Program KKN Sarah tidak berakhir dengan laporan tebal, melainkan dengan ijab kabul kilat bersama Andi Kerrang, juragan muda desa yang sigap menolongnya dari insiden nyaris nyungsep ke sawah. Setelah badai fitnah dari saingan desa terlewati, sang mahasiswi resmi menyandang status Istri Juragan.
Tetapi, di balik selimut kamar sederhana, Juragan Andi yang berwibawa dibuat kewalahan oleh kenakalan ranjang istrinya!
Sarah, si mahasiswi kota yang frontal dan seksi, tidak hanya doyan tapi juga sangat inisiatif.
"Alis kamu tebel banget sayang. Sama kayak yang di bawah, kamu ga pernah cukur? mau bantu cukurin ga? nusuk-nusukan banget enak tapi ya sakit."
"Jangan ditahan, cepetin keluarnya," bisiknya manja sambil bergerak kuat dan dalam.
Saksikan bagaimana Andi menahan desah dan suara derit kasur, sementara Sarah—si malaikat kecil paling liar—terus menggodanya dengan obrolan nakal dan aksi ngebor yang menghangatkan suasana.
Ini bukan sekadar cerita KKN, tapi yuk ikuti kisah mereka !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Azzahra rahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
manja
Setelah mencium kening lembut sang istri yang sedang sibuk di dapur, Andi bertanya menu makan malam. "Bikin 'Mie Titi' kata-mu tadi, sayang?"
"Waah, menu kesukaan Mas nih? Mas jadi nggak sabar."
"Mandi dulu ya, habis itu sholat Maghrib baru makan malam. Mie Titi-nya sudah hampir matang."
"Siap, sayangku!"
Sarah terkekeh. Ia menuju kompor untuk mematikan api, setelah selesai menyiapkan Mie Titi khas Makassar yang gurih di atas piring, tak lupa memberi kepada tiga pekerja suaminya yang baru saja ikut pulang dari sawah.
Keduanya naik ke lantai dua, kamar mereka berada. Dan setibanya di dalam kamar, baru saja Sarah hendak membawa hp Andi ke meja dekat televisi, lengannya sudah ditarik dan didekap.
"Mas?" Menabrak tubuh gagah itu, tentu Sarah langsung menyeru. "Cium doang, mas. Kangen."
Cup!
Belum sempat memprotes, bibirnya sudah dihisap kuat oleh Andi. Tubuh molek itu mundur, namun tak bisa karna tangan besar suaminya sudah merengkuh mesra pinggang ramping ke dalam dekapan. Decapan ciuman tak bisa terelakkan lagi, akhirnya Sarah pasrah di bawah kendali pagutan liar Andi.
"Ahh, hashh..."
"Kangen sayang, mas kangen kamu."
Sarah merenggangkan diri, "Mandi dulu, habis dari sawah Mas Andi pasti gerah sekali."
"Kamu udah mandi, ya?"
"Udah, kok. Ih, tidak nyambung," kata Sarah sambil cemberut. Tapi meski begitu, ia tetap mengiyakan.
"Udah dimakan Mie Titi-nya?"
"Belum, nunggu Mas Andi. Nanti kita cobain bareng."
"Sekarang cobain moci milikku dulu ya."
"Maas— umhh..."
Kembali fokus memakan habis bibir manis istrinya.
"aanghh..."
Mulai , Sarah memaksa melepaskan ciuman tersebut. "Mau adzan Maghrib, mas mandi ya. Aku udah siapin air anget di bathtub."
"Kamu udah mandi?"
"Iya, kan kata Mas Andi nggak papa aku mandi dulu." Sarah sedang mengandung, pria tampan itu takut sang istri masuk angin kemaleman mandi karena menunggunya pulang.
Deru napas Andi berderu kencang menahan gairah seksualnya yang sudah bangun.
"Cepetan mandi, dingin lho ini hawanya mas. Habis dari sawah kan anginnya kuat."
"Nanti kamu angetin, udah nggak dingin lagi."
Sarah terkekeh kecil, kepalanya menggeleng cepat. Sudah mengambil ancang-ancang menabok kalau sang suami masih nakal saja, "Mandi nggak!"
hmm iya siap Sarah ku sayang!" Sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada, ala-ala sungkem.
Cup!
Secepat kilat Andi memberikan satu kecupan manis di bibir sang istri, pria itu langsung ngacir masuk ke dalam kamar mandi.
Pas sekali, adzan Maghrib berkumandang.
Sarah yang ditinggal sendiri menggeleng tak habis pikir, perkara mandi ada saja yang diributin.
"Mas Andi ih."
Menuju lemari baju mereka, wanita cantik itu mengambilkan baju untuk suaminya nanti kenakan.
Setelah sholat Maghrib berjamaah dilanjut makan malam Mie Titi bersama, kini mereka berdua sudah berada di dalam kamar.
Sarah duduk di sofa depan ranjang sedang menonton televisi bersama sang suami di sampingnya. Mulutnya tak berhenti mengunyah eskrim mochi bulat kenyal warna-warni yang dibelinya tadi. Nafsu makannya semakin meningkat.
"Sayang, mau?"
Sarah menoleh, dan menyodorkan satu mochi yang baru. Diterima Andi dengan suka cita, cokelat di dalamnya lumer saat digigit.
"Enak."
"He'em," angguk pria itu seraya tersenyum lebar.
"Hobi makan sekarang aku, mas."
Menjilat bawah bibirnya karena sisa cokelat lumer tadi, Andi menjawab, "Nggak papa. Itu wajar karna kamu lagi hamil, sayang. Malah bagus, anak kita kenyang di dalam sana." Tangannya tak tinggal diam, mengelus lembut perut istrinya.
"Kalau aku gendutan, Mas Andi nggak marah?"
"Lho, malah makin enak kalau mas peluk," sahut pria itu terkekeh-kekeh, memang dasarannya nakal.
Sarah mendelik dan langsung menabok paha sang suami, bisa-bisanya menjawab begitu. Pipinya bersemu-semu, ia malu.
Cup!
Lagian, mas lebih suka kamu berisi badannya, jangan kurus-kurus. Kalau memang kerasa gendutan, kamu olahraga teratur, mas bikinin gym di rumah supaya kamu nggak usah keluar ke tempat gym yang banyak cowok di sana. Makan juga nggak usah diet-dietan, body gembul mu justru bikin mas susah lepas, sayang hmm dengar gak.. Apalagi body kamu aduh mas gak kuat syang hmm ," bisik Andi diakhiri kalimatnya tadi.
Keduanya saling pandang, Andi mengerlingkan sorot matanya sensual. Sedangkan Sarah menggigit bibirnya gugup.
"Susah lepas?"
Kepala Andi mengangguk pelan. "Pengen masukkin kamu terus." Mendapatkan cubitan mesra sang istri, Andi terbahak renyah.
"Mas Andi pikirannya gitu terus , udah berubah nakal ya,.. ."
"ketularan kamu lah sayang
Benar juga.
"Lagian kamu selalu keenakan mas goyang."
"MAS!" Andi semakin gencar menggoda, Sarah memalingkan wajahnya malu.
"Mending mas ke bawah dulu deh, moci ini simpan di kulkas. Aku udah kenyang."
"Nggak dihabisin aja?"
"Aku udah puas makannya."
Mengalihkan perhatian dari omongan kotor suaminya, tanpa banyak bicara lagi Andi menurut akhirnya. Berjalan keluar kamar membawa kotak moci warna-warni sang istri.
Sarah beranjak dari duduknya menuju kamar mandi untuk sikat gigi.
Berbaring di tempat tidur, televisi sudah dimatikan. Wanita hamil muda itu sibuk scroll aplikasi Instagram
Andi datang dari luar, melirik televisi yang mati dan sang istri sibuk dengan layar ponsel. Ia meloloskan kaus santainya, badan tinggi gagahnya terpampang jelas. Berjalan mendekati Sarah, tanpa banyak bicara Andi ambil ponsel bewarna merah muda itu dan disingkirkannya ke sebelah sisi, tubuhnya ambruk setengah menindih istrinya.
"Mas?"
"Main handphone-nya nanti, gantian sama mas dulu."