Setelah kepergian Dean, sahabatnya, Nando dihadapkan pada permintaan terakhir yang tidak pernah ia bayangkan, menikahi Alea, istri Dean. Dengan berat hati, Nando menerima permintaan itu, berharap bisa menjalani perannya sebagai suami dengan baik.
Namun, bayangan masa lalu terus menghantuinya. Arin, wanita yang pernah mengisi hatinya, masih terlalu nyata dalam ingatannya. Semakin ia mencoba melupakan, semakin kuat perasaan itu mencengkeramnya.
Di antara pernikahan yang terjalin karena janji dan hati yang masih terjebak di masa lalu, Nando harus menghadapi dilema terbesar dalam hidupnya. Akankah ia benar-benar mampu mencintai Alea, atau justru tetap terjebak dalam bayang-bayang Arin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Perfect
Nando duduk santai di sofa butik, matanya menatap layar ponsel, tapi pikirannya tak benar-benar fokus. Sesekali ia melirik ke arah ruang ganti yang tertutup tirai beludru warna krem.
Tak lama kemudian, seorang makeup artist bernama Moti keluar dari ruang ganti dengan senyum puas. "Mas Nando, siap-siap kaget, ya," katanya sambil terkekeh kecil.
Tirai ruang ganti perlahan disibakkan. Alea melangkah keluar dengan anggun, mengenakan gaun soft beige berpotongan simpel namun elegan. Rambutnya ditata dengan gelombang alami yang memeluk bahunya, dan riasan wajahnya menambah kesan kecantikannya.
Nando terdiam. Matanya membelalak sesaat sebelum akhirnya bibirnya mengukir senyum tipis, penuh kekaguman.
"Gimana, Mas Nando?" tanya Moti sembari menatap ekspresi Nando.
Nando bangkit dari duduknya, menghampiri Alea dan menatap penampilan istrinya dari bawah hingga atas. "Perfect."
"Kamu jauh lebih cantik dari yang kemarin. Alex memang hebat buat rombak penampilan kamu kemarin, tapi Moti... jauh lebih hebat," ucap Nando kepada MUA kesayangannya itu.
"Itu efek karena istrinya mas nando juga cantik. Jadi, jangan disia-siain perempuan secantik ini," balas Moti dengan senyum menggoda.
"Ini semua jangan sampai bocor ke mana-mana, apalagi ke teman-teman artis yang lain," ujar Nando, menatap Moti serius.
"Aman kalau itu," jawab Moti cepat.
"Kalau gitu, gue cabut dulu," ucap Nando sembari menepuk bahu Moti.
"Kita pergi sekarang," lanjutnya sambil menggandeng tangan Alea.
-
"Pa, Ma. Kenalin, ini Alea, istri sah aku," ucap Nando, memperkenalkan istrinya kepada kedua orang tuanya.
Sebelum menyambut uluran tangan itu, Alea sempat menoleh ke arah Nando. Ia bisa membaca ekspresi suaminya kali ini. Sejak awal pernikahan, Nando tidak pernah melibatkan keluarganya. Tapi hari ini, dia benar-benar membawanya untuk dikenalkan.
"Alea, Ma, Pa," sapa Alea sopan.
"Jadi kamu perempuan yang dinikahi Nando diam-diam dari kita semua?" tanya Rani sambil menatap Alea dari ujung kaki hingga kepala.
"Kamu mantan istrinya Dean, kan?"
"Ma, don’t talk about it," ucap Nando dengan tatapan tajam ke arah ibunya.
"Kenapa? Mama harus tanya lebih detail tentang menantu Mama dong. Mama juga harus tahu latar belakang dia seperti apa. Lagian, kamu nikah aja nggak minta izin ke Mama dan Papa," sahut Rani dengan nada tinggi.
Belum sempat suasana mereda, perhatian Rani tiba-tiba teralihkan.
"Arin, sayang!" serunya, melihat seorang perempuan datang dengan gaun super indah. Rani langsung memeluknya erat.
"You are very beautiful," puji Rani dengan mata berbinar.
Nando menarik tangan Alea, mengisyaratkan untuk menjauh dari kerumunan, menjauh dari Mama dan Arin.
"Nan, Bianca bawa pacarnya ke sini. Kamu nggak mau interogasi dia?" tanya Reza, ayah tiri Nando, memecah keheningan.
Nando mengangkat alisnya, shock. "Pacar?"
"Iya, pacar laki-lakinya. Mereka berdua duduk di sana," jawab Reza, menunjuk ke arah sudut ruangan.
Tanpa banyak bicara, Nando kembali menarik tangan Alea dan mengajaknya menuju tempat yang ditunjuk. Mereka duduk bersebelahan dengan Bianca, yang tengah asyik mengobrol dengan seorang pria.
Nando duduk terlebih dulu, disusul oleh Alea. Tatapannya langsung tertuju tajam ke arah Bianca dan pria di hadapannya.
"Kak, kenalin. Ini pacar aku, Dhipa namanya," ucap Bianca menatap Alea dengan sorot mata penuh makna. Ujung bibirnya terangkat membentuk senyum samar, entah mengejek, atau sekadar menyindir.
Dhipa, pria yang duduk di samping Bianca, mengulurkan tangan ke arah Nando.
"Dhipa," ucapnya singkat, lalu melepaskan uluran tangan itu dan beralih pada Alea.
"Dhipa. Senang bertemu denganmu, Kakak Ipar," ucapnya ramah kepada Alea.
"Alea," balas Alea dengan tenang, meskipun pikirannya tiba-tiba mengingat video CCTV tadi pagi.
"Aku ke kamar mandi dulu," ucap Alea kepada Nando, lalu bangkit meninggalkan tempat duduk mereka.
