? Kita kan baru sah. Malam ini harusnya jadi malam yang spesial buat kita," bisik Farah sambil merangkul leher Dika.
Dika menepis tangan Farah dengan kasar, membuat Farah tersentak. "Spesial gimana, Far?! Kantor baru saja mengirim pesan. Ada audit internal besar-besaran besok pagi. Dana operasional yang aku pakai buat pesta ini dan buat beli barang-barangmu dicurigai!"
Wajah Farah yang tadinya manis seketika berubah. "Lho, kok nyalahin aku? Kan kamu yang setuju bilang kita harus pesta mewah buat malu-maluin Tania! Di perjanjian pra nikah kalian juga seharusnya harta Tania bakal jadi milik kita!"
"Ya aku pikir hartanya banyak! Ternyata nol, Far! Nol!" teriak Dika frustrasi. "Sekarang mobil nggak ada, uang tabungan Tania nggak ada, dan sekarang posisiku di kantor terancam. Kalau aku terbukti pakai dana kantor, aku bisa dipenjara!"
Farah melepaskan pelukannya sama sekali. Ia berdiri dan menatap Dika dengan pandangan yang mulai dingin. "Jadi maksudmu, sekarang kita nggak punya apa-apa? Mas, aku mau nikah sama kamu bukan buat hidup susah atau jadi istri narapidana!"
Dika mendongak, menatap Farah dengan tidak percaya. "Baru beberapa jam kita nikah, kamu sudah bicara begitu? Mana janji kamu yang mau nemenin aku?!"
Untuk mengalihkan stresnya, Dika menyalakan televisi di kamar hotel. Namun, hal itu justru menjadi bumerang. Layar televisi menampilkan berita bisnis malam.
“Peluncuran koleksi perhiasan 'The Queen's Freedom' hasil desain desainer berbakat, Tania, sukses besar di pasar internasional. Nilai saham PT Hartadinata melonjak tajam, dan Tania dikabarkan mendapatkan bonus saham yang menjadikannya salah satu wanita terkaya di industri ini dalam semalam...”
Di layar, terlihat Tania sedang berdiri berdampingan dengan Rei di sebuah acara gala dinner yang sangat eksklusif. Tania terlihat sangat bahagia, jauh dari kesan wanita yang baru saja bercerai.
Dika melempar remote televisi ke arah layar hingga retak. "BRENGSEK! Dia kaya raya, sementara aku di sini menunggu kehancuran!"
Dika teringat kata-kata Tania di pelaminan tadi: "Terima kasih sudah menjadi tempat sampah untukku."
Dika menatap Farah yang sekarang malah asyik memeriksa tas-tas mewah yang baru dibeli menggunakan kartu kredit Dika—kartu yang kemungkinan besar akan diblokir besok pagi. Dika baru menyadari bahwa ia benar-benar telah membuang permata demi sebuah kerikil yang hanya tahu cara menguras hartanya.
"Apa yang sudah aku lakukan..." bisik Dika pelan, suaranya parau. Ia teringat bagaimana Tania dulu menyiapkan sarapannya, mengelola uangnya dengan jujur, dan selalu ada untuknya.
...----------------...
Pagi harinya, saat mereka baru sampai di lobi hotel untuk check out, dua orang pria berjas rapi sudah menunggu Dika. Bukan sopir pribadi seperti yang dimiliki Tania, melainkan petugas kepolisian dan auditor perusahaan.
"Pak Dika? Kami perlu Anda ikut ke kantor untuk memberikan keterangan terkait dugaan penggelapan dana perusahaan senilai miliaran rupiah."
Dika membeku. Ia menoleh ke arah Farah, berharap istrinya itu akan membelanya. Namun, Farah justru melangkah mundur, menjauhkan dirinya seolah-olah tidak mengenal Dika.
"Mas... aku... aku pulang ke rumah ibuku dulu ya," ucap Farah terbata-bata, lalu ia berbalik lari meninggalkan Dika yang digiring oleh petugas.
Di kejauhan, sebuah mobil mewah melintas perlahan. Di dalamnya, Tania melihat pemandangan itu melalui kaca jendela yang gelap. Ia tidak tersenyum, ia hanya menatap datar, seolah melihat sampah yang akhirnya diangkut oleh petugas kebersihan yang tepat.
Dika duduk di ruangan yang sempit dan dingin. Di depannya, tumpukan bukti penggunaan dana operasional perusahaan untuk kepentingan pribadi terpampang nyata. Auditor menunjukkan bahwa laporan keuangan yang selama ini terlihat "aman" ternyata telah dikoreksi. Dika baru menyadari bahwa selama ini Tania lah yang menutupi lubang-lubang kecil dalam keuangannya agar tidak menjadi masalah besar. Tanpa Tania, kebodohan finansial Dika terekspos dalam sekejap.
"Saya tidak tahu ini akan berakibat fatal," gumam Dika parau.
"Anda menggunakan uang perusahaan untuk membiayai pesta pernikahan mewah Anda kemarin, Pak Dika. Itu adalah tindak pidana," jawab auditor itu dingin.
Sementara itu... Farah kembali ke rumah Dika, namun ia tidak lagi merasa seperti seorang ratu. Listrik rumah itu padam karena tagihan yang belum dibayar, dan beberapa orang suruhan bank mulai datang untuk menempelkan stiker penyitaan.
Farah mencoba menghubungi teman-temannya untuk meminta bantuan, namun semua nomornya telah diblokir. Berita tentang skandal Dika dan keberhasilan Tania telah menyebar luas. Farah kini dikenal sebagai wanita yang hanya menjadi selingkuhan dan penghancur rumah tangga yang kini ikut jatuh miskin.
Ia duduk di lantai ruang tamu yang gelap, menatap foto pernikahannya yang baru berusia satu hari. "Ini tidak mungkin... aku seharusnya kaya, aku seharusnya menang!" teriaknya histeris.
Di sisi lain, Tania sedang meresmikan butik perhiasan pribadinya. Penampilannya sangat tenang, sejuk, dan mempesona. Rei berdiri di sampingnya, memberikan dukungan penuh sebagai mitra bisnis.
Luna mendekat dan berbisik, "Dika resmi ditetapkan sebagai tersangka pagi ini, Tan. Dan Farah... dia diusir dari rumah itu karena penyitaan bank."
Tania hanya mengangguk kecil. Tidak ada sorot kegembiraan yang berlebihan, hanya ketenangan. "Itu sudah sewajarnya, Lun. Seseorang yang membangun kebahagiaan di atas penderitaan orang lain tidak akan pernah memiliki fondasi yang kuat."
Beberapa minggu kemudian, Tania harus datang ke kantor polisi untuk menandatangani dokumen terakhir perceraian yang melibatkan pembagian aset (yang isinya nol untuk Dika).
Dika digiring keluar dengan seragam tahanan. Saat melihat Tania yang begitu bersinar, Dika jatuh berlutut. "Tania... tolong aku. Aku khilaf. Farah yang menghasut ku, Tania! Tolong cabut tuntutan perusahaan atau bantu aku secara finansial!"
Tania berhenti tepat di depan Dika. Ia merapikan syal sutranya yang mahal, lalu menatap Dika dengan tatapan yang sangat dingin—tatapan yang lebih menyakitkan daripada makian.
"Aku sudah memaafkan mu sejak lama, Mas Dika. Tapi hukum dan konsekuensi atas pilihanmu adalah urusanmu sendiri," ucap Tania datar.
"Ingat kata-kataku di pesta itu? Kamu sudah bersama orang yang tepat. Nikmatilah hidupmu sebagai sampah di tempat yang seharusnya."
Tania berbalik dan melangkah pergi tanpa sedikit pun menoleh ke belakang, meninggalkan Dika yang meraung menyesali segala kebodohannya.
Bersambung...