Season 2 dari Aku Bisa Tanpamu 😘
Kehidupan pernikahan kedua Shofi yang semula berjalan begitu bahagia dan harmonis tiba-tiba diguncang dengan kecelakaan yang menimpa Awan, sang suami. Awan dinyatakan hilang dan belum bisa diketemukan dimana keberadaannya.
Tetapi Shofi dan keluarganya tidak pernah putus harapan. Mereka yakin bahwa dengan kuasa Allah SWT, Awan pasti bisa kembali dengan selamat dan rindu mereka akhirnya terobati.
Akankah kekuatan do'a dan keyakinan mereka benar-benar bisa membawa Awan kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iin Nuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Masalah Hati Yang Sama
Mas Awan dan Chef Yudha sudah berbincang cukup lama, meluapkan rasa rindu mereka berdua. Baby Angkasa sempat terbangun. Mas Awan dengan sigap langsung mengangkat putra kami tersebut kemudian menyerahkannya padaku.
Setelah memakai apron menyusuiku, aku pun kemudian mulai menyusui putra kecilku itu. Mas Awan dan Keinan nampak begitu antusias ketika melihat baby Angkasa yang sedang sibuk menyusu kepadaku itu.
"Iiihhh, dedek Angkasa lucu banget. Mulutnya lucu pas minum susu," celetuk Keinan yang saat ini duduk di sebelahku.
"Iya ya, Kak. Dedek Angkasa lucu banget. Kuat banget nyusunya. Kayak takut ada yang ngambil aja," kata Mas Awan juga.
"Emang siapa yang mau ngambil mimiknya dedek Angkasa, Pa? Kalau ada yang berani gangguin dedek Angkasa mimik, biar nanti kakak jewer ya, Dek," kata Keinan seraya mengusap-usap lembut pipi baby Angkasa.
"Hahaha, iya deh. Yang sekarang udah jadi kakak. Sayang banget ya sama dedek Angkasa-nya?" tanya Mas Awan.
"Jelas sayang dong, Pa," jawab Keinan mantap.
Aku dan Mas Awan, juga yang lainnya, tersenyum mendengar perkataan Keinan tersebut. Mas Awan mengusap lembut kepala Keinan kemudian menciumnya penuh sayang.
Beberapa saat kemudian setelah aku selesai menyusui baby Angkasa,
"Teteh, maaf ya Eneng mau pamit dulu. Udah kelamaan juga disini. Kasihan Umi nggak ada yang nemenin jaga Abah, soalnya Kang Rijal pasti mau pulang lagi nanti," pamit Nisa kepadaku.
"Oh, iya Neng, nggak pa-pa kok. Nanti kalau pas longgar main kesini lagi ya, Neng," balasku diakhiri permintaan.
"Iya, Teh. Pasti itu," kata Nisa.
"Titip salam buat Abah, Umi, sama Kang Rijal juga ya, Neng," pesanku.
"Iya, nanti Eneng sampein ya, Teh," balas Nisa.
Aku mengangguk seraya tersenyum sebagai jawaban.
"Bu Wulan, Bu Aminah, Kang Awan, Keinan, Kang Yudha, Eneng pamit duluan, ya," pamit Nisa kepada yang lainnya juga.
"Iya, Neng. Makasih ya udah jengukin kesini," kata Mama Wulan.
"Besok-besok kesini lagi ya, Neng," lanjut ibuku juga.
"Sama-sama, Bu. Insya Allah ya, Bu. Besok Neng datang kesini lagi," balas Nisa dengan tersenyum.
"Neng mau balik ke kamar rawat inap Abah sekarang?" tanya Mas Awan.
"Iya, Kang," jawab Nisa.
"Yud, kamu mau balik sekarang atau nanti?" tanya Mas Awan beralih kepada Chef Yudha.
"Mmm, sekarang aja deh, Bos. Kasihan yang lain kalau gue tinggal kelamaan," jawab Chef Yudha.
"Kalau gitu sekalian minta tolong Lo anterin Nisa balik ke kamar rawat inap Abah Imron ya, Yud. Biar Nisa nggak sendirian dan ada temennya juga," kata Mas Awan.
"Oh, oke. Nggak masalah kok, Bos," balas Chef Yudha.
"Eh, nggak usah, Kang. Eneng nggak enak ngerepotin Kang Yudha," tolak Nisa.
"Nggak ngerepotin sama sekali kok, Neng. Santai aja. Biar ada temennya ngobrol juga, daripada jalan sendirian," kata Chef Yudha meyakinkan Nisa.
"Hmm, ya udah deh kalau gitu," akhirnya Nisa pun setuju juga.
"Nah gitu dong. Kalau gitu saya pamit dulu ya, Bos, Bu Bos, Bos kecil, Nyonya Bos, Bu Aminah. Assalamu'alaikum," pamit Chef Yudha kemudian.
"Assalamu'alaikum, mari semuanya," salam Nisa juga.
"Wa'alaikumsalam," jawabku, Mas Awan, Mama Wulan, ibuku, dan Keinan.
"Hati-hati, Om. Jagain kakak cantik baik-baik," celetuk Keinan tiba-tiba.
"Siap, Bos kecil," balas Chef Yudha.
Dan kami semua pun tertawa kecil mendengar perkataan Keinan tersebut. Setelah itu Chef Yudha dan Nisa kemudian melangkah keluar meninggalkan kamar rawat inapku ini.
"Dasar kamu, Wan. Baru juga balik, udah kumat aja itu sifat usil kamu," tegur Mama Wulan setelah Chef Yudha dan Nisa keluar dari kamar rawat inapku ini.
"Hehe, itung-itung usaha kan, Ma. Siapa tau aja mereka berdua emang berjodoh. Awan cuma ngasih kesempatan aja kok," balas Mas Awan dengan cengirannya.
Aku menggelengkan kepalaku pelan. Ternyata Mas Awan sengaja menyuruh Chef Yudha untuk menemani Nisa dengan alasan itu. Hmm, suamiku ini memang dari dulu sifatnya nggak berubah ya.
🍁🍁🍁
Setelah keluar dari kamar rawat inap Shofi, Chef Yudha dan Nisa berjalan bersisian dalam diam. Keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
'Ah, ternyata memang benar kalau Kang Awan udah punya istri dan juga anak. Pantes aja dia dulu nggak bisa menerima pernyataan suka dariku. Tapi, melihat bagaimana kebahagiaan Kang Awan bersama dengan istri dan anak-anaknya tadi, aku juga ikut merasa bahagia kok. Meskipun jujur saja, ada sedikit rasa sakit di hatiku ini melihat kebersamaan mereka tadi,' kata batin Nisa.
Dan apa yang sedang dipikirkan oleh Nisa saat ini ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Chef Yudha di sebelahnya.
'Syukurlah akhirnya Bos Awan sudah kembali. Rasanya ikut seneng saat melihat kebersamaan Bos Awan dengan istri dan anak-anaknya tadi. Meskipun jujur saja rasa sakit hati itu ada. Tapi aku bener-bener ikut bahagia, akhirnya senyum kebahagiaan itu kembali di wajah cantik Shofi dan juga Keinan,' kata batin Chef Yudha juga.
Nisa tiba-tiba saja menghentikan langkahnya ketika berada di dekat taman kecil yang berada di antara lorong kamar rawat inap rumah sakit tersebut. Chef Yudha pun akhirnya ikut menghentikan langkahnya juga.
"Loh, kenapa, Neng? Kok berhenti?" tanya Chef Yudha bingung.
"Mmm, Kang Yudha kalau mau balik duluan silahkan aja, nggak pa-pa kok. Eneng mau duduk dulu sebentar di kursi taman itu," jawab Nisa.
Chef Yudha tidak merasa kaget sama sekali. Dia justru tersenyum kecil. Chef Yudha sudah memperhatikan gerak-gerik Nisa selama di dalam kamar rawat inap Shofi tadi. Dan dari tatapan mata Nisa saja, Chef Yudha sudah bisa menebak tentang perasaan Nisa kepada Bos Awan-nya itu. Ah, sepertinya dirinya dan Nisa ini memiliki masalah hati yang sama.
"Kalau Kang Yudha mau nemenin Eneng duduk disana, boleh enggak? Kita memiliki masalah hati yang sama, Neng. Akang tau banget gimana perasaan Neng Nisa saat ini. Apalagi setelah melihat kebersamaan keluarga kecil Bos Awan yang begitu bahagia tadi. Iya kan, Neng?" tanya Chef Yudha dengan tersenyum.
Nisa pun nampak terkejut mendengar perkataan Chef Yudha tersebut.