Soraya sang Primadona online terjebak di Abad 13 karena insiden yang menimpanya. Jiwanya terperangkap dalam tubuh seorang selir Senopati perang, apakah yang akan dilakukan oleh Sora agar bisa kembali ke abad 20.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Waspada
*Cup!!
Dyah Lembu Tal semakin memperdalam ciumannya membuat Gayatri semakin menikmati ciuman mereka.
Dari kejauhan tampak Adipati Sentanu mengeratkan tangannya ketika melihat keduanya dari balik pintu.
"Jika dibiarkan mereka akan semakin dekat, ini tidak boleh dibiarkan," Adipati Sentanu kemudian pergi meninggalkan paviliun Gayatri.
"Tunggu Dinda, ada sesuatu yang harus aku beritahukan padamu," ucap Lembu Tal menahan ku
"Sebenarnya Romo terpaksa melakukan semua ini untuk melindungi Galuh Pakuan dari para oposisi yang akan melakukan pemberontakan, dia sengaja mengikuti kemauan mereka agar bisa menyelamatkan dirimu dan mengamankan tahta kerajaan yang akan ia berikan padamu."
Sejenak aku terdiam mendengar penjelasan Kanda Senopati.
"Jadi apa yang harus aku lakukan untuk membantunya," ucapku lirih
"Kau harus mengikuti permainan mereka dengan berpura-pura tidak mengetahui rencana Romo, dan tetaplah menjadi dirimu yang tidak menyetujui pernikahan itu," ujar Lembu Ta
"Okey,"
******
"Bagaimana dengan tawaranku Kanda Prabu?" tanya Mahisa Andaru
"Kau tidak bisa memimpin Galuh Pakuan sendirian tanpa dukungan dari para petinggi kerajaan yang lain, jika kau tidak menerima usulan mereka untuk menikahi Dewi Mayang, maka posisimu sebagai Raja Galuh Pakuan akan terancam,"
"Apa Romo akan menikah lagi, gila aja baru juga dua hari Bunda mangkat sudah mau kawin lagi aja, aku tidak setuju!" bagaimanapun juga aku tidak setuju jika Romo menikah lagi.
"Tapi bukankah itu tidak masalah bagi seorang pria apalagi Romo adalah seorang Raja," sahut Lembu Tal
"Pokoknya tidak boleh Romo hanya boleh menikah lagi setelah seratus hari ibu meninggal," aku bergegas menuju ke paviliun Raja menemui ayahku.
Rasanya emosiku semakin meluap ketika melihat seorang wanita seumuran denganku tengah duduk di atas pangkuan Romo Prabu.
"Gayatri apa yang kau lakukan disini!" seru Rakeyan Jaladwara
"Aku tidak setuju jika Romo akan menikah dalam waktu dekat. Sebenarnya aku tidak keberatan jika Romo menikah lagi tapi tidak sekarang tunggulah sampai seratus hari meninggalnya Bunda Ratu, apa kau tidak bisa menahan diri sejenak, demi menghormati arwah ibuku,"
"Semua yang Romo lakukan adalah demi dirimu, jadi kau harus mendukung aku Nduk," ucap Rakeyan Saunggala mencoba membujuk Gayatri
"Terserah Romo saja, aku tidak peduli!" aku segera pergi meninggalkan tempat itu.
"Sepertinya rencana kita berhasil Romo, jika Gayatri membenci ayahnya maka keinginan Sang Prabu untuk menjadikannya Ratu Galuh Pakuan akan sia-sia," ucap Jaladwara tersenyum simpul melihat pertengkaran Gayatri dan ayahnya
"Bagaimana aktingku?"
"Keren, kau benar-benar terlihat seperti marah sungguhan kepada Romo Prabu," jawab Lembu Tal
"Sebenarnya aku memang kesal dengannya tapi bagaimana lagi tidak ada cara lain lagi untuk mempertahankan Galuh Pakuan dari para pemberontak,"
"Kalau begitu aku tinggal dulu. Aku harus mengirim pesan kepada Kanda Prabu Kertanegara, untuk meminta bantuan jika terjadi sesuatu di Galuh Pakuan,"
"Hmmm,"
Tidak lama kemudian Dyah Lembu Tal langsung keluar meninggalkan istana Galuh Pakuan.
Diam-diam Rakeyan Jaladwara mengikutinya dari kejauhan.
Dyah Lembu Tal menghentikan kudanya di sebuah penginapan.
"Silakan masuk Raden," sapa pemilik penginapan ramah.
Tidak lama kemudian seorang pemuda menemuinya.
"Apa yang harus hamba lakukan untukmu Raden?" tanya pemuda itu.
"Berikan surat ini kepada Kanda Prabu Kertanegara," Lembu Tal memberikan sepucuk surat kepada pemuda itu.
"Sendiko Raden, malam ini juga hamba akan segera berangkat menuju Singosari,"
"Terima kasih atas bantuannya, aku harap kau bisa sampai ke Singosari dengan selamat,"
"Tentu saja Raden, aku akan mempertaruhkan nyawaku demi surat ini,"
"Kalau begitu hati-hati," Lembu Tal memberikan sebuah cangkang siput kepada lelaki itu sebelum ia pergi
"Tiuplah benda itu jika kau memang tidak bisa mengantarkan surat itu,"
"Sendiko Gusti Senopati,"
Tidak lama setelah kepergian Lembu Tal, Rakeyan Jaladwara menyuruh anak buahnya mengikuti Pemuda itu.
"Ambil surat itu dan habisi nyawa pemuda itu," titah Jaladwara
"Sendiko Raden," mereka segera mengikuti pemuda itu, dan mereka langsung menghadangnya di tengah hutan.
"Apa yang kalian inginkan?" tanya pemuda itu
"Serahkan surat itu!" seru salah seorang anak buah Rakeyan Jaladwara
"Aku tidak bisa memberikannya kepada kalian," ucapnya kemudian melesatkan tendangannya menyerang para penjahat itu.
"Tidak bisa diragukan, anak buah Lembu Tal pasti memiliki kemampuan bela diri yang tangguh, untuk itu aku tidak akan meremehkan mu anak muda,"
Pemuda itu segera mengambil pedangnya dan mengayunkannya ke arah penjahat itu.
Tapi sayangnya ketika ia akan menebaskan pedangnya kearah lelaki itu Rakeyan Jaladwara langsung menghunuskan pedangnya ke leher pemuda itu dari belakang.
Darah segar mengucur dari lehernya membuat lelaki itu tidak bisa bergerak lagi.
"Ambil surat itu!" seru Jaladwara
seorang lelaki mengambil surat itu dari balik baju pemuda itu dan memberikannya kepada Jaladwara.
"Jadi kau ingin meminta bantuan kepada Prabu Kertanegara, sayang sekali Lembu Tal, sampai kapanpun kau tidak akan pernah mendapatkan bantuan dari Singosari, dan sebentar lagi kau juga akan melihat kehancuran Raja Galuh Pakuan," ucapnya menyeringai
Dalam keadaan setengah sadar pemuda itu mengambil cangkang siput pemberian Dyah Lembu Tal.
Dengan sisa tenaganya ia berusaha meniupnya sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Sementara itu Dyah Lembu Tal yang sedang bersemedi di ruangannya langsung membuka matanya.
"Dia sudah meniupnya, berarti seseorang telah mengambil surat itu," ia kemudian beranjak dari ruangannya dan menatap kearah langit.
"Semoga saja aku bisa mengatasi semuanya bersama Mahapatih Bisma Suliwa,"
"Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa aku mendengar suara peringatan darimu," ujar Adipati Sentanu menemui Lembu Tal
"Ternyata kau juga mendengarnya Kang Mas?" sahut Lembu Tal
"Tentu saja, sebagai panglima pasukan Jaran Guyang yang berada di bawah kendali mu tentu saja aku paham betul semua pesan rahasia darimu. Jadi katakan padaku ada apa sebenarnya?" desak Adipati Sentanu
"Aku hanya meminta Kanda Prabu mengirimkan beberapa orang pasukan khusus ku untuk berjaga-jaga jika terjadi Pemberontakan di Galuh Pakuan," jawab Lembu Tal
"Jadi benar dugaanku, apa Gusti Prabu sudah memberimu perintah?" tanyanya lagi
"Sudah Kanda, tapi sepertinya surat yang aku kirimkan untuk Kanda Prabu tidak akan pernah sampai karena ada seseorang yang mencurinya,"
"Kau tidak perlu khawatir, aku akan membantumu. Lagipula sebenarnya aku juga membawa beberapa orang pasukan Jaran Guyang, untuk berjaga-jaga yang sengaja tidak aku bawa masuk istana," ucap Sentanu
Jadi kecurigaan ku benar, jika yang berusaha membunuh Prabu Rakeyan Saunggala saat menuju Galuh Pakuan adalah dirimu Kang Mas, dan orang yang akan memanahnya adalah Mahespatih, itulah sebabnya kau segera mengirim Mahespatih kembali ke Singosari, karena Dinda Gayatri sudah mencurigainya. Aku harus hati-hati, karena bisa saja ia berpihak kepada Jaladwara dan menikam ku dari belakang.