Menikahi Nona Arogan

Sebulan kemudian, David sudah mendirikan sebuah perusahaan. Karena uangnya tidak mencukupi, maka dia membeli gedung dengan cara mencicil dengan DP yang lumayan banyak. Usahanya bergerak dibidang periklanan yang diberi nama Davine Company.

Perusahaan periklanan (seringkali disebut sebagai “Biro Iklan”) adalah sebuah perusahaan yang membantu pengiklan (produsen) dalam menangani perumusan rencana periklanan (dan program promosi), membuat rancangan iklan, menyiapkan materi iklan hingga mengurus pemasangan iklan di media massa dan media periklanan lainnya.

Perusahaan periklanan membuat perencanaan, desain, materi dan pemasangan iklan berdasarkan perintah, informasi dan persetujuan dari pihak pengiklan (produsen).

Entah karena potensi atau embel-embel nama keluarga, perusahaan David yang paling banyak diminati para pengusaha. Banyak sekali perusahaan produk-produk ternama menggunakan jasa iklan di perusahaannya.

Selain itu, David juga dibantu oleh beberapa teman-teman SMA nya. Mereka dengan sukarela bekerja padanya meskipun bayarannya masih sedikit karena perusahaan David masih baru. Mereka siap membantu David karena dulunya Sevina sang istri banyak membantu mereka.

Hari ini David kedatangan seorang klien yang ternyata adalah Sean yang ingin mengajaknya bekerja sama. Namun dalam hal ini David tidak menyebutnya Papa melainkan Tuan Sean. Bukan tanpa alasan, dia hanya ingin profesional dalam bekerja.

"Jadi Tuan ingin saya mengiklankan produk terbaru Tuan. Kira-kira konsep apa yang ingin Tuan pakai?" tanya David.

Anak ini benar-benar membuatku kesal saja. Dia sama seperti Kevin. Sejak dulu suka membuatku kesal. Untung saja kau menantuku. Batin Sean.

"Konsepnya saya ingin latar belakang ala eropa. Bersalju dan dingin," ucap Sean.

David mengernyitkan dahinya. "Maaf Tuan, tapi yang dipasarkan adalah snack, apa itu akan menarik konsumen?" tanyanya.

"Ya terserah kau sajalah. Apapun yang kau buat aku yakin tidak akan mengecewakan." ucap Sean.

"Baiklah Tuan. Saya akan mengabari Tuan dan menunjukkan hasilnya sebelum diiklankan," ucap David.

Sean tersenyum puas. Rasanya dia memang tidak perlu meragukan potensi yang David miliki. Dan dengan diluncurkannya produk dari perusahaannya melalui iklan perusahaan David, maka orang-orang akan semakin mempercayakan produk mereka diiklankan oleh perusahaan David. Walaupun dia tidak perlu melakukannya. Karena dengan Sevina yang berstatus istri David, sudah dapat membuat perusahaan David laris manis.

Ketukan pintu terdengar dan seorang wanita yang merupakan Sektetaris David masuk setelah dipersilakan. "Permisi Tuan, maaf ada Tuan Kevin yang ingin bertemu dengan anda," ucap Sekretaris David yang bernama Nisa.

"Katakan padanya saya sedang ada tamu," ucap David.

"Tidak David, suruh saja dia masuk. Aku tidak masalah," ucap Sean.

"Tapi Tuan adalah klien saya. Rasanya tidak sopan jika menerima orang lain selagi anda masih bersama saya," ucap David.

"Tidak apa. Inikan permintaan saya," ucap Sean.

David pun menyuruh sekretarisnya memperbolehkan Kevin untuk masuk.

Tak berselang lama, Kevin pun masuk. Namun dia memperlihatkan ekspresi penuh amarah. Dia memegang kertas ditangannya dan mencampakkannya ke meja David.

Sean dan David dapat melihat jelas bahwa itu adalah koran hari ini.

"Lihat!!! Sekarang semua orang menuduh anakku sedang melakukan pencitraan. Lihat ini!!!" teriak Kevin.

Sean dan David membaca halaman paling depan pada koran itu. Disana jelas terlulis sebuah berita bertuliskan '**David Pramudya mendirikan Perusahaan Baru demi pencitraan'

'Uang yang digunakan untuk membangun perusahaan baru David Pramudya digadang-gadang adalah pemberian dari Sean Armadja**'

"Puas kau sudah membuat anakku menjadi begini?"

Kevin menatap tajam ke arah Sean.

"Apa kau sedang menyalahkanku? Jika saja kau tidak mempermasalahkan omongan orang, tentu dia tidak perlu membangun perusahaannya sendiri," jelas Sean.

"Itu karena keegoisanmu. Kalau kau menuruti kemauanku untuk merumahkan Sevina atau membiarkan David bekerja di perusahaan alm orang tuaku, tentu masalahnya tidak akan jadi begini. Nama anakku tidak akan jadi jelek begini," ucap Kevin.

"Tunggu, dari mana kau dapat koran ini?" tanya Sean.

"Apa itu penting?" tanya Kevin.

"Tentu saja. Di koran ini tidak tertera nama perusahaan yang mencetaknya. Lihatlah, apa kau buta?"

Sean menunjukkan koran itu lagi.

"Aku mendapatkannya dari tukang koran dipinggir jalan," jawab Kevin.

"Dimana?" tanya Sean.

"Dijalan xxx," ucap Kevin.

Sean menyadari sesuatu. Dia langsung bergegas pergi dan membawa koran tersebut ke jalan yang tadi di sebutkan Kevin.

Namun, sesampainya dia disana, dia menemui semua penjual koran namun tidak ada satupun yang menjual koran sama persis seperti yang dia bawa.

"Hahaha setelah menunggu, akhirnya kau nampakkan juga kebodohanmu itu. Lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu. Dasar bodoh, kenapa kau mudah sekali terbaca. Sejak dulu hingga kini kau masih saja bodoh. Dengan adanya bukti ini, aku akan dengan mudah menjebloskanmu ke penjara. Apa karena selama ini aku berpura-pura diam, kau jadi berpikir aku akan lengah. Tidak semudah itu bodoh. Lihat saja. Dan kau Kevin, aku akan menuntutmu karena kepolosan dan kebodohanmu yang langsung percaya pada omongan orang dan koran ini."

Sean bergegas pergi dari sana. Dia membawa bukti koran itu dan menyerahkannya ke orang kepercayaannya. Sementara itu, dia juga menyuruh orang lain untuk mencari tau dimana orang yang dia maksud. Dengan begitu, dia hanya akan tinggal menjemputnya bersama polisi.

Sesampainya di rumah, Sean langsung menemui Viana dan memeluknya. "Ada apa ini?" tanya Viana yang heran dengan perlakuan suaminya.

"Aku ingin meminta maaf atas sikapku akhir-akhir ini. Sebenarnya aku hanya ingin mendalami peran," ucap Sean.

"Peran apa? Kau mau main film? Atau FTV Azab?" tanya Viana.

"Apa? Tidak bukan itu. Sudahlah yang pasti, penyebab kerusuhan dalam keluarga kita akan segera tertangkap," ucap Sean.

"Ha? Siapa?" tanya Viana lagi.

Sean membisikkan sesuatu ke telinga Viana. Seketika mata Viana membulat setelah mendengar nama orang yang disebutkan Sean.

"Apa kau yakin itu dia?" tanya Viana.

"Aku yakin. Kita hanya perlu menemukan keberadaannya dan menangkapnya. Ah, kenapa Kevin bisa termakan rencana si bodoh itu. Apa karena dia sama bodohnya?"

"Sudahlah jangan keseringan menghina orang. Dan ini masih jam kerja kenapa pulang. Ayo makan siang sama-sama saja kalau begitu," ajak Viana.

"Siap Nyonya." Sean mengangkat tangan dan memberi tanda hormat.

"Oh ya, apa malam nanti kau akan tidur di kamar lagi bersamaku? Aku rindu," ucap Sean.

"Iya aku akan kembali ke kamar dan tidur bersamamu. Lagipula siapa suruh tidak jujur sejak awal. Kan jadi tidak dapat jatah sebulan," ucap Viana.

"Kalau begitu nanti malam bisa kan?" tanya Sean sambil menaikkan alisnya berulang-ulang.

"Sudah tua, dasar kau ini. Ayo makan," ucap Viana.

Sean mengikuti langkah Viana menuju ruang makan dan siang itu mereka makan siang bersama.

***

Reader : Thor kok cepet banget penyelesaian masalahnya?

Author : Karena ini bukan konflik yang sesungguhnya. Dan juga bukan musuh Sevina dan David yang sesungguhnya. Sebut saja dia pemanis wkwkw