NovelToon NovelToon
Sang Pemilik Kehormatan

Sang Pemilik Kehormatan

Status: tamat
Genre:Romantis / Sudah Terbit / Spiritual / Cintamanis / Tamat
Popularitas:29.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Lin Aiko

“Lelaki baik untuk perempuan yang baik, sedang lelaki buruk untuk perempuan yang buruk. Tapi, bagaimana bisa orang yang baik mendapatkan seseorang yang buruk?”

***

Ruby, gadis muslimah keras kepala yang bercita-cita menjadi seorang animator. Sebuah kejadian rumit membuatnya memutuskan khitbah Iqbal, pria yang dicintai, lalu menikahi Hiko, kekasih sahabatnya.
Pernikahan suci itu ternodai demi keegoisan pribadi. Meski dalam kapal yang sama, mereka hidup dengan dunia masing-masing. Sampai Allah menggerakkan hati mereka untuk saling membutuhkan.

Dalam keindahan rumah tangga yang mulai terjalin, tiba-tiba mereka terjebak dalam pilihan yang cukup berat. Apakah rumah tangga itu harus bertahan di atas keegoisan atau ikhlas melepaskan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lin Aiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

Langit malam sudah membungkus kota Malang, mobil yang membawa Handoko dan Maria berjalan mulus melewati jalanan yang cukup lenggang. Udara dingin khas kota tersebut tak menyurutkan penduduknya untuk beraktifitas diluar.

Mobil terhenti disebuah halaman pesantren yang sering kali dikunjungi Handoko jika sedang berkunjung ke Jawa Timur. Kali ini ada yang berbeda dengan kunjungan Handoko ke pesantren ini, bukan sedang ingin memperdalam ilmu agama ataupun berkonsultasi mengenai apa yang sedang ia hadapi.

"Assalamu'alaikum, kyai." Sapa Handoko ketika turun dari mobil.

"Wa'alaikumsalam," Jawab Kyai Abdullah, ia mengurungkan niatnya masuk ke dalam rumah. "Pak Handoko?" Kejutnya melihat Handoko datang tanpa memberi kabar.

Handoko berlari kecil mendekati Kyai Abdullah, "Maafkan kedatangan saya yang mendadak ini, kyai."

Handoko langsung bersalaman dengan kyai Abdullah dan memeluknya.

"Tidak apa-apa, pak. Hanya saja kami belum memberikan persiapan apapun." Jawab kyai Abdullah.

"Tidak perlu, kyai. Saya sudah sering merepotkan." Balas Handoko, ia melepaskan pelukannya.

Kyai Abdullah melihat Maria yang sudah berdiri dibelakang Handoko

"Assalamu'alaikum, pak kyai." sapa Maria dengan menyatukan kedua telapak tangannya didepan bibir dan hidungnya.

"Wa'alaikumsalam, bu Maria. Mari silahkan masuk."

Kyai Abdullah membukakan pintu untuk tamunya, "Assalamu'alaikum, Ummi. Ada tamu dari jauh, ummi." Teriak kyai Abdullah.

Tak lama Nyai Hannah datang, "Ya Allah... Bu Maria, pak Handoko."

Nyai Hannah menghampiri Maria saling bersalaman, cipika cipiki dan berpelukan lalu memberisalam pada Handoko.

"Kenapa tidak kasih kabar dulu kalau mau datang, Bu." Kata Nyai Hannah.

"Tapi pak Handoko ada pertemuan di Surabaya, Nyai. Kebetulan ada yang ingin kami bicarakan, jadi kami sekalian mampir kesini tadi." Ujar Maria.

"Ada apa ya pak, bu?" Nyai Hannah keheranan.

Maria dan Nyai Hannah duduk di samping suami mereka masing-masing.

"Begini kyai, bu Nyai." Handoko membetulkan posisi duduknya lebih tegak. "Menyangkut hubungan Hiko dan putri kyai, Ruby."

Kyai Abdullah dan Nyai Hannah saling bertatapan.

"Hubungan apa ya pak?" Tanya kyai Abdullah kebingungan.

"Maaf jika kami lancang mengatakan ini, sebenarnya putra kami Hiko sedang mencoba menjalin hubungan yang serius dengan putri kyai Abdullah."

Kyai Abdullah dan Nyai Hannah benar-benar terkejut.

"Karena itulah saya dan istri saya kemari untuk meminta restu terlebih dahulu pada Kyai dan bu Nyai. Kemarin Hiko dan Ruby juga ke rumah menunjukkan keseriusan mereka." lanjut Handoko.

Kyai Abdullah menatap istrinya, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Tapi Nyai Hannah menggeleng.

"Semalam Ruby juga bilang jika ada yang akan diceritakan pada ummi, tapi dia menunggu waktu yang tepat." ujar Nyai Hannah.

"Sebelumnya saya minta maaf pak Handoko. Saya tidak bisa menerima atau menolak permintaan anda. Saya harus menanyakan ini pada putri saya." Jawab kyai Abdullah, "Dan jika memang nak Hiko benar-benar serius dengan Ruby, ada yang ingin saya sampaikan mengenai putri saya padanya. Juga kepada anda dan bu Maria sebagai orang tua nak Hiko."

Handoko mengangguk, "Baik, kyai. Segera kami dan Hiko akan datang kemari."

Sementara itu, Pria yang sedang menjadi topik pembicaraan dari kyai Abdullah dan Handoko baru saja menyelesaikan shooting-nya yang sudah tertunda beberapa hari. Awak media masih saja mengejar-ngejar dia untuk mencari tahu hubungan antara dia dan salah seorang putri kyai.

"Do'akan saja yang terbaik untuk kami, ya. Saya belum mau sesumbar." Kata Hiko dengan senyum manisnya.

Ia terus berjalan bersama Genta yang melindunginya menuju ke dalam Mobil.

Blep!

Pintu Mobil sudah tertutup rapat, Hiko dan Genta sudah ada di dalam mobil. Nara yang mengemudikan mobil langsung menginjak pedal gas mobil perlahan membelah kerumunan wartawan yang masih ingin mencari berita.

trrt trrrt trrrt.

Ponsel Hiko bergetar, ia segera mengambil dari dalam kantong celananya.

"Gak biasanya bokap gue nelpon?" katanya saat melihat nama papanya muncul di layar ponselnya.

"Ada yang serius kali, Ko." kata Genta.

"Iya, Pa? Kenapa?" Tanya Hiko setelah menekan tombol terima di layar ponselnya.

"Besok kamu ada jadwal kosong, nak?" Tanya Handoko.

"Buat apa pa?" Hiko balik tanya.

"Kyai Abdullah ingin bertemu denganmu, membicarakan pernikahanmu dan Ruby."

"APA!? Pernikahan pa?"

Genta dan Nara ikut terkejut mendengar kalimat Hiko.

"Iya, Papa dan Mama sedang di Malang sekarang. Di rumah kyai Abdullah, membicarakan tentang niat kalian."

"Astaga, Pa! Kenapa secepat ini? Hiko belum siap jika secepat ini?" Hiko menepuk keningnya karena semua yang ia rencanakan berjalan diluar rencana.

"Maksud kamu apa bicara seperti itu? Kamu sedang main-main dengan rencana ini? Papa sudah sampai disini, meminta secara khusus pada kyai Abdullah. Dan kamu anggap ini main-main? Kamu mau bikin malu papa, Ko!"

"Bukan gitu, Pa."

"Papa gak mau tahu, besok kamu sudah harus di Malang!"

tut tut tut.

Hiko mendapati sambungam telpon dengan papanya sudah terputus.

"Haaargh!!!" Hiko membanting ponselnya "Anj*ng! B*ngs*t! Semua ini gara-gara lo, Ta!" Teriak Hiko Marah.

"Kenapa, Ko? Kenapa?" Tanya Genta.

"Gara-gara rencana b*ngs*t Lo, sekarang bokap nyokap gue di Malang. Mereka lagi ngelamar Ruby!" Ucap Hiko marah.

"Apa!?"

Nara menepikan mobilnya dengan segera.

"Kenapa mereka tidak bertanya padamu dulu, sayang?" Tanya Nara.

Hiko mengacak-acak rambutnya dan berulang kali membenturkan kepalanya ke cendela.

"Kenapa gue harus nurutin rencana kalian sih! Jadi gue yang kejebak kaya gini!"

"Tenang, tenang. Ruby gak bakalan mau nikah sama lo! Dia pasti nolak lamaran lo!" kata Genta.

"Iya, sayang. Ruby gak bakalan mau terima lamaran kamu. Kamu tahu sendiri bagaimana sikap dia ke kamu." Nara ikut menenangkan Hiko.

Hiko tak menanggapi Genta dan Nara, ia memilih untuk diam memejamkan mata mencoba menenangkan diri sendiri.

**********

Rabu Sore, Hiko baru saja tiba di bandar udara Abdurahman saleh Malang. Di pintu keluar, Hiko sudah mendapati ajudan papanya yang sudah menunggunya. Tanpa basa basi mereka langsung pergi menuju ke pesantren milik kyai Abdullah, dimana Handoko dan Maria sudah menunggunya disana.

Mobil yang membawa Hiko berhenti di depan halaman rumah tamu kyai Abdullah, tempat menginap Handoko dan Maria.

Melihat anaknya tiba, Maria segera menghampiri putranya yang datang dengan wajah tak ramah. "Mama kira ikut penerbangan pagi, sayang."

"Kenapa papa dan mama bisa bikin keputusan mendadak seperti ini sih, Ma?" Tanya Hiko kesal.

Maria menarik masuk Hiko ke dalam rumah, ia tak mau mencuri perhatian beberapa santri yang lewat didepan rumah.

"Bukannya kalian sendiri yang bilang jika serius." Sahut Handoko yang sudah duduk di kursi kayu ruang tamu. "Atau jangan-jangan, ini hanya alasan kamu untuk menutupi hubungan kamu dengan wanita bersuami itu?" Hardik Handoko marah.

"Enggak lah, Pa!" Suara Hiko tak selantang tadi.

"Lalu, kenapa kamu malah marah-marah? Bukannya senang bisa segera menikah, malah marah-marah." Tanya Handoko.

Hiko terdiam, pikirannya sudah kacau. Harapannya hanya Ruby menolak lamarannya.

"Sudahlah, cepat kita temui kyai Abdullah. Beliau sudah menunggu sejak tadi." Handoko beranjak dari duduknya.

Hiko meletakkan tas kecilnya di kursi dan mengikuti Papanya.

*********

Hidangan kecil sudah tertata rapi diatas meja ruang tamu, cangkir berisi teh dan kopi sudah siap didepan calon penikmatnya.

Raut wajah Hiko sudah berbeda dari sebelumnya, bisa dilihat jika dia sedang tegang. Tak disangka ia merasa sangat tidak enak ketika menghadapo keluarga wanita yang tak sengaja telah dinodainya.

Ia hanya tertunduk, tak berani menatap wajah kyai besar yang sedang duduk tepat didepannya. Jika dilihat, kyai Abdullah dan Nyai Hannah juga bersikap ramah tak ada tanda-tanda sikap yang menekan Hiko.

"Gak usah gugub gitu, Nak." Kyai Abdullah mencairkan suasana.

Hiko menatap kyai Abdullah. "Iya, pak kyai."

"Kami sudah mengerti maksud kedatangan nak Hiko kesini untuk apa. Dan sebelumnya sudah saya sampaikan pada pak Handoko jika ada harus kami sampaikan sebelum anda melamar putri kami." Ujar Kyai Abdullah.

"Iya pak kyai, kami siap mendengarnya." Jawab Handoko.

Kyai Abdullah menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan, ia menatap istrinya yang tertunduk tak kuasa harus mengungkapkan kekurangan putrinya didepan orang lain.

"Putri kami sudah tidak sempurna sebagai seorang gadis."

Deg!

Jantung Hiko seakan dipaksa berhenti mendengar kalimat kyai Abdullah, ia tahu apa yang dimaksud kyai Abdullah. sedangkan Handoko dan Maria masih bingung dengan pernyataan kyai Abdullah.

"Putri kami sempat mengalami musibah, ada pria yang tidak bertanggung jawab sudah mengambil kehormatannya."

"Astaqfirullahahadzim!" Handoko dan Maria sontak terkejut.

Nyai Hannah meneteskan air matanya, namun ada suara sesenggukan dari balik dinding ruang tamu. Ya, itu Ruby yang sedang mendengarkan percakapan orang-orang di ruang tamu. Mendengar putrinya menangis, Nyai Hannah segera menghampiri putrinya dan memeluknya.

Hiko semakin merasa tertekan dengan keadaan ini. Rasa bersalah mulai merayap, menyusup masuk tanpa ijin dibenaknya ketika mendengar tangisan wanita dibalik dinding itu.

"Untuk selanjutnya, saya serahkan kembali keputusan kepada pak Handako, Bu Maria dan Nak Hiko." Ujar Kyai Abdullah.

Handoko menatap Maria.

"Mama tidak masalah, Pa. Itu bukan keinginan Ruby."

Maria berdiri dari duduknya menghampiri Nyai Hannah yang sedang menenangkan putrinya. Kini ia semakin tidak tega ketika melihat Ruby yang menangis tersedu-sedu dipelukan umminya.

"Ruby kuat ya sayang, Ruby bisa melewati semuanya." Ucap Maria, ia mengusap tangan Ruby.

"Saya juga tidak mempermasalahkannya, kyai." Ucap Handoko, "Hiko sendiri juga bukan muslim yang taat, banyak kekuragannya. Mendapatkan Ruby sebagai istrinya sudah anugrah yang luar biasa di hidupnya."

"Bagaimana denganmu, Nak?" Tanya kyai Abdullah.

Hiko masih tertunduk, hatinya sedang berkecamuk. Apa yang akan ia jawab. Ia ingin mengatakan tidak, ini adalah alasan yang tepat untuk membatalkan lamaran ini. Disisi lain, dia sedang merasa ditekan dengan rasa bersalahnya.

"Kamu tidak perlu merasa sungkan, nak. Katakan apa yang hatimu inginkan. Jawabanmu tidak akan membuat hubungan persaudaraan saya dan papamu renggang." Tambah kyai Abdullah. "Jika kamu memerlukan waktu untuk menjawab, kami bersedia menunggu jawabanmu."

"Tidak, pak kyai. Akan saya jawab sekarang." Jawab Hiko, Ia memberanikan diri menatap kyai Abdullah. "Saya ingin menikahinya, Ruby putri anda."

-Bersambung-

.

.

.

.

.

Hmm..

Hiko udah mau nih nikahin Ruby, gimana dengan Ruby hayooo. Mau apa enggak ya?

Jangan lupa like, comment dan vote ya.. Terimakasih dukungannya.

1
may
Hai tabina rubby azzahra❤️aku kembali lagi kesini, aku kangen mas hiko, eh salah aku kangen mama ruby maksudnya🤭
Erna Yunita
aq datang lagi... setelah sekian bertapa 🤗
Nanda moure
ahhhhh nyesek lagi kan part ini pdhl udah ulang2 di baca
Nanda moure
walaupun sudah diulang 4x air mata tetap menetes di bab ini 😭😭
Senjaku senjamu jadi satu 🍃
da lamun aya payuneun c hiko bade dicepret ku sapu nyere, thor aku baca ulang yang ke 3x nya haha
Diia2
kaya nya ada cerita yg dicut ya ka ? 🙄

aku lupa dichapter berapa 🥺

kalau baca cerita ini selalu nangis😭 padahal udah tau cerita nya
Senjaku senjamu jadi satu 🍃
aku kembali lagi setelah membaca ini beberapa tahun yang lalu ❤
Saci
kesekian kalinya /Drool/ pengen ada cerita mas iqbal jugaaa/Drool//Drool/
Nunun Nuraini
ya allah pelajaran jaman MI dulu.... sebelum mulai pelajaran harus baca itu dulu 😁
Ian Marbun
azizah jodohnya iqbal bukan? aku lupa ni
Senjaku senjamu jadi satu 🍃: iya dia jodohnya punya anak juga
total 1 replies
Ian Marbun
dulu udah daftar favorit tapi, akunku hilang
Devi Anna
part yg bikin nyesek di dada 😭
Caryne Yusian
banyak sekali revisinya ya kak ai. part yg pak Handoko hajar hiko pakek payung Sampek hancur payungnya gak ada
Lin Aiko: Eh, tp aq ga pernah revisi2 di sini kak. Aq jg ga pernah baca lagi. Mungkin dr sistem kak
total 1 replies
Nurul luluk Fatimah
entah sudah baca berapa kali tp tetep saja sesek 🥺😭
Nurul luluk Fatimah
entah sudah baca berapa kali tp tetep saja sesek 🥺😭
Caryne Yusian
part tersedih sih menurutku
Saci
the best novel
Caryne Yusian
anaknya sepek anak Dajjal minta menantu spek bidadari ngaca loe😏
🌼🍀Hartini A🍀🌼
nangis lagi.....pdhal sdh keberapa kali baca novel ini, masih nangis aja ......
🌼🍀Hartini A🍀🌼
kayak tom n jery yp ngegemesin gak sih hihihi....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!