NovelToon NovelToon
Di Persimpangan Rasa

Di Persimpangan Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Idola sekolah
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Candylight_

Alana tak percaya pada cinta—bukan sejak patah hati, tapi bahkan sebelum sempat jatuh cinta. Baginya, cinta hanya ilusi yang perlahan memudar, seperti yang ia lihat pada kedua orang tuanya.

Namun semuanya berubah saat Jendral datang. Murid baru yang membawa rasa yang tak pernah ia harapkan. Masalahnya, Naresh—sahabat yang selalu ada—juga menyimpan rasa yang lebih dari sekadar persahabatan.

Kini, Alana berdiri di persimpangan. Antara masa lalu yang ingin ia tolak, dan masa depan yang tak bisa ia hindari.

Karena cinta, tak pernah sesederhana memilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 — Batas yang Tidak Pernah Diminta

"Eh, kenapa aku?" protes Nisya yang bingung karena namanya disebut. Ia tidak pernah merasa pantas untuk memiliki hubungan dengan orang dari kalangan atas, termasuk anggota The Rogues.

"Jangan kayak gitu, Alana. Aska tuh nggak cocok sama aku," tegasnya.

"Terus siapa yang cocok?" goda Alana, bermaksud memberi sinyal kepada Mahen bahwa Nisya tidak punya hubungan dengan siapa pun, supaya Mahen bisa langsung maju.

Jendral dan Dewa hanya menyimak. Mereka ingin tahu apa yang sebenarnya sedang Alana rencanakan dengan semua ini.

Nisya menunduk, karena kini semua tatapan tertuju padanya, seolah mereka penasaran siapa lelaki yang dianggap cocok untuknya.

“Tunggu dulu,” Aska menyela sebelum Nisya sempat menjawab pertanyaan Alana.

“Emang ada yang salah ya sama gue?” tanyanya pada Nisya, merasa tersinggung karena Nisya mengatakan mereka tidak cocok.

Mahen sudah sejak tadi menahan langkahnya. Es boba di tangannya kemungkinan besar akan kembali cair sebelum sampai ke tangan Nisya.

“Bukan kamu, tapi aku,” sangkal Nisya. Tidak ada yang salah dengan Aska; justru yang salah adalah jika Aska mau berhubungan dengan anak sopir seperti dirinya.

Aska tampan, kaya, pasti banyak yang menginginkannya. Sangat jauh berbeda dengan Nisya yang hidup serba berkecukupan. Apalagi sekarang, ia menjadi orang yang biaya sekolahnya ditanggung oleh orang lain yang bukan orang tuanya—Naresh.

Meski Naresh memintanya untuk tidak memikirkan hal itu, kenyataannya justru membuat Nisya merasa semakin rendah dan tidak pantas untuk siapa pun. Sebab siapa pun yang dekat dengannya pasti akan merasa terbebani.

“Kenapa sama lo?” Aska mengernyit bingung.

Ia merasa tidak ada yang salah dengan Nisya, selain kebiasaannya berbicara terlalu kaku dan sering menunduk saat diajak bicara.

“Ya... karena kita beda,” jawab Nisya, menghindari tatapan Aska saat ia bertanya.

Beginilah yang Aska maksud—Nisya tidak pernah mau menatap mata lawan bicaranya. Padahal, kalau dilihat-lihat, mata Nisya cantik. Hanya saja tertutup oleh kacamata.

“Beda gimana?” Aska mendesak karena belum mendapatkan jawaban yang membuatnya puas.

Ia berpikir mereka berbeda karena Nisya murid unggulan yang pintar, sementara dirinya hanya murid dengan kecerdasan biasa. Meskipun itu fakta, tapi tetap saja sedikit melukai harga dirinya.

“Kasta kita beda,” jawab Nisya lirih.

Suasana langsung hening. Tak satu pun dari mereka memandang rendah orang lain hanya karena perbedaan kasta. Bagi mereka, semua manusia setara—tidak peduli kaya atau miskin. Karena yang terpenting adalah apa yang ada dalam diri dan hati mereka.

Alana terdiam, ekspresinya berubah muram. Senyumnya memudar, tergantikan oleh rasa bersalah yang tidak bisa disembunyikan. Ia tahu Nisya sering merasa kecil, tetapi mendengar kalimat itu langsung dari mulutnya seperti menampar kenyataan yang selama ini ia abaikan.

Dewa mengalihkan pandangan, menggertakkan rahangnya pelan. Ia tidak suka kata “kasta”, apalagi diucapkan seolah-olah itu mutlak. Baginya, semua orang di ruangan ini layak dihargai—termasuk Nisya.

"Kasta bukan penentu baik atau buruknya seseorang," ujar Mahen, yang akhirnya angkat bicara setelah sekian lama keheningan terjadi di antara mereka. Ia tidak suka melihat Nisya memandang rendah dirinya sendiri.

"Lo punya banyak hal yang mungkin nggak dimiliki cewek lain yang katanya dari kasta lebih tinggi," tambahnya, seakan tak ingin membiarkan Nisya terus merasa tidak berharga.

Nisya mungkin belum menyadari kelebihannya sendiri, tetapi Mahen melihatnya. Bahkan, selama ini Mahen selalu memperhatikan betapa istimewanya perempuan seperti Nisya.

"Ya, Mahen bener," Alana ikut bicara. "Lagian, apa sih yang perlu dipeduliin soal kasta? Kalau lo mau tampil cantik pas jalan sama cowok lo, lo tinggal bilang sama gue. Gue bisa siapin seribu dress bagus buat lo."

Nisya tersenyum haru. Bukan karena Alana mengatakan akan memberinya seribu dress, tetapi karena orang yang pernah mengatakan bahwa memakai dress itu ribet, kini menjadikan dress sebagai cara untuk menghiburnya.

"Kamu aja nggak pernah mau pakai dress," ucap Nisya, mengingatkan barangkali Alana lupa.

"Ya... gue kan emang nggak suka pakai dress. Kalau lo juga nggak mau dress, gue bisa beliin yang lain," balas Alana enteng.

Uang memang bukan masalah besar bagi Alana. Uang jajan hariannya saja cukup untuk membeli beberapa pakaian. Belum lagi tabungan yang memang disediakan khusus untuk masa depannya, bahkan ia memiliki kartu kredit tanpa batas limit.

"Udah ya, jangan bikin gue kesel. Jangan sampai gue beliin satu unit rumah beserta kendaraan pribadi dan pelayan pribadi," lanjutnya. Mungkin itu yang dinamakan candaan orang yang punya terlalu banyak uang. Tapi Alana serius—ia benar-benar bisa memberikan semua itu jika Nisya terus merasa minder soal kasta di antara mereka.

The Rogues hanya diam memperhatikan. Dua perempuan dengan latar belakang yang jomplang—yang satu terlalu kaya, yang satu pembantunya orang kaya. Namun, yang mereka lihat justru dua perempuan hebat dengan aura yang berbeda. Nisya membawa aura cerah yang menenangkan, sedangkan Alana membawa aura gelap yang justru membuat sebagian orang merasa betah.

"Iya, maaf," ucap Nisya, hanya mampu meminta maaf seperti biasa.

Sepertinya ungkapan Nisya tentang dirinya yang takut pada Alana sejak kecil memang bukan sekadar omongan. Buktinya saja, sekarang ia langsung meminta maaf tanpa banyak bicara apa pun lagi.

Mahen, yang merasa situasi sudah mulai kondusif, menyerahkan es boba pada Nisya. "Ini es boba lo, diminum sebelum es-nya cair," suruhnya.

Nisya dengan ragu mengambilnya, lalu mengucapkan terima kasih, "Makasih ya."

Mahen mengangguk sebagai respons. Sementara itu, Alana, Jendral, Aska, dan Dewa saling menatap—seolah berkata dalam diam, mungkin ini awal dari kisah cinta mereka.

***

Sepulang sekolah, Alana dan Jendral berjalan bersama menuju parkiran. Tak ada pegangan tangan, tak banyak obrolan, tetapi semua orang tahu—mereka semakin dekat. Sepertinya tinggal menunggu waktu saja sampai keduanya resmi berpacaran.

Setiba di parkiran, mereka berpapasan dengan Naresh. Beberapa murid yang kebetulan berada di sekitar tempat itu langsung merasakan ketegangan, seolah akan ada perang kecil di parkiran. Apalagi ketika melihat Naresh yang tampak ingin menghindar, sementara Alana justru berusaha menahannya.

"Kenapa nggak anterin makan siang gue langsung?" tanya Alana, menahan kepergian Naresh hanya dengan kata-kata—tanpa menyentuhnya sedikit pun.

"Gue pikir lo nggak mau ngelihat muka gue," jawab Naresh, tanpa menoleh ke belakang. Posisinya sekarang: Naresh berdiri membelakangi Alana, sementara Jendral berdiri tepat di belakang Alana.

"Lo masih marah kan sama gue?" Kini, giliran Naresh yang bertanya.

Sejak kecil, setiap kali Alana marah, ia pasti tidak mau melihat wajah Naresh. Dan Naresh, dengan sabarnya, tetap berusaha menemui perempuan itu—sering kali dengan mengenakan topeng agar Alana tidak perlu melihat wajahnya.

Tapi sekarang mereka berada di sekolah. Tidak ada topeng yang bisa menutupi wajahnya. Itu sebabnya Naresh memilih menghindar—karena ia pikir Alana tidak mau melihat wajahnya.

1
Syaira Liana
makasih kaka, semoga baik baik terus 😍😍
Syaira Liana
ceritanya sangat seru
Syaira Liana
alana percaya yuk
Syaira Liana
jadi bingung pilih naresh apa jeje😭😭
Syaira Liana
alana kamu udah jatuh cinta😍😍 terimakasih kak
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
Syaira Liana
lanjutt kaka, alana bakal baik2 aja kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!