Tania seorang gadis yatim piatu yang tinggal bersama paman dan bibinya yang kebetulan tidak memiliki keturunan. Di usianya yang ke 20 tahun ini Tania harus berjuang sendiri melanjutkan hidupnya karena paman dan bibinya pun sudah meninggal dunia.
Memiliki seorang sahabat yang baik, tentu merupakan anugerah bagi Tania. Shasa adalah sahabat yang selalu ada untuknya. Mereka bersahabat mulai dari SMA. Siapa yang menyangka persahabatan mereka akan berubah menjadi keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang ke rumah bunda
Lima hari kemudian
Hati ini Tania sudah diperbolehkan pulang. Namun hatinya masih bimbang. Ia ingin sekali pulang ke rumahnya sendiri, namun apa daya itu sangat tidak mungkin. Selain tidak ada yang bisa merawatnya, ia juga tidak bisa bertahan hidup tanpa memiliki uang. Kalau saja ia punya banyak uang. Mungkin ia bisa membayar tetangganya untuk merawatnya.
Shasa sudah membereskan barang-barang miliknya dan Tania. Saif sedang sedang mengurus administrasi. Setelah Saif kembali, alat infus sudah dilepas dari tubuh Tania.
"Abang keluar dulu gih. Shasa mau bantu Tania ganti baju."
"Oh iya."
Saif pun keluar dari kamar itu.
"Coba kalian sudah halal, pasti abang yang bantuin kamu pakai baju." Ujar Shasa sambil terkekeh.
Tania hanya bisa menahan senyum.
Setelah selesai memakai baju, Shasa memanggil abangnya.
"Sudah bang."
Saif pun masuk lagi ke dalam. Untuk pindah dari brangkar ke kursi roda, tentu saja Tania harus digendong.
"Bang, kok bengong? Ayo pindahin Tania!"
"Ah iya."
"Bismillahirrahmanirrahim... " Saif menggedong Tania dan pelan-pelan memindahkannya ke kursi roda.
"Alhamdulillah... yuk kita pulang."
Shasa mendorong kursi roda itu. Diikuti Saif yang membawa tas dan barang-barang mereka.
Sampai di bawah, Tania dan Shasa menunggu di depan karena Saif masih mengambil mobil ke tempat parkir. Tidak lama kemudian Saif datang. Ia turun dari mobil dan menggendong Shasa lagi, memindahkannya dari kursi roda ke dalam mobil.
"Terima kasih, bang."
"Hem... "
"Ehem ehem... " Sahut Shasa.
"Kamu kenapa, dek?"
"Hah.. ndak, ndak pa-pa kok cuma tenggorokan agak kering nih bang. Nanti mampir beli jus ya."
"Iya."
Saif kembali masuk ke tempat kemudi.
Tania memukul lengan Shasa. Sedangkan Shasa menutup mulutnya menahan tawa. Saif melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Melihat sebuah kedai es, Saif pun meminggirkan mobilnya.
"Dek, katanya mau beli jus."
"Ah iya, bentar aku turun dulu."
Shasa turun dari mobil. Dan kini tinggal Tania dan Saif. Saif dapat melihat Tania dari kaca atas. Nampak Tania duduk bersandar sambil bersedekah tangan.
"Tania.... "
"Iya....?"
"Kamu baik-baik saja?"
"I-iya, bang."
"Kamu akan aman berasa di rumah. Besok aku akan pergi dari rumah. Mungkin aku akan tinggal di rumah opa untuk sementara waktu."
Tania terkejut mendengarnya. Ia langsung duduk tegak.
"Ke-kenapa, bang? Apa karena ada aku? "
"Salah satunya. Tapi kamu jangan pikirkan itu. Aku ndak pa-pa kok. Kamu fokus saja pada kesembuhanmu."
Entah mengapa Tania menjadi tidak enak hati. Ia merasa bersalah.
Shasa datang dengan membawa tida cup jus alpukat.
"Sudah, dek?"
"Sudah, bang. Yuk cus."
Saif kembali melakukan mobil.
Saat ini Tania sedang berpikir keras.
"Ya Allah, segitunya bang Saif sampai mengalah. Apa aku terlalu egois? Bang Saif sudah terlalu baik. Apa alasanku menolaknya? Dia harus pindah hanya gara-gara aku? Ndak, ini ndak bisa terjadi. Ini hanya akan membuatku tersiksa. Apa aku harus segera mengambil keputusan." Batinnya.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di rumah. Selain ada bunda dan ayah, juga ada Mbak Dini dan Cinta yang sudah menunggu kedatangan mereka.
Lagi-lagi Saif menggendong Tania dan memindahkannya ke kursi roda.
"Terima kasih, bang."
Saif menganggukkan kepala.
"Bun, kalau Dini lihat ada sesuatu di antara mereka." Bisik Dini kepada sang bunda.
"Sstt... do'akan saja."
"Assalamu'alaikum.... "
"Wa'alaikum salam...."
"Selamat datang aunty..." Ujar Cinta yang langsung memeluk Tania.
"Terima kasih, Cinta."
Shasa mendorong kursi roda Tania masuk ke dalam rumah. Kamar untuk Tania ada di bawah agar memudahkannya untuk menjangkau. Kamar itu terlihat rapi dan bersih. Beberapa baju juga sudah disiapkan oleh bunda.
"Bunda seharusnya ndak perlu belikan Tania baju lagi. Bisa ambil baju Tania di rumah."
"Ndak apa-apa. Ini juga banyak dikasih sama sepupunya Shasa."
"Terima kasih, bunda."
"Anggaplah rumah sendiri ya. Kalau perlu apa-apa tinggal panggil bibi atau kita buat bantu kamu."
Mata Tania mulai berkaca-kaca. Ia tidak tahu lagi harus berkata apa kepada Shasa dan keluarganya.
"Stop, jangan nangis! Malu dilihat cinta." Ujar Shasa.
Tania pun mengusap ujung matanya yang sudah berair.
"Ndak bisa bilang apa-apa selain banyak terima kasih. Semoga Allah membalas kebaikan kalian berlipat ganda."
"Aamiin.... "
Saif sedang duduk di ruang tengah bersama ayah. Ayah sedang memberi wejangan untuk Saif. Namun tidak lama kemudian Shasa memanggilnya.
"Bang, tolong pindahin Tania."
"Oh, iya."
Saif pun msuk ke kamar Tania. Ia kembali menggendongnya dan memindahkannya ke tempat tidur. Setelah itu, Saif segera keluar.
Malam harinya.
Shasa mengajak Tania untuk makan malam bersama keluarganya di ruang tengah. Namun Tania tidak mau karena takut merepotkan Saif. Apa lagi nanti dia akan duduk di kursi sendiri. Sedangkan yang lain pasti duduk di lantai.
"Bawakan saja makan malamku ke kamar. Aku akan makan malam di kamar. "
"Ya sudah, aku akan menemanimu."
Shasa pergi ke dapur untuk mengambil makanan untuknya dan untuk Tania. Setelah utu ia pamit kepada yang lain.
Shasa dan Tania makan di dalam kamar. Tania di atas tempat tidur, sedangkan Shasa di sofa. Setelah selesai makan, Tania minum obat. Shasa membawa piring kotor ke dapur. Setelah uru, ia kembali lagi ke kamar Tania untuk sekedar ngobrol sebentar.
"Sha... "
"Iya, ada apa?"
"Em... apa benar abang mau tinggal di rumah opanya?"
"Iya, untuk sementara. Kok kamu tahu?"
"Tadi abang pamit. Gara-gara aku ya?"
"Nah itu aku ndak tahu. Mungkin iya, mungkin tidak. Tapi ya sudah-lah mau bagaimana lagi. Ndak pa-pa kok. Jangan dipikirkan. Setelah ini kamu istirahat. Ayo ganti bajumu dulu."
Shasa mengambilkan baju tidur untuk Tania.
Tania membuka baju yang dipaksinya laku menggantinya dengan baju tidur semacam daster itu.
"Terima kasih ya, Sha."
"Ah bosan aku dengar kata itu."
Tania mengulum senyum.
Setelah itu, Tania pamit keluar. Sebelumnya ia mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur.
Keesokan harinya.
Saif sedang memasukkan beberapa bajunya ke dalam koper. Ia juga memasukkan beberapa perlengkapan yang lain.
Tiba-tiba, Shasa datang ke kamarnya.
Tok tok tok
"Siapa?"
"Shasa, bang."
"Masuk, dek!"
Shasa membuka pintu.
"Bang, apa aku mengganggu?"
"Ndak, kenapa?"
"Em, itu.... Tania mau bicara sama abang."
"Tania?"
Shasa menganggukkan kepala.
"Okey, katakan kepadanya, tunggu lima menit lagi aku ke sana."
"Siap."
Shasa segera pergi dari kamar Saif.
Saif cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya, lalu turun ke bawah untuk menemui Tania.
Tok tok tok
Shasa membukakan pintu.
"Masuk, bang."
Terlihat Tania sedang duduk bersandar di atas tempat tidur. Saif berdiri di samping tempat tidur.
Shasa berdiri di pintu.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Syafakillah kakak author...dan sukses selalu 🤲😘
terimakasih sudah menyempatkan untuk up...🙏😍🤗