Jessica Collins sangat bahagia ketika di nikahi oleh seorang duda tampan dan kaya raya, namun kebahagiaannya sirna saat mengetahui tujuan pria itu menikahinya hanya karena ia mirip dengan istri pertamanya dan rupanya pria itu tak benar-benar menyukainya.
"Apa di saat menyentuhku, kau sedang membayangkan istrimu yang lain ?"
Sungguh Jessica sangat sakit hati haruskah ia bertahan atau justru pergi menjauh di saat mengetahui dirinya sedang mengandung janin pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jessica kembali bebas
Jessica tak ingin terus menerus membiarkan dirinya di kurung karena lambat laun perutnya pasti akan membesar dan ia tak mau suaminya itu tahu kehamilannya.
"Baiklah, aku menyetujui persyaratan itu tapi biarkan aku menjadi diriku sendiri." ucapnya pagi itu saat sang suami baru masuk ke dalam kamarnya setelah pertengkaran mereka kemarin, entah semalam pria itu tidur di mana ia sama sekali tak peduli.
Jason langsung mengembangkan senyumnya lalu mengangguk kecil. "Segalanya akan menjadi mudah jika kamu menurut." ucapnya seraya melangkah mendekat, mengangkat tangannya dan membelai lembut pipi wanita itu.
"Bersikaplah seperti biasanya dan jangan pernah mencoba untuk melanggar perjanjian itu." imbuhnya seraya menekankan kata-katanya.
"Hm, kamu tenang saja." Jessica mengangguk kecil, untuk sementar waktu ia akan menjadi penurut demi semua rencananya.
"Apa aku boleh kuliah ?" Tanya Jessica kemudian.
"Tentu saja, kamu akan melanjutkan ujian secara online dan aku sudah mengurus semuanya." terang Jason dan itu sudah Jessica duga karena pria itu pasti akan tetap membatasi pergerakannya.
"Aku juga ingin ponselku." ucap Jessica lagi.
"Max akan menyiapkan laptop dan ponsel baru untukmu." sahut Jason dan itu membuat Jessica nampak lega.
"Dan pastinya akan terhubung pada ponselku jadi ku harap kamu tidak macam-macam." imbuh Jason lagi yang langsung menyurutkan senyum Jessica, pria itu benar-benar tak membiarkannya melakukan apapun agar perbuatannya tidak sampai terdengar oleh orang tuanya.
"Jika itu sampai terjadi kamu tahu kan akibatnya? perusahaan yang ayahmu rintis selama puluhan tahun...."
"Stop." potong Jessica.
"Kamu jangan khawatir akan hal itu." imbuhnya lagi karena ia juga tidak mungkin membiarkan itu terjadi.
"Bagus." Jason langsung mengulas senyumnya.
"Kamu sangat cantik jika menurut seperti ini." lirih pria itu yang kembali membelai pipi wanita itu dengan lembut lantas tiba-tiba m3lum4t bibirnya hingga membuat Jessica yang belum siap tak mempunyai kesempatan untuk menghindar lagi.
Pria itu semakin dalam mencium bibir wanita itu seraya membawanya ke ranjangnya dan menjatuhkan tubuhnya di sana.
Kemudian Jason kembali m3lum4t bibir Jessica dan menyentuh titik-titik sensitifnya hingga membuat wanita itu tak berdaya di buatnya, tenaganya yang tak seberapa pun tak mampu melawannya.
"Jason sadarlah aku Jessica bukan Jennifer." teriak Jessica saat pria itu mencoba memasukinya hingga membuat suaminya itu berhenti lalu menatapnya lekat, entah apa yang sedang pria itu pikirkan namun Jessica melihat sebuah amarah di matanya hingga tiba-tiba sesuatu yang sesak memenuhi miliknya dengan sedikit kasar dan itu membuatnya kesakitan.
Suaminya itu benar-benar menidurinya dengan paksa hingga membuat Jessica mengkhawatirkan keadaan janinnya, harusnya pria itu berhenti melakukannya saat menyadari ia bukanlah Jennifer sang mantan istri.
Ia tak sedang memakai apapun yang berhubungan dengan mantan istrinya yang biasanya selalu membuat pria itu berhasrat saat melihatnya.
"Jason, sakit." desisnya dan itu membuat Jason yang seperti sedang kesetanan langsung menghentikan hentakannya.
"Tolong jangan kasar aku kesakitan." imbuh Jessica lagi dengan mata berkaca-kaca.
Sepertinya pria itu mendengar perkataannya dan kemudian melakukannya dengan sangat lembut, namun meskipun begitu Jessica sama sekali tak menikmati karena hatinya sudah terlanjur sakit.
Sangat lama pria itu melakukannya hingga pada akhirnya sebuah d3s4h4n panjang keluar dari bibirnya menandakan jika ia telah sampai pada puncaknya.
Tak ada lagi panggilan memuakkan yang biasa suaminya itu lontarkan saat menggumulinya, hanya tatapan dalam pria itu yang sedikitpun tak pernah berpaling darinya.
"Entah apa yang sedang kau lihat pada dari diriku Jason, diriku yang sesungguhnya atau bayang-bayang mantan istrimu itu." gumam Jessica, sungguh ia sedang menertawai dirinya sendiri karena dengan bodohnya masih membiarkan pria itu menyentuhnya.
Beberapa saat kemudian setelah membersihkan dirinya Jessica segera keluar dari kamar tersebut, akhirnya ia bisa terbebas dan tak di kurung lagi.
"Selamat siang nyonya." sapa Max saat melihatnya baru menuruni anak tangga.
Jessica nampak mengedarkan pandangannya mencari sosok suaminya yang entah pergi kemana setelah memuaskan hasratnya tadi pagi.
"Saya di perintahkan tuan untuk membawakan anda laptop dan ponsel baru." imbuh Max lagi seraya menunjukkan barang-barang tersebut di atas meja dan Jessica langsung mengambilnya.
Di kurung beberapa hari membuatnya benar-benar tidak mengetahui keadaan di luar, karena bagaimana pun saat ini telepon seluler memang sangat penting bagi semua orang.
"Ponsel anda sudah terhubung langsung dengan tuan Jason jadi saya berharap anda sedikit berhati-hati dalam menggunakannya." Max mengingatkan.
"Apa aku boleh menghubungi keluargaku ?" ucap Jessica kemudian.
"Tentu saja nyonya namun tidak untuk menceritakan keadaan anda karena anda pasti tahu sendiri akibatnya." Max kembali mengingatkan.
"Tentu saja aku tidak akan menyengsarakan keluarga yang ku cintai tapi aku juga tidak akan sebodoh itu untuk diam saja." cibir Jessica dan itu membuat Max nampak menatapnya dengan lekat.
"Baiklah, saya harus kembali ke kantor nyonya." ucapnya kemudian.
"Hm, tentu saja kau sudah tahu arah pintu keluar kan ?" sinis Jessica menatap pria itu.
Max mengangguk kecil lantas segera berlalu pergi dari sana, namun baru beberapa langkah pria itu kembali berhenti lalu berbalik badan.
"Tolong bertahanlah sebentar saja nyonya, demi tuan." ucap pria itu, namun Jessica sama sekali tak menghiraukan ucapannya dan menganggapnya hanya sebuah bujukan yang tak penting.
Kemudian Max kembali melangkah meninggalkan mansion tersebut, sementara Jessica langsung menghubungi ibunya. Sungguh ia sangat khawatir dengan kedua orang tuanya setelah mengetahui perangai sang suami yang sebenarnya.
"Mommy, aku sangat merindukanmu." ucapnya saat panggilannya tersambung.
"Hai sayang, bagaimana ujianmu hm? Jason bilang kamu sedang sibuk menyiapkan ujianmu maka dari itu kamu tidak bisa di hubungi. Mommy senang sekali kamu rajin belajar sayang, rupanya Jason benar-benar mampu membuatmu lebih baik. Mommy dan Daddy sangat bersyukur memiliki menantu sepertinya." tukas Anne panjang lebar dari ujung telepon dan Jessica yang mendengar ibunya yang menggebu-gebu rasanya merasa sangat bersalah.
"Maafkan aku Mommy." lirihnya dengan menahan air matanya agar tidak terjatuh.
"Kamu mengatakan sesuatu sayang ?" ulang Anne saat tak begitu jelas mendengar suara putrinya itu.
"Aku sangat merindukan Mommy dan Daddy." sahut Jessica kemudian.
"Kami juga sangat merindukanmu, jika ujianmu sudah selesai datanglah kemari sayang." mohon Anne.
"Hm, tentu saja mommy. Apa Daddy baik-baik saja ?" tanya Jessica ingin tahu karena akhir-akhir ini ayahnya itu kurang begitu sehat.
"Daddy baik-baik saja sayang, ini berkat suamimu juga yang banyak sekali membantu pekerjaannya." terang sang ibu yang terdengar membanggakan suaminya kembali.
Entah apa yang sudah di perbuat oleh Jason di belakangnya hingga membuat kedua orang tuanya berubah 180 derajat, di mana sebelumnya mereka kurang menyukai pria itu kini justru sangat membanggakannya.
keren karya tulis mu k🤗🤗🤗