TAK KUSANGKAH, AKU AKAN JATUH CINTA PADA SICULUN ITU.
Itulah yang menggambarkan, apa yang dirasakan oleh seorang milionare kaya, Zain Pratama.
Penghianatan yang dilakukan mantan kekasihnya Clara, membuat Zain berniat membalas rasa sakit hatinya, dengan menikahi adik angkat dari Clara, Ariana.
Tak disangka cinta tumbuh dihati seorang Zain. Tanpa mengakui perasaannya diam-diam, dia begitu mencintai istrinya. Lika-liku kehidupan berumah tangga mereka dimulai, dengan Clara yang ingin kembali pada mantan kekasihnya.
Jebakan yang dibuat Clara, pada Ariana? membuat Zain menggugat cerai istrinya, hingga rumah tangga mereka berakhir dengan perceraian, disaat Ariana tengah mengandung.
Berpisah bertahun-tahun, dan takdir mempertemukan mereka kembali. Dengan Ariana sudah menjadi perancang kelas dunia, dan Zain sudah memiliki seorang kekasih. Ikuti kisahnya, bagaimana takdir mempersatukan cinta mereka kembali.
Dan nantikan juga penyesalam seorang Celine, yang tidak menyangkah Ariana adalah, anak yang dia cari selama ini.
IG.Popy_ yanni
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon popyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegelisahan 2
Clara terlihat begitu bahagia, saat mendengar apa yang dikatakan oleh Bibii mantan kekasihnya itu.
"Terima kasih Bibi, kau memang yang terbaik." Jawabnya tersenyum, dengan memeluk wanita paruhbaya itu.
****
Senja semakin menyambut waktu, tidak terasa sore telah menyambut kota Jakarta. Turun dari busway, Ariana menapaki kakinya menuju kediaman milik Zain Pratama, yang tidak jauh dari jalan utama. Membuka pintu gerbang, dan tatapan matanya mengedar kesegalah arah. Kedua alis itu menyurut seketika, saat mendapati mobil saudara angkatnya, yang masih terparkir dihalaman depan.
"Inikan sudah hampir malam, tapi kenapa mobilnya masih berada disini?" Bertanya pada diri sendiri, dengan raut wajah yang terlihat begitu penasaran.
Dan kembali melanjutkan langkahnya, kedalam rumah mewah itu.
Saat tiba didalam, Ani sang kepala pelayan menyambut kedatangannya.
"kau sudah datang, Nona?" Bertanya, seraya menghampiri wanita muda itu.
"Bibi..?!" Dengan senyuman kecil diwajahnya, seraya menghentikan langkah kakinya.
Aku baru saja, sampai."
"Apakah ada yang perlu, saya siapkan Nona?!"
"Tidak perlu, Bibi? aku akan kekamar. Aku ingin beriastirahat." Dengan kembali melanjutkan langkanya, tapi seketika langka itu terhenti, saat teringat kembali mobil saudara angkatnya yang terparkir didepan.
"Bibi, Ani?"
"Ada apa, Nona?!"
Menghembuskan napas, karena sesungguhnya dia enggan menanyakan hal ini.
"Ada apa Nona?!" Bertanya lagi, saat melihat Ariana tampak melamun.
Terjaga dari lamunannya, dan memutuskan untuk tidak jadi menanyakan. "Tidak Bibi, tidak ada apa-apa."
Senyuman kecil menatap wanita berkacamata itu, dan dia sudah tau apa yang akan ditanyakan oleh Ariana.
"Bibi sudah tau, apa yang akan Nona tanyakan. Nona Clara masih berada dirumah ini, dan ini pasti atas permintaan Nyonya Celine."
Ariana nampak terdiam, dan dalam dirinya seketika timbul rasa gelisah, dengan kehadiran saudara angkatnya. Apalagi mengingat Clara, adalah mantan kekasih suaminya.
"ooh begitu ya, Bibi? jadi Kak Clara, tidur disini malam ini." Bertanya dengan memaksakan diri untuk tersenyum, dibalik kegundahan hatinya.
"Apakah kau takut, dengan kehadiranku disini Ariana?!" Dengan seringai disudut bibirnya, seraya berjalan menghampiri kedua wanita beda usia itu,
Berbalik keasal suara, dan mendapati keberadaan Clara yang tengah mendatangi mereka.
"Clara..?" Gumamnya, pelan.
"Aku yakin kau pasti sangat terkejut, dengan kehadiranku disini, bukan? dan asal kau tau, mulai saat ini mungkin kau akan sering melihat keberadaanku dirumah ini, dan malam ini aku akan tidur disini. Jadi bersiap-siaplah, Ariana?!" Ucapnya dengan berbisik pelan ditelinga Ariana, saat mengatakan kalimat bersiap-siaplah.
"Nona anda tidak boleh bersikap seperti itu, karena bagaimanapun Nona Ariana adalah istri dari Tuan Zain, dan anda hanya tamu dirumah ini. Jadi bersikaplah yang sopan pada, Nona."
Seketika raut wajahnya berubah kesal, saat mendengar apa yang dikatakan Ani padanya.
"Asal kau tau, Zain hanya mencintaiku. Dan dia menikahi siculun ini, hanya karena ingin membuatku cemburu, dan aku akan merebut kembali tempatku. Dan setelah aku mendapatakan Zain kembali, akan aku pastikan, kau akan dipecat dari kerjaanmu." Ucapnya, dengan berlalu begitu saja.
Menghampiri Ariana, berusaha untuk menenangkan wanita itu.
"Tenanglah Nona, Bibi yakin Tuan Zain, tidak akan tergoda dengan Nona Clara."
"Iya Bibi, aku sangat percaya pada suamiku." Jawabnya, dengan memaksakan diri untuk tersenyum.
****
Melepaskan helaian pakaian yang menempel pada tubuhnya, seraya berjalan masuk kedalam bathube, setelah mengisi air hingga penuh didalam tempat mandi itu.
Menenggelamkan diri kedalam air, berusaha menghilangkan kegelisahan yang tengah melanda.
"(Aku tidak mencintainya, tapi kenapa sejak malam pertama kami, aku jadi tidak rela membiarkan dia bersama Clara. Apa yang terjadi padaku? kenapa kehadiran Clara dirumah ini, begitu mengganggu pikiranku. Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?! tapi sampai kapanpun, aku tidak bisa menang melawan Kakakku. Dia sangat cantik, dan juga wanita sesungguhnya yang dicintainya, oleh suamiku.)" Bathinnya, dengan kegelisahan yang teramat sangat.
Terus menenggelamkan diri, untuk meredamkan semua beban yang begitu mengganjal dihati. Seolah semua beban itu, hilang dengan apa yang dia lakukan.
****
Sebuah mobil mewah. tampak memasuki kediaman Zain Pratama. Clara, dan Celine yang tengah berbincang-bincang seketika tersenyum, saat mengetahui siapa yang datang.
"Bibi, mungkinkah itu dia yang datang?!" Seru Clara, dengan mengembangkan senyuman diwajahnya.
"Kamu ternyata sangat hafal dengan suara mobil, milik Zain. Iya itu dia yang datang, segera temui dia, dan berusahalah untuk meluluhkan hatinya."
"Baiklah Bibi?! ayo kita temui dia sekarang." Ucapnya dengan beranjak dari duduknya, diikuti oleh Celine.
Melangkahkan kaki masuk kedalam rumahnya, diikuti oleh Adam sekretarisnya. Saat tiba didalam, mereka disambut oleh Ani, sang kepala pelayan.
"Selamat malam, Tuan?!" Sapanya, pada lelaki tampan itu.
"Malam."
"Kau sudah pulang, anakku?" Pertanyaan Celine, yang mengalihkan tatapannya.
Dan sedikit terkejut, hingga kedua bolamata itu menatap dengan intens, saat mendapati keberadaan mantan kekasihnya, yang tengah menghampirinya bersama Bibinya Celine.
Adam menatap kedatangan Clara, dan Bibi dari Tuanmudanya dengan tatapan tidak suka, dan dalam drinya meyakini kalau Celine, dan Clara tengah merencanakan sesuatu.
"Clara, sedang apa kau disini?" Bertanya, dengan menatap penasaran gadis itu.
"Malam ini, aku akan menginap disini. Dan Berikan tasmu?!" Dengan langsung meraih tas kerja dari tangan Zain, dan menggandeng lelaki tampan itu, berjalan menuju arah kursi tamu.
Celine tampak begitu bahagia, apalagi saat melihat Zain yang tak menolak sedikitpun, dengan apa yang dilakukan Clara padanya.
"Kau lihat, Ani? kemesraan mereka. Mereka berdua sangat cocok, bukan?! aku yakin sebentar lagi keponakanku, akan menceraikan siculun itu, dan menikahi Clara." Dengan menyunggingkan senyuman disudut bibirnya, dan berlalu begitu saja.
Hanya menghembuskan napas kasar, dan dalam dirinya timbul rasa khawatir akan rumahtangga Tuanmudanya, dan juga Ariana.
"Menurutmu, apakah Tuanmuda akan kembali pada Nona Clara, Adam?!" Bertanya dengan rasa khawatir yang teramat sangat, dengan sekilas menatap laki-laki tampan itu.
"Semoga saja yang kau khawatirkan, tidak terjadi Bibi?!" Jawabnya, berusaha menenangkan.
****
"Ini minumnya, aku yakin kau pasti lelah." Dengan memberikan segelas minuman hangat, pada lelaki tampan itu.
"Tapi aku sedang tidak ingin minum, Clara?!"
Raut wajah CLara seketika berubah kecewa, saat Zain menolak pemberian darinya. Melihat itu Celine langsung bertindak, dengan membujuk keponakannya.
"Ayo, Zain?! setidaknya hargailah buatan Clara?"
"Baiklah, tapi sedikit saja." Jawabnya, dengan langsung meneguk minuman itu.
"Tidak masalah." Jawabnya, tersenyum bahagia.
Mengedarkan pandangannya kegelarah, mencari keberadaan istrinya, seraya meletakkan gelas minuman tersebut diatas meja.
"Bibi, Ani..?!" Panggilnya.
Mendengar namanya dipanggil, Ani langsung berjalan cepat menghampiri lelaki tampan itu.
"Ada apa, Tuan?!"
"Apakah Araa, sudah pulang?!"
"Sudah Tuan, Nona sudah pulang dari tadi. Dan sekarang dia, sedang berada dikamar."
Langsung beranjak dari duduknya, saat mengetahui istrinya sudah berada dirumah.
"Maaf, aku harus segera kekamar." Pamitnya, dengan berlalu begitu saja.
"Tapi Zain, disini masih ada Clara?!"
"Tapi aku harus beristirahat, sebab hari ini banyak sekali pekerjaan, Bibi?!" Dengan kembali, melanjutkan langkahnya.
Adam hanya tersenyum, saat melihat ekpresi kesal dari Celine, dan juga Clara.
"Apakah sudah tidak ada pria lain lagi, Nona Clara?! hingga Tuanmuda yang harus kau goda."
"Apa maksudmu, berkata seperti itu Adam?!" Tanya Celine, dengan raut wajah yang sudah terlihat memerah.
"karena saya hanya mengatakan yang sebenarnya, bukankah Nona Clara sendirilah, yang sudah mencampakan Tuan Zain?"
CLara terlihat begitu kesal, dengan apa yang dikatakan Adam tentangnya. Dan dengan segera, dia beranjak dari duduknya.
"Ayo, Bibi Celine?! kita kekamar saja." Ajaknya, dengan berlalu begitu saja.
****
Membuka pintu kamar, dan mendapati suasana remang-remang pada kamar tersebut.
"Dimana, siculun itu?!" Bertanya pada diri sendiri, dengan melangkahkan kaki.
Cu..lun, Cu...lun, dimana kau?!" Memanggil dengan sedikit berteriak, dengan terus melangkah mencari keberadaan Araa.
Saat tidak mendapati keberadaan istrinya, diapun memutuskan untuk kekamar mandi.
Dan saat akan membuka pintu, Zain mendapati kamar madi tengah terkunci.
"Cu..lun, Cu...lun, buka pintunya?!" Teriak Zain dengan menggedor- ngedor pintu kamar mandi, tapi tak kunjung dibuka.
"He..i, kenapa kau tidak membuka pintunya, bodoh?! apakah kau mau, aku membunuhmu?!" Dengan raut wajah terlihat kesal, karena amarah.
Rasa khawatir mulai menyelimuti dirinya, saat Ariana tak kunjung membuka pintu kamar mandi, dan tidak bersuara. Dan memutuskan untuk, mendobrak pintu.
"BRAAKKK...?!"
Dan saat berada didalam, dia begitu terkejut saat melihat Ariana, menenggelamkan dirinyan didalam bathube.
"Araa..?!" Dengan rasa khawatir yang teramat sangat, dan segera menarik tubuh istrinya, dari dalam air.
"Araa.., Araa.., bangunlah, aku mohon bangunlah..?" Dengan rasa khawatir yang teramat sangat, seraya menepuk-nepuk pelan pipi istrinya.
Membuka matanya perlahan, dan tersenyum menatap wajah tampan itu. "Sayang..?"Ucapnya, dan diapun pingsan.