NovelToon NovelToon
Getot Darjo

Getot Darjo

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Dendam Kesumat
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: ihsan halomoan

Dalam menimba ilmu kanuragan Getot darjo memang sangat lamban. Ini dikarenakan ia mempunyai struktur tulang yang amburadul. hingga tak ada satupun ahli silat yang mau menjadi gurunya.

Belum lagi sifatnya yang suka bikin rusuh. maka hampir semua pesilat aliran putih menjauh dikala ia ingin menimba ilmu kanuragan.

Padahal ia adalah seorang anak pendekar yang harum namanya. tapi sepertinya pepatah yang berlaku baginya adalah buah jatuh sangat jauh dari pohonnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ihsan halomoan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kilas Balik

Di tengah sengitnya latihan, kilasan memori pahit menghantam benaknya: pembunuhan kedua orang tuanya.

Desa yang dikenal sebagai Rancawangi itu dulunya memiliki nama lain. Sebutan Rancawangi tersemat sebagai penghormatan mendalam warga kepada sepasang pendekar sakti yang juga suami istri: Rangga dan Cahyani, ayah dan ibu dari Getot Darjo.

Kiprah Rangga dan Cahyani yang tak pernah gentar membela kaum lemah, memberantas kejahatan, dan menjunjung tinggi keadilan, telah mewarnai setiap sudut desa. Nama harum mereka pun akhirnya diabadikan menjadi nama desa tersebut. Ya, Rancawangi adalah penghormatan atas jasa-jasa kedua pendekar sakti itu.

Bahkan, keharuman nama mereka sampai ke telinga para petinggi di Kota Raja. Beberapa senopati Mataram dengan antusias merekomendasikan agar pasangan pendekar itu diangkat menjadi seorang Tumenggung.

Sang Raja Mataram kala itu menyambut baik usulan tersebut. Bukan hanya kademangan tempat tinggal mereka yang menjadi aman dan tenteram, namun beberapa kademangan tetangga pun turut merasakan dampaknya. Beberapa komplotan rampok, penjahat, bahkan pemberontak berhasil dilumpuhkan oleh kegigihan sepasang pendekar itu.

Namun, ketika tawaran posisi terhormat itu disampaikan, Rangga dan Cahyani justru menolaknya. Mereka lebih memilih kedamaian masa pensiun di desa tercinta, bercocok tanam, dan membesarkan putra semata wayang mereka, Getot Darjo.

Sayangnya, ketenangan itu tak berlangsung lama. Setelah mereka berdua memilih untuk mengundurkan diri, kejahatan kembali merajalela. Beberapa kademangan dilanda serangkaian peristiwa nahas. Hal ini memaksa beberapa senopati untuk kembali membujuk Rangga agar bersedia menerima jabatan tersebut.

Saat itu, wilayah kekuasaan Mataram memang sedang meluas, dan mereka sangat kekurangan perwira yang cakap dan dapat diandalkan. Atas pertimbangan inilah, ayah Getot akhirnya luluh dan menerima tawaran itu.

Ia memiliki harapan besar untuk mengembalikan keamanan dan ketenteraman di desanya dan kademangan sekitarnya. Namun, siapa sangka, kabar ini justru sampai ke telinga para pemimpin gerombolan penjahat. Mereka menjadi gemetar ketakutan. Jika sepasang pendekar itu menerima jabatan tersebut, sudah pasti Kota Raja akan mengirim dan melatih ratusan prajurit untuk membantu mereka.

Hingga akhirnya, para pentolan penjahat itu bersekutu dan menyusun rencana keji untuk menghabisi nyawa sepasang pendekar Rancawangi.

Di malam yang sunyi dan mencekam, empat pemimpin penjahat bergerak menuju kediaman Rangga dan Cahyani. Keempat orang ini dikenal memiliki kesaktian yang luar biasa, namun juga terkenal bengis dan kejam. Bahkan, Kota Raja telah lama mencap mereka sebagai buronan tingkat satu atas berbagai tindakan perampokan, pembunuhan, dan pemerkosaan yang mereka lakukan.

Mereka belum pernah berhadapan langsung dengan sepasang pendekar yang juga dikenal dengan sebutan Pendekar Rancawangi itu. Namun, cerita dari para pendahulu mereka yang pernah bertempur melawan Rangga dan Cahyani membuat mereka tak berani menganggap remeh pasangan pendekar tersebut.

Demi meminimalisir risiko kebocoran informasi kepada telik sandi Kota Raja, mereka sepakat untuk tidak membawa anak buah dalam misi berbahaya ini. Mereka tidak ingin rencana pembunuhan itu terendus oleh pihak kerajaan. Hingga akhirnya, mereka berempat bergerak dalam kegelapan malam dengan wajah tertutup rapat.

Namun, Cahyani, istri Rangga, yang sedang khusyuk bersemedi, mendapatkan firasat buruk tentang akan adanya serangan. Soal kepekaan panca indra, ibu Getot Darjo itu memang dikenal memiliki ilmu penerawangan yang sulit ditandingi.

Bahkan, banyak warga desa yang sering meminta bantuannya untuk melihat sekilas masa depan mereka. Namun, Cahyani tidak selalu mengabulkan permintaan itu. Ia merasa dirinya bukanlah seorang dukun, dan ia pun tidak pernah meminta imbalan atas bantuannya.

Merasakan firasat buruk, sepasang pendekar itu pun bersiap siaga. Mereka juga berusaha membujuk Darjo untuk mengungsi sementara ke rumah pamannya. Namun, Getot Darjo menolak dengan keras. Hal ini membuat sang ayah harus memutar otak mencari cara lain.

Mereka tidak memberitahu Getot tentang bahaya yang mengintai. Mereka tidak ingin putra semata wayang mereka itu merasa khawatir. Setelah mendapatkan ide, ayah Getot mengajaknya untuk mencari sarang tawon di malam hari. Getot pun sangat senang, karena sudah lama ia tidak melakukan kegiatan itu bersama ayahnya.

Namun, sesampainya di atas pohon rindang, Rangga justru mengikat erat tubuh Getot di batang pohon tersebut. Tak hanya itu, Rangga juga menyumpal mulut putranya agar tidak bisa bersuara.

"Hmmpppttt!" raung Getot tertahan, hanya erangan samar yang lolos dari balik bekapan kain.

"Maafkan Ayah, Nak. Terpaksa kulakukan ini," ucap Rangga dengan nada berat.

"Hmmppttt!" Getot kembali meronta, tubuhnya menggeliat tak berdaya.

"Kamu tak perlu khawatir. Besok pagi, setelah semuanya usai, Ayah akan kembali."

Rangga terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan nada getir, "Tapi, bila Ayah tak kembali... pergilah sejauh mungkin dan jangan pernah kembali ke sini lagi."

Kemudian, Rangga menancapkan sebuah pisau pada ranting pohon tak jauh dari tempat Getot terikat.

"Ayah yakin, besok pagi kamu sudah bisa meraih pisau ini."

"Ayah pergi dulu..."

"Hmpphtt... hmpphhtt..." Getot hanya bisa meratap dalam hati, menyaksikan punggung ayahnya menghilang di kegelapan malam. Ia ditinggalkan seorang diri, terikat erat di atas pohon.

Percuma saja Getot meronta-ronta, ikatan itu terlalu kuat. Matanya tertuju pada pisau yang tertancap, ia mencoba meraihnya dengan menjulurkan kaki, namun benda tajam itu tetap di luar jangkauan.

Lelah dan putus asa, Getot akhirnya terdiam. Benaknya dipenuhi pertanyaan, mengapa ayahnya tega melakukan ini?

"Apa mereka sudah tak menyayangiku lagi? Hingga aku dibuang seperti ini?" batin Getot pilu.

Malam semakin larut, kantuk mulai menyerang. Namun, tiba-tiba Getot tersentak. Perasaan aneh menyelimuti hatinya, sebuah firasat buruk yang tak bisa dijelaskannya.

Ditambah lagi, rembulan yang bersinar merah tembaga semakin menambah gundah hatinya.

"Kenapa aku merasakan sesuatu akan terjadi pada orang tuaku?" gumam Getot cemas.

Di tengah lamunannya, telinganya menangkap suara dentingan pedang yang beradu, disusul pekikan-pekikan orang yang tengah bertarung. Getot terkesiap, ia mengenali suara-suara itu.

"Itu suara Ayah dan Ibu... Oh, apa yang terjadi pada mereka? Aku harus lepas dari ikatan ini!" seru Getot dalam hati, semangatnya kembali membara.

Dengan sisa tenaga, Getot kembali memberontak, tubuhnya menggeliat sekuat mungkin, berharap ikatan itu melonggar barang sedikit agar ia bisa meraih pisau dengan kakinya.

Namun usahanya sia-sia. Suara pertarungan di kejauhan justru semakin mendekat ke arah pohon tempat ia terikat. Jantung Getot berdebar kencang, ia semakin gregetan, ingin melepaskan diri namun tak berdaya.

Benar saja, suara pertarungan itu kini persis di bawah pohon tempat Getot tergantung tak berdaya.

Getot terkejut bukan main. Di bawah cahaya rembulan purnama yang berwarna merah mengerikan, ia melihat Ayah dan Ibunya bertarung sengit dengan tubuh penuh luka.

Baju mereka terkoyak, darah mengalir deras dari luka di sekujur tubuh. Pemandangan mengerikan itu membuat Getot semakin beringas, keinginan untuk melepaskan diri semakin membuncah.

Bagaimana tidak? Empat orang berpakaian serba hitam layaknya ninja mengepung dan menyerang orang tuanya secara membabi buta.

Meskipun terluka parah, orang tua Getot sebenarnya masih mampu melawan. Namun, salah satu dari keempat penyerang itu bermain curang. Setiap kali serangan orang tua Getot berhasil ditangkis, ninja licik itu melemparkan segenggam pasir ke mata Pendekar Rancawangi, membuat mereka kelilipan dan pertahanan mereka jebol.

Hingga akhirnya, ilmu-ilmu pamungkas pun dikeluarkan. Semburat cahaya energi yang terpancar dari jurus masing-masing menciptakan suasana yang semakin mencekam.

Getot hanya bisa menyaksikan semua itu dengan hati teriris. Sebenarnya, ini adalah bagian dari strategi orang tuanya untuk menggiring pertempuran ke bawah pohon tempat Getot diikat, terutama jika musuh berbuat curang dan mereka terdesak. Dan kini, mereka benar-benar terdesak oleh si pelempar pasir yang selalu mengincar mata, membuat setiap serangan ilmu mereka meleset.

1
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
nah udh kembali si getot, jgn jd nakal lagi getot dgn nyawa barumu..
Zirah Naga: nakal dikit boleh lah 😁
total 1 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
jd apakah getot yg baru nantinya? 🧐🤔 lanjutkan Thor..
Zirah Naga: alhamdulillah. mudah2an kk juga sehat selalu👍
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️: sama² Thor sehat Thor? 🤗🙏
total 3 replies
🟡 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
waahh si getot.. mau enaknya aja.. semangat author dgn karya barunya..
anggita
like, iklan.... 👍👆 utk novel laga lokal.
Zirah Naga: makasih kak anggit udah mampir lagi di karya baruku.
total 1 replies
Hakunamatata♠️
Getot Suguru kah?
Zirah Naga: bukan bro. jujutsu kaisen itu mah 🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!