NovelToon NovelToon
MAWADDAH

MAWADDAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Keluarga
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Saidah_noor

Jika perselingkuhan, haruskah dibalas dengan perselingkuhan ...

Suami, adalah sandaran seorang istri. tempat makhluk tersebut pulang, berlabuh dan tempat penuh kasih nan bermanja ria juga tempat yang sangat aman.

Namun, semua itu tak Zea dapatkan.

Pernikahannya adalah karena perjodohan dan alasannya ia ingin melupakan cinta pertamanya: Elang. teman kecilnya yang berhasil meluluh lantahkan hatinya, yang ditolak karena sifat manjanya.

Namun pernikahan membuat zea berubah, dari manja menjadi mandiri, setelah suaminya berselingkuh dengan wanita yang ternyata adalah istri dari teman kecilnya.

Haruskah zea membalasnya?
Ataukah ia diam saja, seperti gadis bodoh ...

Novel ini akan membawamu pada kenyataan, dimana seorang wanita bisa berubah, bukan saja karena keadaan tapi juga karena LUKA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gambaran menyakitkan.

Aku berjalan melewati koridor, disana adalah kursi yang tidak semua orang bisa dapatkan. Diusiaku yang sudah berkepala tiga, setidaknya aku bisa kembali sukses seperti dulu. Kata-kata dan kalimat menyakitkan itu terus memutari otakku, begitu menyakitkan menganggapku bak pelayan rendahan.

Aku duduk dikursiku, ini masih pagi dan dua orang atasanku belum datang, jadi aku mulai mengerjakan pekerjaanku. Aku mulai membuka komputerku, melupakan gambaran-gambaran yang mengusik ketenanganku.

Entah itu mas Reza bersama wanita lain atau gambaran menyakitkan yang membuatku sadar, Bahwa aku sudah tak penting baginya.

Sekian menit ...

Aku masih sibuk dengan pekerjaanku, tiba-tiba suara pria tak asing membuyarkan ketenanganku.

"Rajin sekali, elo sudah disini. Banyak kerjaan, kah?" ujar pria yang kini menyebalkan dimataku.

Ya, Elang. Siapa lagi?

Pria itu dengan santainya menyapaku dengan sok akrab, tidak peduli orang lain akan menilainya bagaimana. Aku mungkin akan dianggap buruk oleh bibir-bibir julid pegawai wanitanya.

Aku berdiri, membungkukkan badanku sebgai salam hormat pada Ceo perusahaan.

"Saya kan, asistennya bapak. Wajar kalau saya berangkat pagi," jawabku dengan canggung.

"Oh, Ya. Lanjutkan! Tapi sebelum itu tunjukan apa saja agendaku hari ini, ibu asisten," ujar Elang menekankan kata Asisten.

Aku menelan ludahku, rasanya pahit lebih pahit dari sayur pare yang kumasak hari ini. Sikap Elang yang seperti ini terlihat layaknya sahabat, tapi dulu tak begini. Kenapa?

Aku lihat pak Er hanya menunduk saja, lelaki itu diam. Entah apa yang ada dalam pikirannya?

"Baik, Pak," jawabku dengan hormat dan menundukan kepala.

Sungguh ini tak nyaman bagiku.

...

Aku mengetuk pintu ruang Ceo, kudengar ia menyahutku. Aku pun memutar knop pintu dan masuk kedalam dengan agenda yang ku bawakan hari ini.

Kulihat Elang tengah bericara dengan seseorang ditelepon, berdiri dengan menghadap jendela kaca yang terang. entah siapa? Itu bukan urusanku.

"Baiklah, terima kasih," ucap lelaki tersebut.

Elang menyudahi panggilannya, ia melangkah duduk dikursi kebesarannya.

"Ini jadwal anda, Pak. Akan saya bacakan, pertama—" perkataanku terpotong oleh tangan Elang yang terangkat.

"Iya, Pak. Ada apa?" tanyaku menatapnya lekat.

"Hari ini ikutlah dengaku, aku ingin melihat pabrikku. Sudah lama aku tak lihat lapangan kerja langsung, sekalian agar elo tahu mana saja pabrikku," paparnya, jari telunjuknya menunjuk ke arahku serasa ditunjuk sebagai teman saja.

"Maaf, Pak. Kenapa harus saya? Pak Er bagaimana?" tanyaku, memberanikan diri.

"Yang disini siapa? Nanti kalau ada sesuatu yang terjadi bagaimana?" ujar Elang berbalik tanya.

Aku diam sejenak, ada benarnya juga apa yang dia katakan walau hanya sebuah kalimat tanya. Sekalipun ini kunjungan kerja seharusnya aku bersikap profesional dan mengesampingkan masalah pribadi kami.

Ya, jawabannya sama yakni semua demi perusahaan. Tapi, pabriknya ada di kota lain, sehingga butuh waktu berjam-jam bahkan mungkin akan malam sekali kami pulang.

Aku menghela nafas berat, bagaimana pun ini resiko pekerjaan.

Aku menunduk, "Baik, Pak."

Kami akhirnya berangkat jam itu juga.

...

Hari ini cukup cerah tak ada awan hitam yang menghalangi langit, warna birunya begitu cantik dan menyegarkan bagiku. Juga anginnya begitu tenang, tapi malah hatiku yang tak bisa tenang.

Kami pergi berdua dengan Elang yang mengendarai mobilnya tanpa supir, rasanya aneh tapi sudahlah. Itu terserah dia juga kalau mau capek. Juga aku tak boleh duduk dibelakang, dia bilang.

"Elo pikir, gue supir lo, Sini duduk didepan!" dengan ketus, dingin dan cueknya yang mulai keluar.

Jadilah, aku duduk disampingnya dengan terpaksa. Kejadian seperti ini mirip dengan adegan para Ceo yang kunker dengan sekretarisnya, tapi aku malah selalu berdo'a.

"Jangan ada dekat diantara kita, karena kita bukan pemeran utama. Aku pun akan menahan diri untuk tidak menganggapnya lagi sebagai teman tapi sebagai Bos."

Do'a yang aneh bukan, tapi itulah kenyataannya.

Jalanan yang begitu lurus saat melewati tol dan berkelok-kelok saat melewati perhutanan, bisa dibilang membuat ku mengantuk ditambah sejuknya Ac mobil yang wangi lavender.

"Jangan tidur! perjalanan kita masih jauh," ujar Elang.

"Kebalik, Pak. Seharusnya tidurlah perjalanan kita masih jauh," ucapku meralat kalimatnya.

"Kita gak lagi syuting drama kekasih, tapi drama Bos dan Asisten," kata Elang dengan cepat.

Benar juga katanya, aku merasa tertohok. Dasar pikiranku saja yang aneh.

Berjam-jam diperjalanan, akhirnya kami sampai juga disebuah pabrik mie instan yang dikelola oleh perusahaan keluarga Elang. Tak hanya mie keluarganya juga memiliki pabrik pangan lainnya, seperti minuman kemasan, makanan camilan, juga produk lainnya.

Di jawa tengah banyak sekali pabrik, jadi wajar udara sekitar sini cukup panas. Aku mengikuti kemana Bosku pergi, kesana, kesini, kekiri, kekanan. Melangkah dan terus melangkah. Dia juga bertanya ini dan itu, agar alat tetap beroperasi. Ia bahkan bertanya sedetail-detailnya tentang pabrik, kekurangan dan juga kelebihannya.

pekerjaan ini membuat ku kegerahan dan juga kepanasan, sudah sewajarnya kerjaan sampinganku hanya mengipasi diri sendiri dan menulis hal yang penting. Tepat disamping sang wakil pemilik perusahaan, ibu dan paman elang masih ada jadi wajar perusahaan ini belum sepenuhnya jadi milik Elang.

"Ini siapa ya, Pak?" tanya seorang wanita yang sumuran denganku.

Elang hanya menjawab, "Asisten saya."

Aku pikir beliau akan berkata, "Dia teman saya," betapa geernya otak gue.

........

Setelah melihat langsung bagaimana kondisi pabrik, kami akhirnya pamit. Ini pun sudah melewati jam makan siang jadi sudah seharusnya kami pergi untuk makan dan beristirahat sejenak.

Elang membawaku ke restoran prasmanan, dimana resto tersebut sangat terkenal dengan makanan rumahannya. Kami pun makan dan beristirahat diresto tersebut, apalagi tempatnya cukup enak dengan pemandangan sawah dan air sungai mengalir kekolam yang dipenuhi ikan. pokoknya sangat alami dan juga bersih.

Membuat kami betah dan lupa untuk pulang, hari sudah sore dan kami belum melanjutkan perjalanan untuk pulang. Geramnya, Elang seolah enggan untuk kembali ke rumahnya.

Tak terasa langit malam sudah menggantikan cerahnya matahari, suasana malam disini pun tak kalah dengan kota metropolitan.

Elang melajukan kendaraannya dan ia terus memutari daerah itu, membuatku bingung dan juga gelisah. Kulihat keluar jalanan, cukup ramai dengan pengunjung aku baru ingat ini malam minggu pantas ramai.

"Ze, gimana nih?" tanya Elang membuatku heran.

"Gimana apanya?" tanyaku mengerutkan kedua alis.

"Aku lupa jalan, ini benar gak, ya?" tanyanya sembari melirik keluar jendela mobil.

"Eh, jangan bilang kita nyasar," ucapku mulai panik.

Sumpah gua takut gak bisa pulang, kejadian ini buat gue panik. "Dasar Elang! Bego," aku menggerutu mengumpatinya dalam hati.

"Kita istirahat dulu, ya. Gue pusing, Ze. Dari tadi muter-muter," ucap bapak Elang yang terhormat, yang sudah bikin aku kesal.

Mobil berhenti tepat disebuah pasar raya kota, kami menyandarkan badan kami sejenak, menghilangkan rasa lelah, resah dan kacaunya malam ini. Elang membuka kaca mobilnya, kebetulan ada pedagang minuman dan makanan ringan disekitar mobil.

Ia pun membelinya, sambil mendinginkan mobil dan juga otak. Setidaknya agar gak lemot diperjalanan.

"Kita nginep saja, gimana? Toh besok libur, kan," ujarnya menemukan ide singkat.

Ia menyeruput jus jeruknya, lalu menikmati camilan yang berupa lumpia dengan isi ayam suwir.

"Terserah bapak saja, tapi saya gak punya uang buat bayar tempat nginepnya," jawabku dengan malas.

"Gak masalah, kita nginep satu kamar saja," ujarnya seenak jidat.

Aku menoleh padanya, "Jangan cari kesempatan, Pak. Mentang-mentang udah jadi duda," omelku.

"Siapa juga yang cari kesempatan, biasanya juga kamu yang begitu," sindir Elang membalas pradugaku.

Aku tertohok lagi, dulu sih iya. sekarang gak begitu, karena aku punya mas Reza dan Arsya. Aku diam tak menyahutnya, pusing juga lama-lama berdebat dengan orang yang sudah jadi duda.

Kami masih ditempat, entah kapan ia akan melajukan mobilnya lagi?

Ditengah keheningan itu, aku yang menatap lurus merasa melhat sosok yang tak asing. Saking tak asingnya aku melihat begitu jelas bahwa itu adalah ... Mas Reza.

Laki-laki itu berjalan dengan seorang wanita berambut panjang dan seorang anak kecil berusia tiga tahunan ditengah mereka, benarkah itu dia?

Aku turun dari mobil mengikuti kemana keluarga kecil itu pergi, kutinggalkan saja Elang yang masih menikmati minuman dinginnya.

Mereka duduk dibangku yang tersedia disana dengan begitu bahagia, jelas aku lihat itu suamiku dari kejauhan.

Aku mendekati mereka, semakin dekat semakin jelas wajah dan juga pakaian yang dikenakannya. Namun, gambaran yang menyakitkan itu sungguh aneh. Wanita itu pun rasanya tak asing, dia mirip Alana.

Aku tertegun, mencerna apa yang kulihat itu. Dan saat kulihat mas Reza merangkul dan hendak menciumnya dengan mesra dikeramaian itu, sebuah tangan menarikku untuk membelakangi mereka.

Aku menghempaskannya dengan kasar, namun lagi tangan itu menarikku dengan kuat untuk membelakangi mereka. Hingga badanku menghimpit tubuhnya.

"Jangan lihat, jangan lihat itu," suara Elang memeluk tubuhku.

1
vj'z tri
semangat sayang tunjukan pesona istri sah jangan kalah sama ani ani 🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
🥳🥳🥳🥳🤩🤩🤩🤩
Arga Putri Kediri
keren elang
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 puassssss
vj'z tri
langsung promosi cuy 🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
aduhhhh senyum nya itu loh yang bikin anak orang tambah deg deg ser 🫣🫣🫣🤣🤣
vj'z tri
tak kenal maka tak sayang 🤭🤭🤭
vj'z tri
segini mah kurang kenyang aku Thor tambah lah 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
pembukaan kok langsung bikin emosi meluap 😤😤😤😤
vj'z tri
jangan bosan bertemu akoh lagi 🤭🤭🤭🤭
🌀 SãñõõR 💞: pengen ketemu kamu lagi loh 😅
total 1 replies
vj'z tri
aku mundur Alon Alon Mergo sadar aku sopooo🥺🥺🥺
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘIncha ᴳᴿ🐅❤️⃟Wᵃf
lagi donk
vj'z tri
aku disini hadir kembaliiiii 🤗🤗🤗🤗🤗
mamah fitri
pengen tak tonjok laki modelan gitu.. udah ngasi duit 1jt doang tiap bulan dan istri tidak bekerja padahal suami mampu.. uang receh juga ditanyain mana?

kenapa harus pelit sih ma istri..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!