Berniat berlari dari penagih utang, Kinan tak sengaja bertabrakan dengan Reyhan, laki-laki yang berlari dari kejaran warga karena berbuat mesum dengan seorang wanita di wilayah mereka.
Keduanya bersembunyi di rumah kosong, sialnya persembunyian mereka diketahui oleh warga. Tanpa berpikir lama, warga menikahkan paksa mereka.
Keinginan menikah dengan pangeran yang mampu mengentaskan dari jerat utangnya pupus sudah bagi Kinan. Karena Reyhan mengaku tak punya kerjaan dan memilih hanya menumpang hidup di rumahnya.
READER JULID DILARANG MASUK!
Ini hanya cerita ringan, tak mengandung ilmu pelajaran, semoga bisa menjadi hiburan!
Tik tok : oktadiana13
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Okta Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Juga Mencintaimu
"Rey ...."
Dia langsung menaruh ponselnya dan memandangiku dengan senyuman menyeringai. Aku masih tak percaya diri dengan berpakaian tipis seperti ini. Namun, Rey menarik tanganku agar duduk di ranjang.
"Cantik," ucapnya dengan memiringkan kepala mendekati wajahku. Sungguh malunya aku. "Aku kira kamu membuang baju haram yang aku belikan ini."
"Ih, waktu itu 'kan aku lagi sebel sama kamu. Aku udah kasih semuanya kamu malah main tinggalin aku gitu aja." Aku mendengus kesal mengingatnya.
"Aku kerja baby ...." Dia langsung mencium pipiku dua kali. Lalu dengan cepat menarik tengkukku dan mengulum bibir ini seraya membaringkan tubuhku di ranjang.
Tangannya seperti tak mau tinggal diam dan turut andil besar membuatku melayang dengan masuk ke dalam bra tipis ini meremas pelan bahkan memeluntir ujungnya. Aku seperti tak sanggup membuka mata. Rasanya langsung basah di bawah sana atas perlakuannya kecilnya.
"Aku mencintaimu," bisiknya di telingaku. Masih belum percaya saja, apa cintanya tulus pada wanita sepertiku? Bukankah dia bisa mencari yang lebih dari segalanya dariku?
"Kok diem? Aku cinta kamu Kinan. Apa kamu gak cinta sama aku?"
Pertanyaan macam apa itu? Kalau aku tak mencintaimu mana mungkin akan memberikan semua untukmu malam itu.
Rey menatapku dengan dahi berkerut tapi tanpa menghentikan aktifitas yang mampu membuatku bergelinjang ini. "Kamu kenapa bisa cinta sama wanita biasa sepertiku?" tanyaku lirih menahan rasa geli dari setiap sentuhannya.
"Kamu itu luar biasa. Aku sungguh mencintaimu Kinan. Bagaimana aku harus membuktikan itu semua?"
Aku menipiskan bibir dan mengangguk pelan. "Aku juga cinta kamu."
"Coba bilang sekali lagi!"
"Aku cinta kamu Rey ...."
Dia kembali mendaratkan bibirnya di bibirku. Suasana berubah hening saat Rey mengecupnya. Tangannya kembali aktif dari dada turun ke perut lalu meraba-raba pahaku.
Rasa kecewaku muncul saat tangannya berhenti. "Kenapa?" dengusku.
"Kamu menyukai sentuhanku?" Aku mengangguk malu. Dia tersenyum menyeringai. "Tunggu sebentar!"
Rey membuka kaos dan celana yang dia kenakan. Aku menutup kedua mata dengan tangan. Rasanya masih malu saja melihat bentuk tubuhnya.
"Jangan ditutup matanya! Apa kamu tak ingin melihatnya?" Aku menggelengkan kepala seraya mengintip dengan membuka sedikit jari-jariku.
"Pakai selimut ya! Aku malu Rey."
"Baiklah!"
Aku merasakan tubuhnya sudah menindihku dengan selimut yang menutupi tubuh kami. Tangannya mulai aktif kembali di bawah sana tanpa melepas tautan bibir. Suaranya bahkan sangat indah untuk di dengar dan semakin menambah kenikmatan.
Aku mencengkram kuat lengannya saat dia mulai memasukkan jari tengahnya di bawah sana. Ciumannya mulai turun ke leherku, sangat terasa hisapannya sangat kuat disana. Yakin esok pasti ada banyak tanda kemerahan.
"Tambah satu jari lagi?"
"Gak mau," rengekku. Aku takut, kenapa dia bisa segila ini. "Rey stop!" Tak kuat rasanya, ritme permainan jarinya semakin dipercepat saja.
Dia menggelengkan kepala. Aku membusungkan dada karena tak sanggup lagi menahan getaran dari ulahnya. Mendesah tertahan saat Rey mengihisap kuat ujung payudaraku dan lidahnya begitu ahli memainkannya. Aku menjambak rambutnya berulang kali, tapi seperti sia-sia yang ada dia menambah perutku mengeras menahan semuanya. Tubuh terasa panas. Napas pun tersenggal.
"Reh ...." Aku menjerit tertahan, mendongak dengan mata terpejam saat tak sanggup lagi menahan ledakan di bawah sana.
Rey menghapus bulir-bulir keringat di dahiku. "Kamu menyukainya?" Dada ini kembang kempis dibuatnya. Hanya anggukan kepala yang mampu ku berikan.
Kini dia mencabut jarinya dan menggantikan dengan miliknya. "Kamu ingin lama?" tanyanya dengan terus menekan masuk ke dalam. Aku mengangguk terpejam dengan bibir tertahan agar tak berteriak dan mengganggu orang sekitar.
"Jika di kamarku, kamu tak akan malu-malu untuk terus berteriak sepanjang malam baby. Orang tak akan ada yang mendengar. Kapan-kapan kita kesana ya? Bukankah itu impianmu hem?" tanyanya dengan menekan kuat miliknya sehingga membuatku mendesah.
Aku tersenyum mengangguk. "Tapi aku belum siap bertemu orang tuamu Rey."
"Tenang saja kita bisa diam-diam!"
"Aku ingin berendam di *bathtu*b mewahmu itu."
"Tentu, kita bisa menghabiskan waktu disana berdua. Pasti sangat indah."
Aku mengangguk dan melingkarkan kedua tangan di lehernya. Lagi-lagi Rey menghisap kuat leherku. "Katakan padaku, kenapa kamu enak sekali?" Dia menekan kuat lagi miliknya.
"Aku gak tau."
"Ini yang membuatku tak mampu bertahan lama," bisiknya di telinga hingga membuatku merinding. "Aku keluarin dulu, nanti lagi ya!"
"Ya," dengusku kesal dengan bibir mengerucut. Lagi-lagi cuma sebentar.
Hentakannya semakin cepat dan dalam. Kehangatan itu mengalir di bawah sana tanda selesai sudah.
"Maaf. Habis ini lama, janji deh!"
