Harusnya, dia menjadi kakak iparku. Tapi, malam itu aku merenggut kesuciannya dan aku tak dapat melakukan apapun selain setuju harus menikah dengannya.
Pernikahan kami terjadi karena kesalah fahaman, dan ujian yang datang bertubi-tubi membuat hubungan kami semakin renggang.
Ini lebih rumit dari apa yang kuperkirakan, namun kemudian Takdir memberiku satu benang yang aku berharap bisa menghubungkan ku dengannya!
Aku sudah mati sejak malam itu. Sejak, apa yang paling berharga dalam hidupku direnggut paksa oleh tunanganku sendiri.
Aku dinikahkan dengan bajingan itu, dibenci oleh keluargaku sendiri.
Dan tidak hanya itu, aku difitnah kemudian dikurung dalam penjara hingga tujuh tahun lamanya.
Didunia ini, tak satupun orang yang benar-benar ku benci, selain dia penyebab kesalahan malam itu.~ Anja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atuusalimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 1, part 1
7 tahun lalu,
*****
Plakkk...
satu tamparan membuatnya tersungkur.Pak Surya menatap bengis pada putrinya yang kini tertunduk tanpa mengeluarkan air mata.
"mau taruh dimana muka saya, hah? Selama ini, kamu tau Reka dan adikmu bertunangan. Tapi, kamu malah seenaknya naik ranjang calon adik iparmu sendiri.
jal*Ng tak tahu malu! Untuk apa selama ini saya menghidupimu?" teriaknya lagi seraya membanting gelas pada kepala putrinya sendiri. Anja semakin tertunduk dalam,kepalanya nya berputar-putar, bau anyir perlahan menusuk hidungnya. Ia tau kepalanya mengeluarkan darah karena bocor.
"Kenapa kamu lakukan ini, Anja? Lihat sekarang adikmu... Kakak macam apa kamu ini, puas kamu sudah menghancurkannya, Puas? "Kali ini, suara ibunya yang menghakimi.
"Jawab ibu ha, kenapa kamu lakukan ini?"cecar sang ibu sambil mengguncang tubuh Anja kemudian mendorongnya dengan kasar "dimana hati dan pikiranmu, kalaupun mau berzina kenapa harus dengan tunangan adikmu sendiri?"tuntutnya penuh emosi. Jika saja terlihat, mungkin kini kepala wanita itu sudah mengeluarkan asap.
"Maukah ibu percaya kalau Anja tidak salah? Anja baru saja selesai mandi dan Anja tidak tau sejak kapan Reka ..."
"cukup! Jangan panggil saya ibu! Saya tak pernah melahirkan anak sepertimu!" teriak Bu Sela memotong pembelaan putrinya.
"sungguh bu, Anja tidak salah!" Anja berteriak histeris mencoba mencari keadilan."Kalau kalian tak memberi kesempatan pada Anja untuk membela diri, bagaimana Anja bisa membuktikan bahwa Anja tidak bersalah?"
"Reka... Aku mohon, kamu katakan apa yang sebenarnya terjadi diantara kita. Aku baru saja mandi, dan kamu sendiri yang masuk kamar dan melece..!"
"Diam!"Bentak Reka tak mau mendengar ucapan Anja. Ia juga sedang diselimuti ketakutan yang dalam karena beberapa kali gagal meyakinkan calon istrinya bahwa ini hanya sebuah kesalah fahaman. Sebuah kesalahpahaman yang patal karena jelas mereka terperegok dalam keadaan telanjang.
Sedari tadi pria itu memeluk tunangannya untuk memohon ampun, tapi wanita itu masih terus menangis tak terima.
Ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi mengapa ia harus lepas kendali. Dasar hatinya bahkan mengakui bahwa memang wanita yang berlumuran darah saat ini juga tidak bersalah.
Memang benar, dia sendiri yang masuk kekamar Anja. Seandainya saat itu Anja tidak sehabis mandi dan hanya mengenakan handuk sebatas paha saja, mungkin kejadian semacam ini akan terhindarkan. Salahkan juga posisi kamar yang begitu terpencil sehingga memuluskan aksi gilanya saat itu.
Wanita itu juga tadi berusaha membela diri dengan memukul kepalanya dengan gelas, hanya itu tak berhasil membuatnya bisa mengendalikan diri. Apalagi, tubuh Anja juga sangat kecil dibandingkan dengannya.
Tapi,bukan itu yang ada dalam pikirannya sekarang. Pada minumannya, ia tau ada sesuatu yang salah. Kalaupun tidak, tidak mungkin reaksi tubuhnya sampai segila tadi.Ia meyakini dalam hati bahwa seseorang telah menjebaknya, tapi siapa?
wanita itu?
"Vi, kakak tau ini berat bagi kamu. Tapi, kakak menyayangimu. Kakak tak pernah berniat mengkhianatimu sekalipun dalam hati. Percayakah bahwa kakak tidak bermaksud menghancurkanmu?"
"Lalu ini apa kak,ha? Apa yang baru saja aku lihat tak pernah aku bayangkan walaupun itu hanya dalam sebuah mimpi. Aku benci, mengapa itu harus kakak, aku benci mengapa itu harus orang yang aku sayangi? "Jeritan histeris itu menggema dalam ruangan penuh tuduhan. Air mata Anja perlahan mencair, sakit sekali melihat adik yang disayanginya hancur seperti ini, namun ia yang paling tidak berdaya walau hanya sekedar membela diri.
"Pergi. Kalian pergi! Aku tak mau melihat kalian di sini!" Jerit histeris Silvi sambil memegangi kepalanya frustasi.
"Silvi,sayang...!" bujuk Reka panik.
"pergi, aku juga mau kamu pergi!"usir Silvi sambil mendorong tubuh kokoh Reka.
Pak Tias menarik napasnya yang panjang setelah memperhatikan perdebatan yang sama sekali tak mendapat titik terang. Matanya yang tajam menatap putranya dengan sorot kecewa,
"Reka, mari pulang!" putusnya kemudian.
Reka masih tak mau mengalihkan pandangannya pada Silvi, sebelum kekasihnya percaya, ia sungguh enggan meninggalkannya.
"Kamu tak akan berhasil. Berikan kesempatan pada Silvi untuk menenangkan diri, dia pasti syok dengan apa yang terjadi hari ini!"tutur pak Tias melanjutkan.
"Anja, mari ikut saya pulang!"
"Kamu tetap disini!"sela pak Surya dengan tatapan menghunus tajam.Pak Tias memejamkan matanya sejenak berusaha tenang.
"Melihat kondisimu, saya takut kamu membunuh putrimu sendiri. Saya akan membawanya sekarang, kamu bisa menjemputnya jika Susana sudah merasa tenang!"
"Anja, ayo bangun!" pak Tias membantu Anja untuk berdiri. Reka tak setuju, namun tak dapat berkomentar apa-apa sebab ia tau selama ini papinya selalu mengambil keputusan paling bijak.
Akhirnya, dengan berat hati... pria itu meninggalkan kediaman rumah kekasihnya dengan penuh rasa bersalah..
semangat kak author 😍