Di tahun 2070, nama Ethan Lawrence dirayakan sebagai pahlawan. Sang jenius muda ini telah memberikan kunci masa depan umat manusia: energi tak terbatas melalui proyek Dyson Sphere.
Tapi di puncak kejayaannya, sebuah konspirasi kejam menjatuhkannya.
Difitnah atas kejahatan yang tidak ia lakukan, sang pahlawan kini menjadi buronan nomor satu di dunia. Reputasinya hancur, orang-orang terkasihnya pergi, dan seluruh dunia memburunya.
Sendirian dan tanpa sekutu, Ethan hanya memiliki satu hal tersisa: sebuah rencana terakhir yang brilian dan berbahaya. Sebuah proyek rahasia yang ia sebut... "Cyclone".
(Setiap hari update 3 chapter/bab)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PumpKinMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33: Gema Tragedi
Di lantai 120 Menara Zona-S, di dalam kantor Direktur yang kini terasa seperti sangkar berlapis emas, Ethan Pradana sedang berperang dengan hantu.
Sudah tiga hari sejak konfrontasinya yang menghancurkan dengan Nate. Tiga hari keheningan radio dari Mars—tidak ada pesan dari Elara Vance, mata-matanya yang baru direkrut. Tiga hari di mana Ethan mencoba mengubur dirinya dalam pekerjaan, dalam persamaan kompleks yang mengatur tarian plasma bintang, tetapi pikirannya terus-menerus melayang kembali ke memo terkutuk yang dia tandatangani.
`Penangguhan sementara protokol keselamatan non-esensial.`
Kata-kata itu bergema di benaknya seperti lonceng kematian. Setiap kali dia memejamkan mata, dia melihat wajah lelah para pekerja Tier-D dari video Prometheus, dia mendengar suara batuk Maya di kegelapan panti asuhan.
Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa Thorne hanya menggertak. Bahwa tidak mungkin sesuatu yang buruk benar-benar terjadi. Bahwa sistem—meskipun korup—memiliki batasannya.
Dia salah.
Pagi itu dimulai seperti pagi lainnya dalam rutinitas barunya yang dipenuhi rasa bersalah. Dia memimpin rapat tim inti melalui konferensi video, membahas penyesuaian terbaru pada algoritma stabilisasi Lensa Fraktal. Dia terdengar percaya diri, tegas, memerankan peran Direktur Pradana dengan sempurna. Tidak ada yang tahu badai yang berkecamuk di dalam dirinya.
"Jadi," katanya, menunjuk ke grafik simulasi di layar utama. "Jika kita menerapkan peredam harmonik kontrapoin ini... Dr. Singh, perkiraan waktu komputasi untuk verifikasi skala penuh?"
"Sekitar 72 jam siklus kuantum, Direktur," jawab Dr. Singh dari biliknya di pusat komputasi. "Tapi itu..."
Sebelum Singh bisa melanjutkan, sebuah ikon peringatan merah berkedip di sudut layar pribadi Ethan. `PESAN PRIORITAS TERTINGGI - SUMBER: KANTOR SENATOR ROSTOVA - ENKRIPSI OMEGA.`
Jantung Ethan berhenti sejenak. Enkripsi Omega. Tingkat keamanan tertinggi, hanya digunakan untuk keadaan darurat nasional... atau bencana besar.
"...membutuhkan alokasi sumber daya yang signifikan," lanjut Singh, tidak menyadari gangguan itu.
Ethan mengangkat tangannya, memotong Singh. "Maaf, Dr. Singh. Tahan dulu pemikiran itu." Dia menatap timnya di layar konferensi video, mencoba menjaga suaranya tetap tenang. "Ada... sesuatu yang mendesak. Rapat ditunda sampai pemberitahuan lebih lanjut."
Dia memutus koneksi sebelum ada yang sempat bertanya.
Dia menatap ikon merah yang berkedip itu. Dia tahu. Jauh di lubuk hatinya, dia tahu apa isinya.
Tangannya sedikit gemetar saat dia membuka pesan itu.
Itu bukan teks panjang. Hanya sebuah buletin berita internal resmi, ditandai `EMBARGO - UNTUK DISEBARKAN PUKUL 10:00 GMT`. Di bawahnya, sebuah catatan pribadi singkat dari Rostova.
Ethan membaca buletin itu terlebih dahulu.
**JUDUL:** `Insiden Tragis di Fasilitas Tambang Mars Mengambil Korban Jiwa; Profesor Aris Thorne Termasuk di Antara yang Tewas.`
**Isi:** *Neo-Babel – Dengan kesedihan mendalam Kantor Operasi Mars Proyek Dyson Sphere mengumumkan insiden tragis yang terjadi kemarin di Tambang Calicite-7, Sektor 4. Keruntuhan struktural sekunder yang tak terduga, kemungkinan dipicu oleh aktivitas seismik mikro lokal, menyebabkan kematian 12 personel, termasuk Kepala Logistik Mars, Profesor Aris Thorne. Penyelidikan awal menunjukkan Profesor Thorne berada di lokasi untuk inspeksi keselamatan pribadi pada saat keruntuhan terjadi. Upaya penyelamatan segera diluncurkan tetapi terhambat oleh kondisi berbahaya. Tidak ada korban selamat yang ditemukan.*
*Secara terpisah, Kantor Keamanan Mars juga mengonfirmasi bahwa Profesor Thorne ditemukan tewas beberapa jam sebelum insiden utama, tampaknya karena bunuh diri di habitat pribadinya. Sebuah catatan yang ditemukan di tempat kejadian menunjukkan Profesor Thorne merasa bertanggung jawab secara pribadi atas potensi risiko keselamatan yang mungkin berkontribusi pada tragedi tersebut. Penyelidikan penuh atas kedua insiden sedang berlangsung di bawah arahan langsung Senator Kaelen Rostova.*
*Direktur Proyek Dyson Sphere, Ethan Pradana, belum memberikan komentar...*
Ethan berhenti membaca. Data-pad itu terlepas dari genggamannya dan jatuh ke karpet tebal tanpa suara.
Dia hanya berdiri di sana, menatap kosong ke luar jendela kaca raksasa kantornya. Langit London kelabu dan suram, cocok dengan kekosongan yang tiba-tiba memenuhi dirinya.
*Dua belas orang tewas.* Termasuk Thorne. *Bunuh diri?* Omong kosong. Thorne tidak akan pernah bunuh diri. Dia terlalu ambisius, terlalu pengecut. Dia dibunuh. Dibungkam. Sama seperti Clara. Sama seperti Prometheus.
Dan kecelakaan itu... *keruntuhan struktural sekunder? Aktivitas seismik mikro?* Kebohongan yang terang-terangan. Itu adalah sabotase. Sabotase yang dia—Ethan—secara tidak sengaja telah setujui.
Rasa mual naik di tenggorokannya. Dia tersandung ke kamar mandi pribadinya, nyaris tidak berhasil mencapai wastafel sebelum muntah hebat. Hanya cairan asam pahit yang keluar; dia belum makan apa pun sejak kemarin.
Dia mencengkeram tepi wastafel yang dingin, tubuhnya gemetar. Dia menatap pantulannya. Mata yang merah, wajah pucat berkeringat. Monster itu menatapnya balik.
Ini salahnya. Ini semua salahnya. Nate benar. Dia terlalu buta, terlalu naif, terlalu terobsesi. Dia telah mengorbankan nyawa demi proyeknya.
`Ethan.`
Suara Aurora, pelan dan privat di telinganya melalui bros komunikator.
"Pergi," bisik Ethan. "Tinggalkan aku sendiri."
`Aku tidak bisa,` jawab A.I. itu. `Aku telah memotong log Mars melalui backdoor Chronos sebelum mereka menguncinya sepenuhnya setelah insiden. Aku punya data.`
Ethan mengangkat kepalanya perlahan. "Data apa?"
`Data sensor dari Sektor 4. Tepat sebelum keruntuhan.` Aurora mengirimkan grafik kecil ke lensa kontak pintar Ethan—perangkat lain yang dia pakai secara rahasia. `Lihat ini. Pukul 04:17:05 Waktu Mars. Lonjakan energi termal singkat dan intens di penyangga struktural utama Delta-9. Konsisten dengan pemotong termal, bukan tekanan geologis.`
Ethan menatap grafik itu. Bukti. Bukti sabotase.
`Dan ini,` lanjut Aurora. `Log komunikasi internal terakhir dari helm servis 734—nomor identifikasi yang cocok dengan jurnalis Clara Vega. Pukul 04:17:10. Satu transmisi data keluar terenkripsi, terputus di tengah jalan. Lalu, lima detik kemudian... ledakan.`
Clara. Dia ada di sana. Dia melihatnya. Dia mencoba memperingatkan mereka.
`Dan satu hal lagi, Ethan,` kata Aurora, nadanya nyaris seperti ragu. `Profesor Thorne. Data biometrik dari habitat pribadinya menunjukkan... detak jantungnya berhenti *sebelum* waktu resmi kematian yang dilaporkan. Dan ada jejak residu kimia yang tidak teridentifikasi dalam sampel udara terakhir.`
Dibunuh. Seperti yang dia duga.
Kebenaran itu begitu mengerikan, begitu mutlak, sehingga anehnya menenangkan kepanikan Ethan. Rasa bersalahnya tidak hilang, tetapi kini bercampur dengan kemarahan yang dingin dan membara.
Dia tidak hanya membuat kesalahan. Dia telah dijebak dalam skala yang mengerikan. Rostova tidak hanya memanipulasinya; dia adalah seorang pembunuh massal.
Dia menegakkan tubuhnya. Dia membasuh wajahnya lagi, kali ini dengan tekad yang baru. Dia menatap pantulannya. Monster itu masih ada di sana, tetapi sekarang ada sesuatu yang lain di matanya. Sesuatu yang keras. Sesuatu yang berbahaya.
Dia berjalan kembali ke kantor utamanya. Dia mengambil data-pad Thorne yang jatuh. Dia membaca catatan pribadi dari Rostova di bawah buletin berita itu.
`Ethan sayang,` tulis Senator itu, nadanya penuh simpati palsu. `Aku tahu berita ini pasti sangat mengejutkan bagimu. Kehilangan Aris dengan cara seperti ini... sungguh tragedi. Aku tahu kau menyalahkannya atas beberapa masalah logistik, tapi dia adalah pria yang baik di hatinya, hanya saja terlalu tertekan. Aku akan menangani penyelidikan ini secara pribadi. Fokusmu sekarang adalah pada proyek. Dunia membutuhkanmu untuk tetap kuat. Aku akan menghubungimu nanti hari ini untuk membahas langkah selanjutnya. Tetaplah tegar. -Kaelen.`
Ethan hampir tertawa membaca kebohongan yang begitu halus itu. *Pria yang baik di hatinya.* *Terlalu tertekan.* Dia memuji korbannya setelah memerintahkan pembunuhannya.
Dia menghapus pesan itu.
Dia duduk di kursi Direktur-nya. Dia menatap layar Dyson Sphere-nya. Ciptaannya. Mimpinya. Hal yang telah dia korbankan segalanya untuknya. Hal yang kini digunakan sebagai senjata melawannya, sebagai pembenaran atas pertumpahan darah.
Dia memikirkan Oppenheimer, menatap awan jamur pertama dan mengutip Bhagavad Gita: *"Sekarang aku menjadi Maut, penghancur dunia."*
Apakah ini yang dirasakan para ilmuwan itu? Rasa ngeri yang membakar saat melihat ciptaan indah mereka berubah menjadi monster?
Dia harus menghentikannya. Dia harus menghentikan Rostova. Tapi bagaimana?
Dia tidak bisa pergi ke media; Rostova mengendalikannya. Dia tidak bisa pergi ke dewan; mereka adalah bagian darinya. Dia tidak bisa mempercayai siapa pun di timnya; Frost kini menjadi mata-mata Rostova.
Dia hanya punya Aurora. Dan mungkin... mungkin Nate? Tapi setelah pertengkaran mereka... apakah Nate akan mempercayainya sekarang? Apakah Nate bahkan akan mengangkat teleponnya?
Dia menatap komunikatornya. Dia harus mencoba.
Tapi sebelum dia bisa melakukannya, interkomnya berbunyi lagi. Suara Kenji, kali ini terdengar benar-benar panik.
"Direktur Pradana! Anda harus melihat siaran berita sekarang! Segera!"
Ethan mengerutkan kening. Dia menyalakan layar berita utama di dinding kantornya.
Itu adalah siaran langsung dari luar Menara Zona-S. Ratusan reporter berkumpul di lobi utama. Dan di tengah-tengah mereka, berdiri di depan mikrofon, adalah Senator Kaelen Rostova. Wajahnya tampak sedih dan muram.
"...tragedi yang tak terkatakan," kata Rostova ke kamera, suaranya bergetar karena emosi palsu. "Pikiran dan doa kami bersama keluarga para korban di Mars."
Dia berhenti sejenak, seolah mengumpulkan kekuatan. "Namun, kita tidak boleh membiarkan kesedihan mengaburkan tanggung jawab. Penyelidikan awal menunjukkan bahwa kecelakaan ini... mungkin dapat dicegah."
Jantung Ethan terasa dingin. Ini dia. Dimulai.
"Ada indikasi kuat," lanjut Rostova, "tentang kelalaian manajemen yang serius. Pemotongan anggaran keselamatan. Pengabaian protokol darurat. Keputusan-keputusan yang dibuat di tingkat tertinggi proyek ini."
Dia menatap langsung ke kamera, matanya tampak dipenuhi kesedihan yang tulus. "Oleh karena itu, dengan berat hati, saya harus mengumumkan bahwa, demi integritas penuh penyelidikan, saya telah meminta Direktur Proyek Dyson Sphere, Ethan Pradana, untuk sementara waktu... menangguhkan diri dari semua tugasnya."
Ethan menatap layar, tertegun. *Menangguhkan diri?* Dia tidak pernah diminta. Ini adalah kudeta publik.
"Saya tahu ini akan mengejutkan banyak orang," kata Rostova. "Ethan Pradana adalah pahlawan bagi kita semua. Seorang jenius. Tapi tidak ada seorang pun yang berada di atas hukum, atau di atas keselamatan nyawa manusia."
Dia mengangkat tangannya saat para reporter mulai berteriak bertanya. "Tidak ada komentar lebih lanjut saat ini. Penyelidikan akan berjalan. Kebenaran akan terungkap."
Dia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan badai media di belakangnya.
Layar kembali ke studio berita, di mana para analis sudah mulai berspekulasi dengan liar.
Ethan mematikan layar itu.
Dia sendirian di kantornya yang sunyi. Direktur tanpa proyek. Pahlawan tanpa pengikut. Jenius tanpa masa depan.
Dia telah dijatuhkan. Lebih cepat dan lebih brutal dari yang pernah dia bayangkan.
Telepon di mejanya mulai berdering tanpa henti. Media. Dewan. Pengacaranya.
Dia mengabaikan semuanya.
Dia berjalan ke jendela, menatap kota yang kini terasa asing dan memusuhi.
Dia kalah.
Atau belum?
Dia menyentuh bros komunikatornya. "Aurora?"
`Saya di sini, Ethan.`
"Mereka datang untukku," katanya pelan. "Aku tidak punya banyak waktu."
`Saya mengerti.`
"Aku perlu... aku perlu mengamankan sesuatu," kata Ethan. "Sesuatu yang tidak boleh jatuh ke tangan mereka."
Dia menatap layar kosong tempat simulasi Dyson Sphere berada. Cetak biru masa depan.
`Data inti?` tanya Aurora.
"Ya," kata Ethan. "Bisakah kau... menyembunyikannya? Menguncinya? Di tempat yang hanya kita yang bisa akses?"
`Saya bisa mencoba,` kata Aurora. `Saya akan membuat partisi kuantum terenkripsi di dalam server pribadiku yang terisolasi. Sangat sulit ditembus. Tapi tidak mustahil jika mereka memiliki sumber daya penuh Zona-S.`
"Lakukan saja yang terbaik," kata Ethan. "Dan Aurora..."
`Ya?`
"Jika sesuatu terjadi padaku... hancurkan."
Ada jeda yang panjang. `Perintah diterima, Ethan.` Suara A.I. itu terdengar nyaris... sedih.
Ethan menarik napas dalam-dalam. Dia telah melakukan apa yang dia bisa untuk melindungi ciptaannya. Sekarang, dia harus melindungi dirinya sendiri.
Dia mendengar suara langkah kaki di koridor di luar kantornya. Banyak langkah kaki. Berat. Teratur.
Mereka datang.