WARNING!!
INI HANYA SEKEDAR CERITA KHAYALAN SEPINTAS. TANPA MENGIKUTI NORMA HUKUM DAN AGAMA.
BIJAKLAH DALAM MEMBACA, KHUSUS YG SUDAH MENIKAH SAJA.
Apa yang harus di lakukan, jika tiba-tiba gadis yg belum menikah, dan merasa tidak pernah melakukan hubungan badan dengan seorang lelaki manapun, tetapi tiba-tiba di perut nya ada janin yang sudah tumbuh.
"Tidak,, ini semua mustahil, apa iya di jaman sekarang masih ada perempuan yang hamil, tanpa lelaki. Seperti jaman Siti Maryam."
Naura menangis sambil menekuk kakinya, dia bingung dengan apa yang menimpanya.
PENASARAN???
BACA CERITA PERTAMA AKU YA,,
MOHON MAAF, SAYA PENULIS PEMULA, PASTI BANYAK SALAH-SALAHNYA, MOHON MAKLUM, DAN JANGAN LUPA KRITIKNYA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
"Ra, hei bangun. Kita sudah sampai." Vino terus mengusap pipi Naura, membangunkan istrinya, sepanjang perjalanan, istrinya itu tidur, dengan pulas.
Vino menepuk pelan bahu istrinya. "Kamu nyenyak banget, Ra" Vino membuka seatbelt istrinya. Setelah keluar, dan membuka pintu samping Naura, Vino menyelipkan tangan kanan di leher Naura, sebelah tangannya lagi dia selipkan di bawah paha istrinya.
"Kamu, mau ngapain? jangan macem-macem ya!" Naura terbangun, matanya melotot.
Mata Vino menggercap, menarik tangannya kembali, "kita sudah sampai, Kamu tidurnya pulas banget, Ra. Aku bermaksud mau," perkataannya terhenti saat wajah Naura merah padam, menatapnya.
"Mau apa heuh?" Mata Naura memancarkan kecurigaan, "jangan karena aku lagi gak sadar, kamu bisa melakukan keinginan kamu seenaknya!"
Naura turun dari mobil, dia melangkah mendahului Vino. Setelah berada di depan pintu besar, Naura memutar badannya, menundukan kepalanya di depan suuaminya.
Vino mengernyitkan kening "kok malah berdiri di situ?" merasa aneh dengan istrinya, yang tiba-tiba diam.
Naura memanyunkan bibirnya "Aku malu, ini kan baru pertama kali aku kesini."
Vino mengulum senyum, tingkah istrinya benar-benar sangat lucu. Kalu begitu, kenapa tadi dia sangat terburu-buru, kalau pada akhirnya dia malah diam mematung.
Vino menggenggam tangan Naura, melangkahkan kakinya, sebelah tangannya menarik koper milik istrinya.
Saking gugupnya, Naura tdak menyadari tangannya yang di genggam Vino.
Mata Naura membulat sempurna, saat pintu rumah itu terbuka, melihat kemewahan isi rumah suaminya. Sebelah tangannya reflek menutup mulutnya yang terbuka. "Ini sih bukan rumah, istana mah iya," gumam Naura dalam hati.
Naura mengedarkan pandangannya ke semua penjuru, jiwa miskinnya meronta, saat melihat desain interior bergaya klasik nan mewah, matanya kemudian tertuju pada lemari kaca besar yang kosong, di lengkapi pajangan bunga di sisinya. Lukisan berukuran besar yang di tempel di dinding ruangan itu begitu indah.
"Bi, mama dimana? tolong bilangin ya, aku pulang sama Naura." Perintah Vino kepada salah satu pembantunya.
Bi Sum mengangguk, "baik tuan muda." Sebelum melangkah pergi, Bi Sum tersenyum ke arah Naura.
Andre yang sedang menuruni anak tangga, menatap lekat pada Naura, kemudian pandangannya dia alihkan pada sang anak. Amarahnya menjadi tersulut, saat melihat tangan anaknya menggenggam tangan Naura.
Naura yang merasa tidak enak, refleks melepaskan genggaman Vino. Vino yang kaget, melirik Naura dengan wajah sendunya, tatapan mereka bertemu. Deg,,
"Vino, Papa mau ngomong." Andre memutus tatapan antara anak dan menantunya. Andre berjalan menuju suatu ruangan. Vino yang menyadari gelagat papanya, hanya pasrah, mengikuti langkah Andre.
Dengan wajah yang terlihat bahagia, Anita berjalan dari arah dapur "Naura, mantuku, akhirnya kamu ikut pulang nak." Anita memeluk tubuh Naura, Dirinya begitu bahgia saat kedatangan menantunya itu.
Naura selalu terbuai dengan perlakuan mama mertuanya. Tapi, pikiran Naura masih memikirkan tentang sikap Andre. "Sepertinya, Papa gak suka sama aku" batin Naura mencelos.
****
Andre berdiri, di depan rak buku. sebelah tangannya mengambil salah satu dari tumpukan buku yang berjejer, "kemarin Papa hanya diam saja, saat kamu mengatakan ingin melamar perempuan itu" Andre membuka lembaran buku yang berada di tangannya.
Vino masih berdiri di belakang papanya, dia masih belum menduga kemana arah pembicaraan papanya.
"Papa juga ngijinin kamu, buat tanggung jawab sama kehamilan dia!" Andre menghembuskan napas dengan kasar.
"Tapi, hanya sampai dia melahirkan. Setelah itu kamu gak usah berhubungan sama perempuan itu." Andre menyimpan kembali buku yang tadi di ambilnya. Memasukan tangannya kedalam saku celana. Lelaki itu berjalan ke arah jendela kaca besar.
Awalnya, Andre tidak masalah dengan menantunya. Tapi, setelah mengetahui tentang nama yang menjadi ayah kandung Naura, Andre jadi mengingat kejadian masa lalu. Dia yakin, ayahnya Naura adalah orang yang tidak dia sukai. Andre benci orang itu, termasuk keturunannya.
****
Anita mengantar Naura kedalam kamar, diikuti dengan satu pelayan yang membawa koper Naura.
"Biar aku aja Bi" Naura refleks berdiri dari sofa yang ada di kamarnya, saat melihat pelayan hendak memasukan bajunya kedalam lemari.
Anita menahan pergelangan tangan Naura, sampai Naura kembali duduk di sofa. "Sudah, biar sama Bi Marni aja, kamu disini saja, kan belum cerita apa-apa sama Mama" Anita mengulas senyumnya.
"Jadi gimana, keadaan kehamilan kamu, berapa bulan sekarang?" lanjut wanita yang sekarang menjabat sebagai mertuanya.
Naura tersenyum. "Kalau menurut HPHT, sekarang masuk lima minggu Mam." Naura terlihat menghitung dengan jari tangannya.
"Semuanya sudah saya bereskan nyonya" Marni mengangguk permisi saat melewati majikannya.
Setelah sempat mengangguk, Anita melanjutkan lagi obrolannya. "Duh, Mama gak sabar deh, pengen cepet kamu lahiran aja, biar bisa gendong cucu." Mata Anita berbinar, membayangkan dirinya yang akan menjadi seorang Nenek.
Wanita itu sudah berencana akan memamerkan cucunya di depan para teman sosialitanya.
"Gimana kalau kamu periksa lagi aja, kandungan kamu. Mama ada temen, Dokter Obgyn yang bagus, buat jadi dokter kamu, tiap mau periksa."
Anita sangat antusias mendengar cerita dan memberi wejangan tentang kehamilan Naura. Sampai suara Vino masuk, menghentikan perbincangan kedua perempuan yang ada di kamarnya itu.
"Mam, kayaknya Naura harus istirahat dulu deh, nanti lagi ya cerita-ceritanya" Vino melihat wajah mamanya, yang langsung cemberut.
Anita berdiri, menyentuh pundak Naura "baiklah, kamu emang harus banyak istrahat, kalau perlu apa-apa jangan sungkan ya, ngomong sama Mama." Anita tersenyum dan melangkahkan kakinya keluar.
Vino memperhatikan punggung mamanya, dia sedikit lega, setidaknya mamanya menyukai istrinya.
****
Suara gemericik air dari kamar mandi, membangunkan Naura dari tidurnya.
Vino keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Tubuh bagian atasnya polos tanpa penutup, masih basah dengan air.
Vino berdiri di depan cermin, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Glek, Naura menelan paksa ludahnya, saat melihat dada kekar suaminya dari pantulan cermin.
Naura memalingkan pandangannya, saat melihat Vino tersenyum ke arahnya. Naura mengambil ponselnya, berpura-pura sibuk dengan benda itu, untuk menutupi rasa malunya, karena tertangkap basar sedang melihat tubuh Vino.
Vino mengulum bibirnya, "kalau mau liat juga gak papa," Vino memegang ujung handuknya.
"Stop, kamu mau ngapain?" Naura kaget saat melihat Vino akan membuka handuknya.
Vino tersenyum, dia bisa menebak apa yang ada di pikiran istrinya itu. Tiba-tiba terbesit pikiran jahil. Vino berjalan ke arah Naura. Dengan sengaja membuka handuknya di depan istrinya.
"Aaahhhh" Naura refleks menutup matanya. Vino tertawa melihat tingkah Naura.
Naura yang mengintip dari celah jari tangannya, menghembuskan napas kasar, ternyata dibalik handuknya, suaminya itu sudah memakai celana pendek.
"Kamu, sama aku jangan berpikiran kotor mulu makanya" Vino mengulum senyumnya, melihat istrinya yang sudah merah padam, karena malu.
Naura memberengut kesal. Merasa di kerjain oleh suaminya. Dia berdiri. Menghentakan kakinya, dan melangkah menuju kamar mandi.
-
-
-
-
-
**Jangan lupa, like, koment sama Votenya ya, kayaknya bakalan otw konflik mereka 😂😂
Salam... Semangat**
emang enak🤪