"Patuhilah semua peraturan, hanya enam bulan, setelah itu kau bebas melakukan apapun."
"Nona, terimalah. Setidaknya Anda bisa sedikit berguna untuk keluarga, Anda."
Ariel dipaksa menikah dengan Tuan Muda yang selama bertahun-tahun menghabiskan waktunya di kursi roda. Enam bulan, inilah pernikahan yang sudah terencana.
Hingga waktunya tiba, Ariel benar-benar pergi dari kehidupan Tuan Muda Alfred.
Di masa depan, Ariel kembali dengan karakter yang berbeda.
"Kau, masih istriku, kan!"
"Tuan, maaf. Sepertinya Anda salah mengenali orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Dia Tidak Seperti Yang Dulu
Julie meraih tangan Milea, dengan penuh kelembutan wanita ini menuntun calon menantunya duduk di kursi yang khusus disediakan untuk gadis itu.
“Bibi Julie, terima kasih.”
“Tidak perlu sungkan, kamu akan menjadi bagian keluarga ini seutuhnya.”
Milea melirik Ayunda yang duduk berhadapan dengannya, sejak kedatangannya ibu dari mantan tunangannya itu tidak melihat dia, “Bibi Ayunda!” Panggil gadis ini dengan nada lembut.
Ayunda yang tidak fokus sontak menoleh, “Ya, Milea!”
Gadis itu mengulas senyum, “Bagaimana dengan kabar bibi Ayunda? Sudah sangat lama kita tidak bertemu.”
“Baik, aku baik-baik saja,” sahut Ayunda singkat tidak berniat memperpanjang percakapan.
“Selamat bibi, aku dengar Alfred sudah menikah, bibi mempunyai menantu sekarang.”
“Terima kasih, Milea.”
......
Ditempat lain, saat semua sedang menunggu kedatangannya. Alfred masih dengan urusannya.
“Bagaimana?” Tanya lelaki ini pada Arthur, yang baru saja melakukan suatu.
Arthur tersenyum puas, menggunakan sapu tangan berwarna abu-abu dia membersihkan tangannya yang terkena cairan berwarna merah, “Beres, tuan!” Ucapnya singkat, tapi tuannya sangat puas dengan kata meyakinkan itu.
“Kita kembali,” ajak Alfred yang lebih dulu menggerakkan kursi rodanya menuju mobil.
Sebelum menyusul tuanya, Arthur menghubungi seseorang dengan mengatakan ‘bereskan semua, lokasi tempat biasa’
…..
“Sudah lebih dari satu jam kita menunggu, dia belum datang juga. Apa dia pikir waktu kita hanya untuk menunggunya saja,” kesal salah satu keluarga Smith yang menunggu kepulangan Alfred, lelaki itu terlambat lebih dari satu jam.
Marion hanya bisa menghela nafas, dia pun tidak mengerti dulu Alfred tidak seperti ini, belasan tahun diasingkan benar-benar membuat anaknya berubah total.
“Jika kalian mempunyai urusan penting, sebaiknya tidak usah menunggu Alfred,” cetus Ayunda, sejak tadi dia hanya mendengar keluhan dari keluarga suaminya, mengeluh akan Alfred yang terlambat. Padahal, siapa juga yang meminta mereka datang dan menunggu.
“Ayunda! Kenapa kamu bicara seperti itu? Sama saja kamu tidak menghargai kedatangan kami!” Wanita tua kembali berulah.
“Cukup!” Marion yang bersuara, menghentikan wanita tua yang kembali ingin mencela Ayunda.
“Tuan Marion, mobil Arthur sudah memasuki halaman.”
Saat semua sedang gelisah menunggu, penjaga menyampaikan kabar yang ditunggu-tunggu.
Milea mendengar ini, tiba-tiba dadanya berdegup kencang, dalam hitungan detik dia akan kembali bertemu dengan lelaki yang dulu sangat mencintainya, lelaki yang rela melakukan apapun demi kesenangan dirinya.
11 tahun lebih, dia tidak lagi pernah melihat Alfred, seperti apa dia sekarang?
Ayunda bangun dari duduknya, tanpa permisi pada semua orang wanita ini bergegas menuju pintu depan.
“Sudah ku bilang, Alfred pasti akan menepati janjinya untuk datang,” kata Julie, bersikap seolah dialah orang yang paling tahu seluruh keluarga Smith, termasuk Alfred.
Saat Ayunda keluar, matanya penuh haru melihat putra satu-satunya kembali pulang setelah sekian tahun lamanya. Tapi masih terpancar kesedihan di wajah wanita ini saat sadar jika anaknya masih memiliki keterbatasan, Ayunda sadar jika Alfred tidak bisa disembuhkan, dokter mengatakan dia akan cacat seumur hidup. Mengingat ini, rasanya Ayunda ingin berteriak sekencang-kencangnya, meminta Tuhan untuk mengembalikan anaknya seperti dulu.
Arthur mendorong kursi roda Alfred, mendekat pada Ayunda, “Selamat malam Nyonya,” sapa Arthur.
Ayunda mengangguk, “Terima kasih, Arthur,” lalu beralih pada anaknya, “Al, kamu baik-baik saja, nak?”
“Tentu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
“Mama senang mendengarnya.” Ayunda memutar pandangan, fokusnya pada mobil Arthur yang sudah terparkir, “Mana Ariel?” Tentu pertanyaan ini lolos dari bibir wanita yang tidak muda lagi namun masih terlihat cantik, undangan makan malam ini untuk menyambut kedatangan mereka dan ucapan selamat atas pernikahan, tidak mungkin Ariel tidak datang, kan?
“Nona Ariel, tidak ikut, Nyonya,” sahut Arthur.
“Tidak ikut? Kenapa? Kalian meninggalkan dia, di kastil?”
“Nona Ariel, ada keperluan. Orang tuanya sakit.”
“Sakit! kenapa kamu tidak bilang? Seharusnya tidak perlu menghadiri undangan makan malam ini, lebih baik temani istrimu,” jelas ucapan ini Ayunda tunjukkan pada anaknya.
Arthur dan Alfred sama-sama diam, tidak mau memberi penjelasan jika kedatangannya, sepenuhnya bukan untuk memenuhi undangan makan malam.
“Alfred!” Marion keluar, diikuti dengan Julie yang setia menggandeng lengan lelaki ini.
Sejenak Marion mematung, dia ingin marah karena anaknya terlambat datang namun marah itu hanya bisa Marion simpan saat bertatapan langsung dengan Alfred.
Sama seperti keluarga lainnya terkecuali Ayunda, ini kali pertama Marion melihat Alfred secara langsung setelah belasan tahun, hanya foto yang dikirimkan bibi Imel yang selama ini Marion dapatkan saat ingin mengetahui kabar anaknya
Tidak ada senyum secuil pun yang terbit di bibir Alfred, dia tidak mempunyai rasa rindu, hatinya sudah mati untuk berkasih sayang.
Alfred memberi isyarat pada Arthur, Arthur mengangguk dan kembali mendorong kursi roda Alfred, memasuki rumah utama.
“Alfred, bagaimana keadaanmu, mama sangat merindukanmu,” sapa Julie, dengan senyuman merekah. Julie merentangkan kedua tangan, dulu, jika dia sudah begini Alfred akan berlari memeluk dirinya, tapi kini lelaki itu melengos tidak peduli, dia memilih meraih tangan Ayunda dan masuk dalam rumah, mengacuhkan Marion dan Julie, yang terheran-heran dengan sikap tidak terduga Alfred.
Seisi rumah terkesima melihat kemunculan Tuan Muda yang lama diasingkan, Alfred, tidak satu senti pun menurunkan wajahnya. Dengan percaya diri, Tuan Muda mengangkat wajahnya menatap semua orang yang terbengong-bengong melihat dirinya.
Milea, gadis ini yang paling terkesima melihat sosok mantan tunangannya. Dalam bayangan Milea selama ini, rupa Alfred sangat lusuh, tidak terawat, jelek, dan berbagai bayangan buruk sudah Milea tanamkan sejak dia memutuskan pergi dari kehidupan Alfred.
Tapi apa ini! dia begitu memesona, karismanya sebagai lelaki dewasa dan matang sungguh mengagumkan. Aura berkuasa sungguh kental dan melekat pada dirinya.
Sungguh, Milea salah menduga….
Tapi…tetap saja kan, dia lelaki cacat! Setampan apapun Alfred, dia tetaplah lelaki tidak berguna yang hanya bisa menghabiskan seumur hidupnya diatas kursi roda, dan juga, dia mandul.
Tidak ada yang perlu disesali, memilih keputusan meninggalkan Alfred….
Kini mata jernih dan tajam Alfred tertuju pada Justin, dengan senyum pelit yang terpaksa Alfred berikan, dia menyapa adiknya, “Justin, sepertinya kau yang paling senang dengan kepulanganku!”
“Hah!” Justin sedikit terkejut, tidak menyangka jika Alfred akan menyapa dirinya terlebih dahulu, “Tentu saja, aku sangat senang,” dengan cepat, Justin menghampiri Alfred, membungkukkan sedikit badannya guna memeluk kakaknya, “Kakak tertua, bagaimana kabarmu? Lama tidak jumpa aku merindukanmu.”
"Seperti yang kau lihat, saya aku baik."
Ini momen yang paling ditunggu-tunggu, Jonas maju beberapa langkah, dengan gaya tengilnya, "Kakak tertua! Bagaimana rasanya duduk di kursi itu? Apa menyenangkan?"
Pertanyaan macam apa ini?
Jelas ini bukan pertanyaan tapi hinaan, semua menatap serius Jonas.
Tidak sedikitpun Alfred tersinggung dengan ucapan adik bungsunya, dengan enteng lelaki ini menjawab, "Sangat menyenangkan! Apa kau ingin mencobanya? Jika iya, aku akan membantumu."