Hi readers, dukung terus penulis ya. ini karyaku yang kedua setelah ' Terimakasih untuk, lukaku'. berikan saran ya, supaya penulis bisa menulis lebih baik di tulisan berikutnya.
Tulisan ini bercerita tentang kehidupan seorang gadis dan seorang pria yang berbeda status soaial. Tapi meninggalkan satu tali yang harus mempertemukan mereka. Tanpa kesengajaan mereka sudah menyandang status orang tua.
Ira Kusuma, gadis desa yang pintar, tapi sangat pendiam dan tidak gampang untuk bergaul. Karena keadaan tidak sadar tuannya sudah meninggalkan satu nyawa dirahimnya, yang tidak diketahui oleh sang tuan.
Marcel Sanjaya, Seorang pengusaha sukses, kaya raya dan berwajah tampan. istrinya seorang wanita cantik model papan atas. Laki-laki yang sudah memporak - porandakan hidup Ira.
Satrio atau Rio, anak yang awalnya tidak diharapkan kehadirannya, ternyata berkah terindah buat semua keluarganya.
Bu Ani, ibu dari Ira yang selalu menemani anaknya dalam susah dan sedih.
Bu Clara, orang tua Marcel yang baik pada semua orang tanpa melihat status.
Pak Kamal, orang yang bekerja dirumah Marcel dan banyak membantu Ira dan ibunya.
SELAMAT MEMBACA YA, SEMOGA SUKA🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Neo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 33 BELANJA
Begitu masuk mall x yang sangat megah itu, terus terang Ira masih ternganga. Dia sudah pernah ke mall ini tapi hanya untuk foto-foto sama teman-teman pabriknya bukan untuk belanja.
"oh ya Ra, kita langsung ke lantai tiga ya, tempat toko ponsel" Ira hanya mengikuti dalam diam.Sementara Rio yang senang melihat semuannya, sangat kagum dengan mall itu. Marcel tidak pernah melepas tangan Rio. Lalu Marcel mencari nama toko ponsel temannya.
"mau cari apa pak" tanya salah satu pelayan disitu.
"itu saya minta satu handphone terbaru dan tolong langsung instal beberapa game, dan tolong berikan nomor perdana yang bagus"
"merk-nya pak"? tanya pelayan itu
"terserah kalian, pokoknya yang paling bagus"
lalu pelayan itu mengambil satu handphone keluaran terbaru dan membawanya kehadapan Marcel dan Ira.
"yang ini pak" sambil menyodorkan handphone tersebut.
'bagus banget, pasti mahal' batin Ira.
"Rio, gimana yang ini kamu suka"? tanya Marcel , lalu dia mengangkat rio dan duduk dikursi bar toko itu, sementara Marcel berdiri dibelakangnya.
"suka pa, boleh Rio coba"? tanyanya semangat.
"boleh donk nak, cobain sekarang tapi tunggu aktifin nomor perdananya dulu ya" jawab Marcel sambil menyuruh pelayan itu mengaktifkan nomor perdananya.
"Ra ini aja ya, Rio sudah suka" tanya Marcel selalu lembut
"terserah aja" Marcel masih tersenyum ke Ira yang sudah menunduk.
Setelah selesai mereka serahkan handphonenya ke Rio.
Lalu Rio pun langsung berselancar di handphone barunya itu mencoba salah satu game yang dia suka.
"kamu bisa main ini", tanya Marcel heran karena setahunya game itu punya tingkat kesulitan tinggi.
"bisa pa, gampang" ucap Rio sambil benar-benar memainkannya.
'benar-benar anak saya ini, permainan game sesulit apapun bisa saya taklukkan'' batin Marcel.
"Ini aja mba, tolong buatin notanya ya" perintah Marcel.
Karena Marcel sibuk melihat permainan game Rio, pelayan itu memberikan notanya ke Ira, dan betapa kagetnya Ira melihat harga handphone Rio, sepuluh juta lebih.
'mahal banget, gila, ini sih bisa beli motor saya nambah dikit' batin Ira yang motornya aja masih kredit.
Melihat ekspresi Ira yang kaget Marcel baru sadar kalau Ini pasti belum biasa untuk Ira, yang katanya baju aja dipasar masih nawar.
" kenapa Ra" tanya Marcel pura-pura tidak tahu.
"ini harganya," tanyanya mendekat dan nunjuk angka di nota bon itu,"kemahalan buat anak-anak seperti Rio" ucapnya pelan takut didengar pelayan itu.
"ngga ada yang kemahalan buat anakku Ra, atau kamu mau juga sama typenya kaya ini, biar samaan sama Rio, cuma beda warna"? tanya Marcel
"ngga nngga ngga" jawab Ira cepat.
'mending aku lunasin kreditan motorku' gumamnya tapi masih didengar Marcel.
'ohhh jadi motornya yang sering dia pake itu masih kredit' batin Marcel.
"Ra, pilih aja yang kamu suka, type seperti apa, anggap aja ini hadiah dari Rio. dia selalu ingin menyenangkan kamu", tutur Marcel.
"ngga usah" jawab Ira lagi. "Nanti aja kalau dia sudah besar" lanjutnya. Marcel senang, Ira ada sedikit kemajuan komunikasinya dengan Marcel, setidaknya sudah mulai berinteraksi.
"beli aja ma, biar handphone mama juga keren, lihat deh ma bisa begini'" tunjuk Rio ke salah satu fitur handphone itu.
"Rio kamu sudah paham sampai kesitu" tanya Marcel agak heran.
"iyalah pa, kan dari tadi dah dicobain" jawabnya tenang.
Melihat kemampuan anaknya dalam tekhnologi, Marcel bertekat beli satu lagi buat Ira, karena Ira harus bisa mengimbangi Rio. Ira yang lebih sering berada didekat Rio.Tanpa bertanya lagi sama Ira dia langsung pesan satu lagi, karena kalau ditanya dulu pasti Ira tidak mau.
"mba tolong satu lagi type ini, tapi untuk cewek ya" pinta Marcel
'enak banget ceweknya dia, dibeliin handphone semahal itu' enak ya jadi orang kaya,'batin Ira
Lalu Ira melangkah agak menjauh dari Marcel dan Rio ke arah pojok etalase, dan Marcel memperhatikan
"ohhh sebentar ya pak, saya ambilkan" jawab pelayan itu.
Lalu tidak berapa lama mereka membawa handphone dengan type yang sama dengan warna agak muda, cocok untuk wanita.
"boleh ini bungkus satu lagi ya sama perdananya yang mirip kayak tadi" Lalu dia menyerahkan satu kartu untuk membayar dua handphone keren itu.
Dengan senang hati mereka pun membungkus handphone yang dibeli Marcel setelah melakukan transaksi pembayaran. Lalu mereka menyerahkan kartu milik Marcel.
"tolong bungkus rapih dan nanti kasih dia, aku ke toilet bentar" ucap Marcel yang ingin Ira menerima handphone itu. Takutnya kalau dia yang kasih langsung Ira tidak akan menerima.
"Rio kamu tidak ingin ke toilet" tanya Marcel sama anak kesayangannya.
"mau pa" jawabnya sambil berlalu turun mengikuti papanya.
"ayo" sambil menggandeng tangan Rio.
"Ra tunggu disini ya, kami ketoilet bentar" ucap Marcel sangat lembut.
"hmmmm" hanya itu jawaban Ira.
Tapi mereka tidak ketoilet, mereka hanya ke toko baju yang ada di mall itu.
"Rio ini toko baju wanita, kamu ingin beliin mama baju seperti apa" tanya Marcel."sudah handphonenya simpan dulu ya, nanti dirumah lagi mainnya"
"ok pa" lalu menyerahkan handphone ke ayahnya.
Rio melihat-lihat baju yang ditoko itu, tapi dia malah bingung ingin beli yang seperti apa.
"pah, kita panggil mama aja, takutnya nanti mama ngga suka, sayang dibeli tapi ngga dipake" ucap rio bijak.
"emang kamu ngga ingat baju seperti apa dulu yang ditawar mama kamu di pasar" tanya Marcel.
"ingat pa, tapi baju itu tidak ada disini"
"ohhhh, dulu harganya berapa kata penjualnya"
"seratus delapan puluh ribu pa"
"terus mamamu tawar berapa"?
"seratus, karena kata mama duitnya cuma ada seratus" jawab Rio polos, dia tidak mengerti kalau ibu-ibu sering menggunakan kata ' uangku tinggal segini' kalau tawar menawar dipasar.
'ya ampun, segitunya hidup mereka selama ini sampai baju harga seratus delapan puluh ribu juga ditawar. Padahal aku sering menghabiskan uang puluhan juta hanya untuk satu kemeja' batin Marcel.
"Rio, kamu ngga mau beli baju"? tanya Marcel sama anaknya.
"ngga pa, baju mama aja, baju Rio masih banyak"
"nanti mama juga kita belikan nak" bujuk Marcel.
"kita panggil mama juga pa, biar kita sama-sama ya" Rio takut kalau mamanya nanti marah.
"ya sudah ayo sayang"
"mama" panggil Rio dari jauh melihat mamanya duduk didepan toko handphone tadi.
"Rio, sudah ke kamar mandinya"? tanya Ira
Rio bingung, mereka kan ngga ke kamar mandi tapi ke toko baju.
"tadi Rio lihat toko baju ma, apa mama mau beli baju"? Rio tidak ingin berbohong sama ibunya.
"ngga nak", jawab Ira
"Ra, kita beli baju Rio dulu ya" bujuk Marcel hati- hati.
"hmmmm, ini punyamu" Ira menyerahkan paperbag handphone itu ke Marcel.
"itu handphone untuk kamu Ra, anggap aja kado pertemuan ya" ucap Marcel lembut sambil menatap intens Ira.
"apa...."? Ira kaget
'handphone semahal ini buat aku'? batinya.
klo g mau lg msk ke hotel prodeo