Alona gadis introvert yang mulai merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya ketika bertemu dengan Vier pemuda tegas yang cuek di tempat tugasnya didaerah terpencil. Di daerah perbatasan Indonesia dan Kalimantan.
Apakah cinta seorang dokter spesialis penyakit dalam dengan seorang perwira angkatan darat yang tegas dan cuek bisa terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Operasi
Alona sudah berada di rumah sakit dari sebelum pukul tujuh. Operasi akan dilaksanakan pada pukul sembilan pagi dan waktu yang dibutuhkan sekitar dua jam. Alona mengampiri tuan Fernandes sebelum operasi di mulai.
"Selamat pagi bapak."
"Selamat pagi dokter."
"Bagaimana keadaan bapak hari ini? Apakah bapak sudah siap?"
"Saya baik dokter dan sudah siap."
"Terima kasih bapak. Dari hasil medis bapak hari ini semua baik dan bagus. Kita berjuang bersama bapak. Sampai ketwmu di ruang operasi. Tuhan memberkati."
"Amin."
Dari ruangan pasien, Alona langsung berjalan ke kamar operasi. Tim yang melakukan operasi kali ini ada enam orang. Terdiri dari tiga dokter spesialis dan dua ners dan satu orang laboratorium.
Pukul delapan lewat dua puluh menit tuan Fernandes sudah dibawa ke ruangan operasi oleh para ners. Keluarga hanya sampai di depan pintu kamar operasi. Di ruangan kedua sudah ada tim medis lengkap dengan pakaian mereka yang steril. Sebelum dibius, mereka berdoa. Dan tuan Fernandes diberi obat bius. Lima menit kemudian dia sudah mulai tertidur dan tidakan pun mulai dilakukan tepat pukul sembilan. Selesai toraks dibelah Alona mengambil ahli operasi. Aloan berusaha mencari posisi benjolan itu di tengah genangan darah di kepala. Pendarahan keci. Ketika disedot, baru terlihat benjolan daging itu. Alona mengangkat dan dibawa ke laboratorium oleh ners Soni bagian laboratorium. Hasil yang diperoleh bahwa daging itu adalah tumor jinak.
Raya syukur pun di haturkan kepada Tuhan. Penutupan toraks pun dilakukan. Setelah dipastikan semua aman. Tugas selanjutnya diberikan kepada ners yang masuk dalam tim untuk menutup luka akibat operasi.
Setelah melepaskan baju kelengkapan operasi, Alona keluar menemui keluarga tuan Fernandes, istri dan anaknya.
"Bagaimana dokter papaku."
"Puji Tuhan operasinya berjalan lancar, dan daging di otak biasa adalah tumor biasa. Sudah diangkat dan tidak akan menyumbat otak pasien."
Alona pamit, dan dia disalami oleh anak dari bapak dan ibu Fernandes, anak laki - laki mereka adik Clara Fernandes yang adalah seorang pegawai dirjen pajak, Calvin Fernandes. Sedangkan ibu Fernandes masih menampakan raut tidak sukanya. Terdengar suara tempat tidur rumah sakit yang di dorong. Alona sepintas melihat istri dan anak tuan Fernandes sedang mendorong menuju ke kamar mereka.
Sampai di ruangannya Alona melepas penatnya dengan mengistirahat punggungnya dikursi empuk di ruangannya.
Satu minggu perkembangan luka bekas operasi tuan Fernandes sudah membaik. Dan perkembangan terapinya meningkat. Alona sangat senang dengan perkembangan ini. Kebahagiaannya selalu terpancar sewaktu dia pulang ke rumah dinas di markas pasukan khusus angkatan darat.
Di depan rumah dinas dia melihat anak laki - laki berusia satu tahun lima bulan sedang bermain bersama anak - anak besar. Begitu matanya tertuju kepada maminya langsung dia berlari ke arah Alona. Untung dia sudah membersihkan dirinya sebelum pulang, agar bisa langsung memeluk anaknya. Langsung digendong anak laki- laki itu dan dicium.
"Selamat sore Ethan anak mami. Are you happy today?"
"Yes mami." Kembali dia turun dan bermain. Tas Alona sudah dibawa masuk oleh Yani, suster Ethan. Tak lama papinya juga pulang dengan menggunakan motor, karena mobil digunakan istrinya. Vier langsung mencium dua orang yang dia cintai.
Selesai makan malam berdua, karena anaknya sudah tidur ditemani Yani, Alona membersihkan rumah. Sedang membersihkan rumah, Yani keluar membantu.
"Ibu kira sudah tidur."
"Belum bu. Tadi sempatin menyetrika baju adek."
Alona membersihkan rumah mulai dari ruang tamu sampai ke belakang, biar bangun pagi. semua sudah rapi dan dia sisa menyiram tanaman di depan dan memasak. Sementara Vier sedang membaca buka sambil minum kopi di kamar.
"Sudah selesai sayang??"
"Sudah mas."
"Sini mas mau peluk." Vier menunjukan pangku kakinya. Alona mendekat dan duduk sambil di pangku Vier. Dia mulai mencium harum tubuh istrinya.
"Harum mas suka."
"Bohong, ade belum mandi loh."
"Serius sayang badan kamu itu harum. Pengen?"
"Pengen apa?" Vier mengedipkan matanya dan langsung berdiri sambil mengendong istrinya. Dan mereka pun mulai memadu kasih. Sampai benar - benar mereka merasa puas, merasa seperti berada di langit ke tujuh. Selesai memadu cinta kasih mereka pun mandi bersama dan beristirahat malam.
"Dek, ada target operasi teroris di daerah Jawa Barat. Kemungkinan mas bersama anggota akan kesana membantu polisi."
"Kapan sayang?"
"Ini sementara memantau. Kemungkinan besok atau lusa mas dengan anggota kesana." Alona langsung melihat suaminya. "Mas janji akan kembali buat kalian berdua."
"Janji ya mas?"
"Iya sayang."
"Mas takut masih ada hubungan jaringannya dengan yang di Kalimantan. Jangan kemana - mana kalau mas bertugas ya. Kemungkinan nanti ada anggota yang menjaga kamu. Karena kalau jaringannya terhubung berarti kamu pasti di kenal sayang."
"Iya adek ikut apa yang mas katakan? Siapa yang mengawal kita mas?"
"Nanti Zaki dan Yance."
Ternyata mas dan anggotanya berangkat satu hari kemudian. Karena ini penyerangan serba rahasia, maka tidak ada upacara seperti satgas satu tahun. Pukul satu dini hari mereka diantar menggunakan mobil tentara menuju ke stasiun woosh. Alona masih tertidur
"Sayang, mas berangkat ya."
"Sekarang sayang?" Vier mengangguk kepalanya. Mereka pun berdoa bersama. "Mas janji jaga diri buat kami berdua?"
"Iya sayang mas janji. Kamu tidur lagi. Tutup pintu kamar jangan lupa." Alona menemani suaminya ke kamar Ethan, setelah mencium dan memeluk anaknya. Dia kembali mencium istrinya.
"Yani, bapak titip ibu dan Ethan ya."
"Iya pak."
Di rumah sudah ada Zaki dan Yance berjaga, Mereka menggunakan kamar belakang sebagai posko karena bisa menggunakan pintu samping.
Karena hari sabtu, Alona tidak keluar kemana - mana. Semua kebutuhan hidup mereka selama seminggu masih ada. Kalau pun mendadak dan butuh hanya satu barang bisa minta tolong Zaki atau Yance membeli di mini market di luar markas kesatuan.
Alona menghabiskan waktu dengan bermain dengan Ethan anak laki - lakinya. Markas dijaga ketat, tidak ada penduduk asing di dalam kompleks. Bahkan yang bertamu harus melalui pemeriksaan ketat. Bahkan Usi, papa dan Lusi serta Lucas mau main ke rumah saja tidak di ijinkan. Akhirnya mereka menelepon dan Alona menjelaskan. Usi mengerti.
"Dek, apapun terjadi kamu harus telepon usi."
"Iya."
Jaga diri baik - baik sayang.Tuhan memberkati."
Susana kompleks perumahan Markas besar, seperti biasa anak - anak sore hari bermain di taman dan lapangan olah raga. Ethan juga bermain di temani Alona dan Zaki serta Yance. Sedangkan Yani sedang mempersiapkan makan malam buat mereka. Yani pintar masak, semua menu makanan dan bahan sudah disiapkan mulai dari bumbu sampai bahan makanan yang mau di olah. Yani tinggal masak saja.
Hasil nongkrong dengan anaknya, Alona mendapat kabar bahwa teroris berhasil di kepung dan tertangkap yang melawan langsung di tembak di tempat.
Sementara lokasi di tempat kejadian tidak seperti yang dibayangkan oleh istri - istri mereka. Aksi tembak menembak berlangsung alot, sehingga banyak dari anggota yang terluka ringan. Sedangkan pihak teroris mengalami luka yang parah, sampai ada yang meninggal. Teroris yang hidup dan terluka langsung diamankan ke markas besar brimob. Menunggu proses selanjutnya. Sementara Vier bersama angota menyusur tempat sekitar takut ada yang masih hidup.
Menjelang sore Ethan sudah masuk ke rumah namun dia rewel sekali. Ternyata waktu penyisiran ada beberapa granat punya teroris meledak mengenai anggota yang berada disekitar. Salah satu anggotanya parah dan dilarikan ke rumah sakit terdekat sedangkan Vier mengalami luka juga.
Pukul tujuh Jefry menelepon Zaki memberitahukan keadaan Komandan Vier. Dan meminta di hubungkan dengan Alona istrinya.
"Ona, kamu tenang ya?"
"Kak, ngak bisa. Ada apa dengan suamiku?" Dalam keadaan terluka, begitu mendengar suara istrinya yang gelisah Vier langsung meminta Jefry menelepon model Vidio call dengan istrinya.
"Mas, bagaimana keadaanmu?"
"Kena ranjau yang di pasang mereka."
"Apa yang sakit? Kalau masih kuat balik Jakarta nanti pengobatan selanjutnya sama adek."
"Iya sayang. Chris dan Jefry akan mengendong mas."