Keilani Nassandra telah dijatuhi talak tiga oleh Galang Hardiyata, suaminya.
Galang masih mencintai Kei begitu juga sebaliknya, Kei pun masih mencintai Galang, teramat sangat mencintai lelaki yang sudah berkali-kali menyakiti hatinya itu.
Kei dan Galang berniat rujuk kembali, akan tetapi, Kei harus menikah terlebih dahulu dengan lelaki lain, setelah Kei dan lelaki lain itu bercerai barulah mereka bisa rujuk kembali.
Oleh sebab itu Galang meminta bantuan temannya di salah satu club eksklusif yang Galang Ikuti Hardhan Adipramana untuk bersedia menikahi Kei dan segera menceraikan Kei setelah mereka melewati malam pertama.
Bagaimana reaksi Galang begitu mengetahui Hardhan adalah Presdir dari beberapa perusahaan terbesar abad ini?
Mampukah Kei bertahan dengan sikap dingin dan arogan Hardhan?
Dan pada akhirnya ...
Ketika cinta harus memilih ...
Siapakah yang akan dipilih Kei?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenangan Masa Kecil
Setelah menikmati makan siang khas Prancis buatan madame Agathe, Hardhan mengajak Kei berlayar di sepanjang sungai Seine, dengan menggunakan River Limousine, mereka mengelilingi kota Paris.
Melihat landmark Paris seperti Menara Eifel, Louvre Museum, Notre Dame Cathedral dan bangunan-bangunan indah lainnya. Semuanya terlihat jelas dari sungai Seine, melihat highlight kota Paris dengan sekali jalan.
"Kau tahu ... Akan membutuhkan waktu lebih lama jika kita mengeksplore ini semua jika melalui jalur darat."
"Ya tapi kita tidak bisa berhenti untuk foto."
Hardhan menaikkan sebelah alisnya, "Untuk apa foto-foto itu? Kau ingin masuk ke geng cewek SMA mu?"
Sambil tertawa Kei menyenggol bahunya ke tubuh Hardhan, Hardhan langsung merangkul Kei, berdua mereka berdiri di sisi river limousine sambil melihat pemandangan kota Paris di siang hari.
"Aku ingin mencoba naik métro," kata Kei
"Jangan, terlalu berbahaya."
"Kenapa?"
"Wajah polosmu itu, sasaran empuk segerombolan pencopet di sini." jawab Hardhan datar.
Tawa Kei pecah, "Di tempat kita pun banyak copet Hardhan. Apa bedanya? Lagipula ada Alex dan lainnya, untuk apa bawa mereka kalau bukan untuk mencegah hal ini. Iya kan?"
"Tidak, aku tidak akan pernah mengajak dan mengizinkanmu naik angkutan umum, di sini atau dimana pun."
"Dasar arogan!" desis Kei.
"Demi kebaikanmu."
"Kenapa Alex selalu kamu bawa kemana pun kamu pergi? Memangnya tidak ada keluarga yang menunggunya di rumah? Aku jadi berpikir kalian berdua seperti Aladin dan jinnya, Genie."
Membayangkan Alex sebagai Genie membuat Hardhan tertawa lepas, Hardhan melirik Alex sekilas yang seperti biasanya selalu siap siaga dengan wajah kakunya. Bahkan jin pun bisa tertawa, sementara Alex ... Hardhan bahkan hampir tidak pernah melihatnya tertawa lagi, bahkan hanya tersenyum sekalipun. wajah Alex selalu datar semenjak peristiwa itu.
Hardhan kembali menatap lembut Kei, "Dan kau manisku, apakah kau putri Jasmine?" tanya Hardhan, Kei memutar kedua bola matanya.
"Mungkin kamu terlalu banyak menyita waktu Alex, hingga dia tidak punya waktu untuk melirik wanita."
Hardhan mengangkat bahunya dengan gaya acuh, "Aku membayarnya mahal untuk itu."
"Papaku selalu memujimu, kamu selalu di kelilingi dengan orang-orang pilihan dan setia."
"Salah satunya adalah Papamu, meski dia lebih setia kepada Papaku."
Kei menatap Hardhan tak percaya, "Papa?"
"Yup, kau tidak tahu Papamu bekerja di perusahaanku?"
Kei menggeleng, "Tidak. Aku baru tahu itu sekarang."
Hardhan mengalihkan pandangannya ke depan, pikirannya menerawang ke masa kecilnya, "Sejak kecil, aku banyak belajar dari Papamu, dia seorang negosiator ulung. Tidak ada proyek yang tidak menang tender jika Papamu yang turun tangan langsung. Papamu dan Papaku, mereka berdua bersahabat."
"Lalu?"
"Dulu, Papaku berniat menjodohkan kita, tapi Papamu dengan sopan menolaknya. Papamu tidak ingin merusak persahabatan mereka dengan menjodohkan anak-anak, karena tidak semua perjodohan berjalan dengan mulus, dan terlebih lagi Papamu ingin kau menikah dengan pria pilihanmu, pria yang kau cintai. Dan aku ... " Hardhan terkekeh pelan "Aku sudah pasti menolaknya juga saat itu."
"Aku juga pasti akan menolaknya mentah-mentah, aku pasti akan langsung kabur dari rumah!" gerutu Kei.
Hardhan kembali tertawa, "Aku ingat saat itu pertama kalinya Papamu mengajakmu berkunjung ke rumahku, saat itu usiaku dua belas tahun, dan kau lima tahun. Kau dengan gigi depan yang ompong itu, berhasil menyita perhatian Mama dan Papaku. Ketika aku tahu papa ingin menjodohkanku denganmu, aku langsung mencarimu, kau sedang asik main dengan adikku di ruang anak. Seperti kesetanan aku langsung menghampiri dan mendorongmu, berteriak lantang di depanmu, membuang apapun yang sedang kau pegang saat itu."
"Waahh ... Kau sudah bersikap arogan yaa dari kecil ckckck."
"Kau tahu apa balasanmu dari perbuatanku itu?" tanya Hardhan mengabaikan cibiran Kei.
"Apa?" Kei balik nanya dengan suara pelan, nyaris tidak terdengar.
"Kau tersenyum lebar padaku, benar-benar tersenyum! Kau tidak marah, tidak juga takut. Kau malah tersenyum dengan wajahmu yang polos itu, dengan matamu yang selalu terlihat sendu itu. Dan kau tahu? Aku jadi ingin memelukmu dan melindungimu."
"Kau memelukku saat itu?" tanya Kei sambil menyipitkan kedua matanya. Kalau jawabannya iya, jelas Hardhan sudah memanfaatkan wanita sejak kecil.
Hardhan kembali tertawa lepas, "Tentu saja tidak! Harga diriku terlalu tinggi, jadi aku hanya balik badan dan keluar dari ruang anak, dengan kedua tanganku yang mengepal erat. Dan setelah kau dan Papamu pulang, aku baru tahu kalau kau baru saja kehilangan Mamamu."
Hardhan terdiam sebentar untuk menarik napas dalam-dalam, "Itu pertama kalinya aku merasa menjadi pria berengsek! Aku berharap pak Hendrawan mengajakmu berkunjung ke rumahku lagi, tapi ternyata itu merupakan kunjungan pertamamu dan juga terakhir."
Hardhan berhenti, ia menertawakan dirinya sendiri, "Tentu saja aku tidak mau merendahkan harga diriku dengan meminta pak Hendrawan membawamu kalau berkunjung lagi ke rumahku. Sepertinya Papamu menyesali diri sendiri karena sudah membawamu berkunjung, hingga Papaku ingin mengambilmu sebagai menantu. Kau tahu? Itu pertama kalinya Papamu menolak permintaan Papaku," lanjutnya.
"Yah itu terdengar seperti Papa," bisik Kei.
"Itulah kenapa Mamaku langsung setuju aku menikahimu, karena keinginan sambil lalu Papaku itu akhirnya terwujud, mendapatimu sebagai menantunya."
"Tapi ... Pernikahan kita palsu, Hardhan. Aku tidak bisa membayangkan apa reaksi Mamamu nanti begitu mengetahuinya. Ya Tuhan, tanpa sadar kita akan menyakiti perasaannya."
Air mata Kei mulai mengalir ke pipinya, Hardhan menarik Kei ke dalam pelukannya, menepuk-nepuk lembut punggung Kei, "Sejujurnya aku tidak pernah menganggap pernikahan ini palsu, aku sungguh-sungguh ingin menikahimu, Tuhan tahu aku mengucapkan janji pernikahan dengan segenap hatiku, di depan Papamu, di depan Penghulu, dan saksi-saksi yang hadir saat itu. Aku punya alasan untuk itu, dan aku tidak bisa menjelaskannya sekarang."
Kei melepaskan diri dari pelukan Hardhan, mendongakkan kepalanya dan menatap Hardhan, "Tapi kau sudah menandatangani perjanjian kalau kita akan bercerai setelah enam bulan, kau tidak boleh mengabaikannya! Bagaimana dengan Galang?"
"Aku ingat, karena itulah aku menerima syarat dari papamu." Hardhan menghapus air mata Kei dengan tangannya.
"Dan apa syarat itu? Aku berkali-kali menanyakannya ke Papa, tapi dia tidak mau menjawabnya."
"Papamu ingin, ketika waktunya tiba ... Kau lah yang harus memutuskan kita bercerai atau tidak."
"Ohh Papa benar-benar menyayangiku," lirih Kei, matanya mulai berkaca-kaca lagi.
"Jadi ketika saatnya nanti tiba, aku menyerahkan semua keputusannya kepadamu. Terserah kau mau kembali lagi ke mantan suamimu, atau tetap bersamaku."
Dan bisa aku pastikan, saat waktunya tiba, kau tidak akan bisa meninggalkanku dan Mama. Kau bahkan akan melupakan Galang. batin Hardhan.
Kei memeluk Hardhan, "Terima kasih," bisiknya
"Sampai saat itu tiba, kau sudah berjanji kepadaku untuk menjadi istri yang baik, dan menantu yang baik untuk Mamaku. Jadi aku harap, kau juga menepati janjimu itu, dan jangan pernah menolakku."
Kei mengangguk setuju di dada bidang Hardhan.
kesetiaan antar keluarga
ceritanya ngangenin walaupun sudah tau endingnya tapi masih semangat baca lagi