NovelToon NovelToon
Di Ulang Tahun Ke-35

Di Ulang Tahun Ke-35

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:42.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ama Apr

Di malam ulang tahun suaminya yang ke tiga puluh lima, Zhea datang ke kantor Zavier untuk memberikan kejutan.

Kue di tangan. Senyum di bibir. Cinta memenuhi dadanya.

Tapi saat pintu ruangan itu terbuka perlahan, semua runtuh dalam sekejap mata.

Suaminya ... lelaki yang ia percaya dan ia cintai selama ini, sedang meniduri sekretarisnya sendiri di atas meja kerja.

Kue itu jatuh. Hati Zhea porak-poranda.

Malam itu, Zhea tak hanya kehilangan suami. Tapi kehilangan separuh dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ama Apr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Pintu apartemen Elara terbanting keras hingga memantul sedikit sebelum menutup sempurna. Napas Elara memburu, tubuhnya gemetar menahan malu dan kemarahan yang menelan seluruh kesadarannya.

Bayangan wajah Zhea yang dingin, congkak, dan penuh kemenangan ... terus berputar di kepalanya.

"Apa yang kamu dapatkan dari suamiku ... satu per satu akan kuambil lagi."

Ucapan itu menggema jelas, menghantam harga dirinya seperti tamparan berulang-ulang.

Elara melempar tasnya ke sofa dengan kasar. Dompet kecilnya terjatuh, kartu debit yang tadi ditolak kasir ikut terlempar keluar. Melihat kartu itu, darahnya seperti naik ke kepala.

"Diblokir ... si Zhea setan itu benar-benar memblokirnya!" teriak Elara dengan suara pecah.

Ia menendang meja kopi hingga gelas air mineral di atasnya jatuh dan pecah.

Pecahan kaca berserakan, tapi Elara tak peduli. Ia meraih bantal sofa dan menghantamkannya ke tembok, air matanya sudah mengalir, bukan karena sedih, tapi karena frustrasi dan ketidakberdayaan.

"Zheaaa! Kau memang wanita setan!" Ia memekik, wajahnya merah padam. Kemudian menendang-nendang sofa, lalu mengambil foto polaroid kecil yang dulu pernah ia ambil bersama Zavier ... foto yang dulu ia tempelkan di dinding ruang tamu itu dengan penuh kebanggaan, namun kini seperti sebuah kehancuran.

Dengan mata berkaca-kaca penuh amarah, ia merobek foto itu, lembar demi lembar, hingga hanya serpihan kecil yang tersisa di lantai.

Ponselnya bergetar. Panggilan masuk dari ibunya ... lagi.

Elara menatap layar dengan mata berkaca-kaca, napas memburu. Begitu ia angkat, suara ibunya langsung menyambar:

"Ela! Mana uang yang kamu janjikan tadi pagi?! Kenapa belum kamu kirim juga?! Mama mau bayar arisan nih! Bu Dewo sudah ngirim pesan terus ke Mama."

Elara meremas rambutnya sendiri. "Ma ... aku nggak jadi ngirim uang."

Suara ibunya langsung meninggi, "Kenapa nggak jadi?! Maksud kamu apa?!"

Elara menarik napasnya yang terasa sesak. "Kartu debitku, yang berisi uang tabungan pemberian Zavier ... kini sudah diblokir, Ma. Dan aku, nggak punya uang sama sekali!" Suara Elara patah, hampir histeris.

"APA?!" Teriakan ibunya membahana, sampai membuat Elara menjauhkan ponselnya dari lubang telinga.

Keheningan singkat hadir, sebelum ibunya kembali memaki, menyalahkannya, menuntutnya mencari solusi.

Karena muak, panggilan itu Elara tutup secara sepihak. Dengan tangan gemetar, ponselnya ia lempar ke sofa.

Ia terduduk di lantai, memeluk lutut, tubuhnya berguncang. Bukan hanya karena Zhea mempermalukannya, bukan hanya karena kartu debitnya diblokir ... tapi karena untuk pertama kalinya, Elara merasakan hidupnya benar-benar runtuh.

"Sial! Sial! Zhea sinting! Awas kau wanita setan! Akan kubuat kau menangis darah karena sudah mempermalukanku!" jeritnya menggema.

______

Jika Elara sedang mengalami kehancuran akibat perbuatannya, berbeda dengan Zhea yang kini bisa tersenyum lega. Menatap perkembangan putrinya yang sudah bisa mengangkat kepala saat tengkurap dan sudah bisa mengoceh, meski baru 'oh dan ah' saja.

"Masya Allah ... anak Mama." Zhea mengangkat Zheza dari playmat. Menimang-nimang bayi gembul itu. "Tumbuh dengan sehat ya, sayang." Satu titik cairan bening keluar dari pelupuk mata Zhea. "Maafkan Mama dan Papa ya, Nak ..." bisik Zhea dalam hatinya.

"Mana ponakan Om yang sudah bisa ngoceh?" serobot Rafly yang baru pulang dari pabrik.

Zhea buru-buru menyeka air mata, dengan segera memasang senyum manis untuk menyambut adiknya. "Ini dia!" Zhea menimang-nimang Zheza, membuat bayi itu tersenyum kecil.

"Hehe ... senyum dia!" Rafly berseru. "Sini!" Kemudian Rafly merentangkan tangan, berniat menggendong Zheza.

"Nggak ah!" Zhea melarang. "Om Rafly belum mandi, bau," tuturnya menggoda.

Rafly menipiskan bibir. "Nggak bau sih. Cuma Om emang kotor. Takut menempelkan kuman ke kamu." Akhirnya Rafly mengakui. "Om mandi dulu ya, gembul," ujarnya sambil menoel pipi tembem Zheza.

"Oke, Om." Zhea menirukan suara bayi seraya melambaikan tangan Zheza ke arah Rafly.

Ketika Rafly sudah naik ke lantai dua, ponsel Zhea yang tergeletak di meja ruang tengah berbunyi. Sambil menggendong Zheza, ia mengambil ponsel tersebut. Seulas senyum kecil terbit di bibir tipis Zhea. "Nenek Rindu nelepon, sayang," beri tahunya pada sang anak.

Zhea menggeser ikon hijau di layar, meloudspeaker panggilan tersebut.

Suara Rindu langsung berkumandang parau dari seberang sana. "Halo, sayang ... kamu lagi apa? Cucu Mama mana?"

"Aku lagi menggendong Zheza, Ma." Satu jawaban untuk dua pertanyaan.

"Ya ampun ... Mama kangen banget sama Zheza. Pengen video call ... tapi Mama belum mandi. Nanti kalau Nenek udah mandi, kita video call ya, Zheza?"

"Iya, Nenek. Oh, ya, Ma ... ada apa Mama nelepon aku? Apakah ada hal yang penting?"

"Ah, begini, Zhea. Mama cuma mau menanyakan soal besok, apakah kamu mau bareng Mama dan Arin ke kantor polisinya? Kalau mau ... Mama akan menjemputmu ke sana?"

Zhea menggelengkan kepala, meski Rindu tak melihatnya. "Nggak usah, Ma. Aku mau bawa mobil kok. Kita bertemu di kantor polisi saja. Mama mau pergi sama Arin saja atau ditemani Om Sandi?"

"Sama Arin dan sopir saja, sayang. Om-mu sekarang punya tugas baru, yaitu menghandle urusan kantor, sebelum Mama benar-benar pulih dan kuat untuk kembali bekerja.".

Zhea sedikit membulatkan mata. " Mama serius mau kerja lagi?"

"Serius, sayang. Kalau bukan Mama ... siapa lagi yang mau meneruskan perusahaan peninggalan Papamu. Arin kan baru mau sidang skripsi tiga bulan lagi. Kalau dia sudah lulus, barulah Mama akan menyuruh Arin bergabung. Tapi Mama juga nggak akan langsung mengangkat Arin jadi dirut. Mama akan menyuruh adikmu belajar dari bawah dulu, sebagai staf biasa. Supaya dia mengerti ... bahwa menjadi pengusaha sukses itu butuh perjuangan, bukan hanya kekuasaan dan warisan."

"Masya Allah ... Mama memang hebat. Semoga semuanya lancar ya, Ma."

"Aamiin, sayang. Mama berharap ... setelah Zheza mpasi, kamu bersedia bergabung di perusahaan Dinata Grup. Kita lanjutkan perjuangan Papa."

Zhea tertegun, tak lantas menanggapi permintaan ibu mertuanya. "Kalau soal itu ... aku pikir-pikir dulu ya, Ma."

"Iya, sayang. Santai saja. Itu pun kalau kamu bersedia. Kalau pun nggak, Mama nggak akan maksa. Udah dulu, ya ... Mama mau mandi. Sampai jumpa besok. Zheza ... Nenek mandi dulu ya, nanti kita vc."

"Iya, Nek."

Setelah telepon berakhir, Zhea tercenung sambil menyusui Zheza. Kembali memikirkan tawaran yang baru saja diutarakan Rindu.

_______

Kantor polisi siang itu terasa lebih dingin dari biasanya. AC yang berembus pelan tak mampu menenangkan hati Elara yang gelisah. Sepatunya mengetuk-ngetuk lantai, dan tangan gemetarnya menggenggam ujung blus yang ia pakai.

Ketika namanya dipanggil, ia berdiri dengan langkah kecil penuh ragu.

Namun langkahnya terhenti begitu ia melihat tiga orang berdiri di depan pintu ruang penyidikan.

Rindu, Arin dan Zhea.

Ketiganya menoleh secara bersamaan.

Arin langsung memicingkan mata. "Elara?" suaranya nyaring, sinis.

Rindu menatap Elara seperti melihat sesuatu yang menjijikkan. Mata perempuan itu merah, entah karena tangis atau emosi yang tertahan.

Dan Zhea ... nampak berdiri tenang, elegan, tetapi matanya dingin seperti pecahan kaca. Bahkan tanpa bicara pun, Elara sudah merasakan intimidasi dari perempuan itu sama seperti saat di minimarket kemarin.

"Ternyata si ember buluk ada di sini juga," dengus Arin sarkas. "Kau seharusnya bukan jadi saksi, tapi jadi tersangka. Karena kehadiran dirimu lah ... Zavier jadi monster! Dasar perek! Pelacur! Jin Dasim! Jin ifrit!" maki Arin nyaris mendorong Elara, kalau saja Zhea tak menahan tubuhnya.

"Arin." Zhea mengusap lembut punggung adik iparnya. "Tidak usah membuang energi untuk menghina dia. Toh dia sudah menghinakan dirinya sendiri dengan menjadi selingkuhan lelaki beristri. Biarkan tangan Tuhan yang bekerja. Sebentar lagi, dia pun akan menjadi tersangka!" Zhea memberi penekanan berat pada kata terakhir yang ia ucapkan.

Elara terperanjat, namun keberaniannya menciut, menghadapi tiga wanita yang mendadak garang seperti singa. Itulah yang dilihat Elara saat ini.

Di tengah ketegangan itu, suara petugas memanggil tegas. "Saudari Elara Putri, silakan masuk ke ruangan penyidik."

Elara masuk, dan pintu ditutup. Ia duduk berhadapan dengan dua penyidik yang tampak serius dan sama garangnya dengan ketiga wanita tadi.

"Saudari Elara, kami akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai interaksi Anda dengan tersangka Zavier Dinata sebelum kejadian kematian Soni Dinata."

Elara menelan saliva, tenggorokannya mendadak kering. "I-iya, Pak ..."

"Apakah benar Anda menjalin hubungan pribadi dengan tersangka di luar hubungan kerja?"

Napas Elara tercekat. Ingin membantah, tapi ... "I-Iya, Pak."

Penyidik mengangguk kecil sambil mencatat.

"Menurut keterangan tersangka, Anda adalah orang yang terakhir berbicara dan bersama dengannya sebelum ia kembali ke kantor malam itu. Dan dalam rekaman kamera tersembunyi ... Anda pun terlihat bersama tersangka siang harinya. Zavier juga mengatakan jika Anda lah yang menyuruhnya menemui Soni Dinata lagi malam itu ... apakah itu benar?"

Elara gelagapan, ingin menyangkal, namun nyalinya menciut melihat tatapan tajam dari dua penyidik di depannya. "I-Iya, Pak. Saya memang menyuruh Zavier kembali ke kantor malam itu untuk menemui Pak Soni. Tapi saya tidak tahu kalau Zavier akan melakukan itu. Demi Tuhan, Pak. Saya tidak tahu. Saya hanya menyuruh Zavier membujuk ayahnya supaya tidak menurunkan jabatan Zavier dari dirut menjadi staf biasa. Hanya itu. Saya tidak menyuruhnya bertengkar dengan Pak Soni." Suara Elara bergetar, dia nyaris menangis.

Penyidik menatapnya tajam. "Justru itu, tersangka mengaku ... jika perkataan Anda telah memprovokasinya untuk berbuat kasar pada Soni Dinata."

Elara terhenyak, segera membantah. "Tapi saya tidak menyuruh dia mendorong Pak Soni. Saya tidak menyuruh Zavier berbuat kasar. Saya hanya menyuruh dia bicara dengan cara baik-baik. Tolong, Pak. Demi Tuhan ... saya tidak tahu kalau Zavier akan melakukan itu pada ayahnya." Akhirnya, tangis Elara pecah. Sungguh ia tidak mau masuk penjara. Dan lagi, dia merasa tidak memprovokasi Zavier untuk membunuh ayahnya sendiri.

Penyidik mengangguk, lalu mencatat.

Ketika keluar dari ruang penyidikan itu, mata Elara masih berair. Lorong terasa lebih panjang dari sebelumnya.

Dan di ujungnya, Zhea, Arin dan Rindu masih menunggu giliran.

Rindu berdiri, wajahnya penuh duka dan amarah ketika Elara lewat di depannya. "Semua ini gara-gara kau, wanita setan! Kau adalah awal dari semua malapetaka ini! Kau dan Zavier sama-sama iblis!" hardik Rindu sambil menudingkan telunjuknya ke wajah Elara yang sembap.

Elara mencoba bicara meski suaranya nyaris menghilang. "Bu ... say--"

"DIAM!" bentak Rindu. "Aku tidak butuh pembelaan darimu, pelakor! Mendengar suaramu saja, sudah membuatku merasa mual. Menjijikan!"

Arin langsung berdiri menimpali perkataan ibunya. "Dasar ember buluk nggak tahu malu! Seharusnya kamu pun masuk penjara seperti kekasihmu itu! Kalian pasangan yang serasi! Sama-sama nggak punya hati!"

Namun yang paling menakutkan justru adalah Zhea. Ia bangkit perlahan, melangkah mendekat ke Elara. Wajahnya tetap tenang ... tapi tatapannya menusuk. "Elara," katanya lirih namun jelas, "Kamu boleh bilang apa pun di ruang penyidik. Tapi ketahuilah ... semua yang kamu lakukan pada keluarga ini, akan kembali ke kamu."

Elara merinding. Tubuhnya tiba-tiba gemetar.

Zhea mendekat satu langkah lagi, suaranya nyaris berbisik. "Dan tunggu lah ... sebentar lagi, kamu akan segera menyusul Zavier. Menjadi tahanan dan mendekam di dalam sel."

Elara mundur setengah langkah, wajahnya pucat pasi.

Rindu menyentuh lengan Zhea, memberi dukungan diam-diam.

Zhea menambahkan, "Terimalah balasan dari perbuatanmu, Elara Putri."

Elara terisak, takut, dan merasa seluruh dunia kini menutup dirinya.

Sementara Zhea berjalan masuk ke ruang penyidikan dengan kepala tegak, meninggalkan Elara yang gemetar di lorong yang dingin dengan tatapan intimidasi dari Arin dan Rindu.

Kemudian perlahan, Elara menyeret langkahnya, pergi dari lorong itu dengan hati yang hancur lebur. "Aku harus kabur! Aku tidak mau masuk penjara. Aku harus pulang ke Semarang!"

_____

Siang itu, ruang tahanan terasa panjang, lebih panjang dari hari-hari sebelumnya. Sinar matahari yang masuk melalui jeruji tidak memberi hangat ... hanya menyinari wajah layu Zavier yang duduk memegang kepala.

Tadi pagi, penjaga sel sempat berseloroh:

"Keluarga kamu datang, tuh. Dipanggil penyidik untuk dimintai keterangan."

Seketika mata Zavier berbinar. Dia berharap ibunya, adiknya dan Zhea datang menjenguk, meski hanya semenit. Jika mereka datang, Zavier bersumpah akan bersujud di bawah kaki mereka dan meminta maaf.

Zavier beberapa kali menengok ke arah lorong.

Setiap kali ada langkah kaki mendekat, jantungnya berdegup keras ...

namun ternyata itu penjaga, dan tahanan lain yang diantar masuk.

Ia mencoba tersenyum tipis pada penjaga. "Pak ... kalau keluarga saya datang, tolong kasih tahu saya, ya?"

Penjaga hanya mengangguk tanpa minat.

Zavier kembali duduk ... gelisah, menggigit jari, kakinya menghentak-hentak lantai tak sabar.

Jarum jam terus bergerak.

Ketika matahari mulai turun, Zavier sudah tidak kuat berdiri lagi. Ia bersandar di tembok, menatap lantai. "Kenapa belum ada yang datang?" katanya lirih. "Apa mereka benar-benar sudah melupakanku? Apa mereka nggak mau ketemu aku lagi?" Pikiran buruk mulai menghantuinya.

Batinnya bergejolak. "Mama membenciku. Bahkan saat itu, dia tak mau lagi menganggapku sebagai anak. Arin pun sama, dia marah sekali padaku. Zhea ... dia apalagi. Aku sudah mengkhianati cinta tulusnya. Dan semua ini ... gara-gara si Elara."

Zavier mengusap wajahnya dengan kedua tangan. "Bodoh ... bodoh ... kenapa aku bodoh sekali?!" suaranya pecah.

Tiba-tiba, langkah kaki terdengar. Zavier terbangun, berdiri cepat menghampiri jeruji. "Mereka datang?" suaranya penuh harap.

Penjaga lewat sambil membuka pintu salah satu sel lain. Bukan untuknya. Tidak ada keluarga yang datang menjenguknya.

Napas Zavier memberat. Dadanya terasa sesak.

Saat langit semakin gelap, dan suara-suara mulai meredup di kantor polisi, barulah kenyataan menghantamnya.

"Mereka, tidak datang."

Zavier mencengkeram jeruji sel erat-erat. Kepalanya menunduk. "Aku ... benar-benar dibuang ..." suaranya seperti berbisik pada kegelapan.

Rasanya seluruh penyesalan yang ia pendam sepanjang hari melebur dalam satu pukulan kuat.

Tiba-tiba ia menghantamkan dahinya ke jeruji.

Sekali.

Dua kali.

Dan niat ketiga kali gagal oleh suara seruan dari penjaga.

"Hei! Tahanan 35! Sudah! Jangan bikin ulah! Berisik!" bentak penjaga.

Zavier mengangkat wajah, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.

"Mereka sungguh meninggalkanku ..." Ia merintih, hampir meraung.

Tangisnya membesar, lebih dalam, lebih pilu, seperti seseorang yang kehilangan seluruh dunianya sekaligus. "Aku sendiri ... aku hancur ... aku sudah tak punya masa depan ..." Zavier jatuh berlutut di lantai dingin itu, memeluk kepalanya sendiri karena tidak ada lagi yang bisa ia peluk.

Di luar sel, dunia berjalan seperti biasa.

Namun di dalam sel itu ... Zavier merasa resmi menjadi manusia yang dilupakan.

Tak ada yang menengok.

Tak ada yang mencari.

Tak ada yang peduli.

Dan untuk pertama kalinya sejak ditahan, ia benar-benar merasa sendirian, menyesal dan ingin mati saat itu juga.

1
partini
good 👍👍👍👍
menunggu part dimana zhea sukses dan dapat jodoh yg meratukan dia,,
Ama Apr: Siapp🫶
total 1 replies
Erviana Anna
😭😭 terharu banget.. thor kayak gak tega Zavier sama Zhea pisah,, ap boleh Zavier berjuang lagi mendapatkn istri dan anaknya
Ama Apr: Boleh, tp kayaknya Zaviernya insecure duluan🥲
total 1 replies
Sunaryati
Emak saja marah apalagi orang yang melahirkan dan membesarkan, penderitaan kau belum seberapa dibanding ibumu yang kehilangan suaminya dan harus mengurus perusahaan.
Ama Apr: taubat maksudku😅
total 2 replies
Sunaryati
Pertemukan Zheza, pada ayahnya. Sebenarnya emak tuh masih geram pada Zavier, saat orang berduka atas meninggalnya ayahnya, namun dia malah mengumbar hawa nafsu, dengan selingkuhannya. Tapi bagaimanapun dia tetep ayah Zheza.
Ama Apr: Huhu ... iya Mak'e
kalau masalah itu aku pun geram. Tapi melihat dia sudah bertaubat dan menyesal, duh rasanya jd kasihan juga. 🥲
total 1 replies
@Mita🥰
pertemukan saja zhea .... bagaimana pun zavier tetep ayah nya Sheza
Ama Apr: Iya Kk ... ditunggu ya, hari ini aku mau double up🤭
total 1 replies
partini
mungkin karena masih baru luka nya masih nyes nyes jadi agak berat is ok zhea take you time
Ama Apr: 🫶🫶🫶 iya kk
total 1 replies
Erviana Anna
pertemukan saja Zhea.. biar Zheza mengenal ayahnya, toh Zavier juga sudah janji akan jadi ayah yang baik untuk Zheza.. dan Zheza juga gak membenci ayahnya biar gimana pun Zavier pernah seantusias gitu waktu kamu di nyatakan hamil.. cuma karna si pelakor itu jadi berubah deh
Ama Apr: Iya Kk🫶🫶
total 1 replies
Erviana Anna
pertemukan saja Zhea,,
Ama Apr: Semoga Zhea terketuk hatinya🥲
total 1 replies
Ma Em
Semoga Zhea dapat pengganti Zavier lelaki yg baik setia serta penyayang dan selalu bahagia biarkan Zavier dan Elara mendapat hukuman aku bat dari perbuatannya sendiri , Semangat Zhea 💪💪💪
Ama Apr: aamiin, makasih kk🫶
total 1 replies
Sunaryati
Songsong lembaran baru dengan semangat baru💪💪
Ama Apr: Siapp Kk🫶
total 1 replies
@Mita🥰
ya Alloh thor aku baca novel ini banyak 😭😭😭😭😭 apa lagi pas part zavier menyesal 😭😭😭
Ama Apr: Huhu, makasih kk🫶
total 1 replies
partini
apartemen dulu yg di tinggali jual aja lah lepas semua masa lalu hadapi masa depan
Ama Apr: 🤣🤣🤣 iya banjir bandang weh iuhhh😵
total 3 replies
partini
selicik apapun tuh wanita kalau kamu kuat g tergoda ga bakal terjadi perselingkuhan, kalian tuh duanya salah
Ama Apr: iyap, iman Zavier aja yg lemah
total 1 replies
Irma Minul
luar biasa 👍
rian Away
Oh jangan dulu mati terlalu cepat anak muda 🤭
Ama Apr: harus menderita dulu y😅
total 1 replies
rian Away
AKU YANG AKAN MEMBUNUH MU ELARA
Ama Apr: haha
terima kasih kk
total 1 replies
rian Away
SIGMA
kalea rizuky
tetanggaku meninggal bundir gantung diri beberapa desa di teror rmhku aja di ketuk mpe 3 kali pokok resah bgt dan q tandain klo ngetuk pintu selalu jam 1 malem akhirnya pak ustad yg bantuin itu akhirnya g neror
Ama Apr: ihh kk takut, mna aku baca komennya ini mlm lagi😅
total 1 replies
partini
you can do it zhea ,,hukuman nya berapa tahun ya Thor pembunuh walau tidak di sengaja
Ama Apr: Iya kk, ngeri.

aamiin pasti Zhea dapat pengganti yg lebih baik.

Betul Kk, setelah gelap terbitlah terang🫶
total 3 replies
Erviana Anna
Zhea masihkah ada kesempatan buat Zavier setelah dia menjadi lebih baik lagi,,,? hanya Author yang tau
Erviana Anna: sippp kaka😍
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!