Leira Anggara sang pemimpin dunia gelap bawah tanah terpaksa harus menjadi pengantin pengganti adik kembarnya demi menuntut balas pada kekasih pria yang di jodohkan dengannya. Ia terus mengumpulkan bukti kejahatan Flomy yang telah membayar orang untuk memperkosa adik kembarnya yang bernama Leika hingga Leika memilih untuk bunuh diri. Sampai ia mendapatkan bukti, ia menghukum Flomy dan mengirimnya ke penjara.
Namun dalam mencari bukti tersebut, Leira mengalami banyak kesulitan karena Bima Putra sang suami sangat mencintai dan mempercayai Flomy. Apapun yang ia lakukan selalu di tentang oleh suaminya sendiri. Hingga pada akhirnya Leira harus menjauhkan keduanya dengan membuat Bima jatuh cinta padanya.
Bagaimana kehidupan Leira dan Bima setelah itu? Apakah Leira memilih pergi dan melanjutkan kehidupan yang sebenarnya atau ia memilih melanjutkan hidup bersama Bima?
Yuk dukung kisahnya mau sad ending atau happy ending tergantung suport dari readers ya. Terima kasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SERANGAN BALIK
Sampai di rumah sakit Leira segera mendapat pertolongan. Peluru itu mengandung senyawa Arsenik yang berbahaya. Salah satu cirinya bisa menyebabkan mual, namun senyawa itu tidak bekerja secara efektif karena panas yang di timbulkan dari gesekan peluru di dalam laras sehingga kondisi Leira masih baik baik saja.
Bima dan Felix setia menunggu Leira yang berbaring miring di atas ranjang pesakitan. Tangan kanannya terpasang selang infus membuat Leira tidak bisa bergerak dengan nyaman.
" Gue mau pulang, gue udah kayak orang sakit beneran yang harus terbaring di ranjang sialan ini." Ucap Leira.
" Tapi elo butuh perawatan Lei, setidaknya sampai kondisi elo bener bener membaik." Ujar Felix.
" Menambahkan racun dalam peluru itu merupakan kejahatan perang Fel. Kita harus serang balik mereka dan lakukan hal yang sama biar mereka kapok. Tapi jangan menggunakan tembak melainkan menggunakan busur panah supaya racun itu langsung menyebar melalui pusat syaraf." Ujar Leira tersenyum smirk.
" Tidak Leira. Kamu tidak boleh lagi terlibat peperangan seperti ini. Kondisimu saat ini sudah membuat kami cemas." Ujar Bima.
" Bukan urusan elo. Dan gue ingetin, jangan pernah campuri urusan gue!" Ucap Leira.
" Mereka menyerang kamu itu pasti karena mereka sedang mengincar sesuatu. Atau mungkin mereka sengaja mengincar nyawa kamu karena buktinya cuma kamu yang tertembak." Ujar Bima.
Leira menatap Felix, Felix membalasnya dengan nyengir kuda.
" Ngapain lo cengar cengir gitu? Emangnya omongan Bima ada benarnya?" Selidik Leira.
" Ya jelas ada. Giovanni sengaja mengincar nyawa elo karena bagi dia, elo yang udah menyebabkan nyawa kekasihnya melayang." Sahut Felix.
" Siapa?" Tanya Leira.
" Amel. Wanita yang sengaja menjebak elo biar elo tidur sama Gio waktu itu." Jelas Felix.
" Lha kok jadi salah gue. Kan dia sendiri yang meracik minuman itu buat gue, terus apa salahnya kalau gue minta dia buat minum. Kalau masalah dia mati, ya bukan salah gue lah. Itu namanya senjata makan tuan." Ujar Leira.
" Ya menurut elo, menurut dia beda kali Lei." Sahut Felix.
Giovanni Nagara, pemimpin bisnis gelap geng Teratai yang sangat bucin dengan kekasihnya, Amel. Namun ia tidak tahu kalau sebenarnya Amel sangat membencinya, Amel sengaja memberikan obat perangsang ke minuman Gio dan Leira saat di pesta waktu itu supaya mereka tidur bersama. Ia ingin meninggalkan Gio dengan alasan itu, namun naas. Ada seseorang yang juga menginginkan kematian Leira, orang itu sengaja menambahkan bubuk s***** ke dalam minuman tersebut, bukan Leira yang meminumnya tapi justru Amel. Hingga Amel meninggal dunia di tempat. Sejak kejadian itu, entah mengapa Gio menargetkan Leira sebagai pelaku utama. Padahal jelas jelas tidak ada bukti kalau minuman itu milik Leira. Tapi yang namanya cinta mati, pasti akan membutakan segalanya.
" Baiklah kalau dia sudah mengibarkan bendera perang. Maka gue hanya bisa menyambut serangannya dengan lapang dada. Nanti malam kita meeting, kita buat persiapan matang buat nyerang balik mereka." Ujar Leira.
Bima menghembuskan kasar nafasnya, ia tidak menyangka jika Leira sekeras kepala ini.
" Lei, nenek sama mama menunggu kamu di rumah. Mereka sangat khawatir dengan keadaanmu." Ujar Bima.
Leira mengerutkan keningnya. " Oh iya gue baru inget, kenapa elo bisa barengan sama Felix? Dan apa kata lo barusan? Nenek sama mama khawatir sama keadaan gue? Emang siapa yang ngasih tau mereka tentang kejadian ini?"
Glek...
Felix dan Bima sama sama menelan kasar salivanya. Mereka saling melempar pandangan dan saling bungkam tidak berani mengatakan yang sebenarnya.
" Kalian nggak mau jawab?" Keduanya masih bungkam.
" Baiklah gue bakal cari tahu sendiri."
" Eh jangan jangan! Tadi pas elo telepon, gue pas ada di rumah elo sama tuan Bima sama neneknya tuan Bima." Ucap Felix.
Leira semakin menyipitkan matanya, " Kenapa kalian ada di rumah gue? Apa kalian sengaja janjian untuk mengadakan pertemuan di rumah gue?" Selidik Leira.
" Aku dan nenek datang untuk melamarmu." Sahut Bima membuat mata Leira berubah membola.
" Rupanya elo nggak nyerah gitu aja ya Bim. Padahal gue udah bilang kalau kita nggak bakal bisa bersama lagi. Udah berapa kali gue katakan, kalau jalan hidup kita sangat jauh berbeda. Gue... "
" Tapi apa kamu tega nolak keinginan mama Nia dan nenek Mita?" Tanya Bima memotong ucapan Leira.
Mendengar dua nama itu, Leira menghembuskan kasar nafasnya.
" Mereka menaruh harapan besar pada hubungan kita. Setidaknya jika bukan buat dirimu sendiri, pikirkanlah tentang mereka. Mereka hanya ingin kamu menjalani hidup sebagaimana mestinya. Kamu sudah dewasa bukan anak anak lagi. Sudah waktunya kamu menata kehidupan kamu bukan bermain main dengan senjata api dan panah. Aku harap kamu mau mengerti, Leira."
Leira di buat bungkam dengan ucapan Bima. Dilema sebelumnya belum sepenuhnya hilang, kini ia harus kembali mengalami hal yang sama.
" Gue nggak mau mikirin hal itu dulu. Yang harus gue pikirin sekarang yaitu gimana caranya gue bisa menang dalam penyerangan nanti. Gue bakal bikin Giovanni membuka matanya lebar lebar kalau gue nggak bersalah." Ujar Leira.
" Baiklah gue akan kabari Bondan dan anak buahnya dulu. Elo istirahat lah! Gue nanti balik lagi." Ujar Felix.
" Kalau gitu aku ikut kalian nanti malam."
Leira dan Felix sama sama terkejut dengan ucapan Bima.
" Apa maksud elo mau ikut?" Tanya Leira menatap Bima.
" Aku bakal bantu kamu ikut menyerang mereka supaya kamu bisa melumpuhkan geng mereka. Tapi aku harap, ini yang terakhir kalinya. Setelah ini, kamu harus memikirkan keinginan mama Nia." Ujar Bima.
" Elo nggak perlu ikut campur. Ini masalah gue, yang ada bukannya elo ngebantuin gue malah elo cari masalah. Geng teratai bukan buat main main. Mereka sama kuatnya dengan geng yang gue pimpin. Lagian tanpa bantuan elo, gue pasti bisa menang." Sahut Leira.
" Yang jelas aku bakal bantuin kamu." Kekeh Bima.
" Terserah elo saja." Sahut Leira tidak mau berdebat. Ia menatap Felix. " Jam sembilan suruh mereka kumpul, kita serang malam ini juga." Titah Leira.
" Siap bos." Sahut Felix undur diri.
**
Dor Dor Dor...
Suara tembakan saling bersahutan yang berasal dari pistol anak buah Lei dan Gio. Sesuai rencana, Lei menyerang markas Gio tepat jam satu malam. Leira tidak jadi menggunakan panah, namun ia membawa pisau kecil andalannya.
Dor.. Dor.. Dor..
Suara tembakan terus menggema. Leira dengan gerakan lincah segera menyusup ke dalam mencari keberadaan Gio.
" Dimana nih orang? Mana mansionnya gedhe banget gini."
Leira terus mencari ke setiap sudut rumah Gio. Ia menyusuri ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, kamar bahkan ruangan yang biasa di gunakan Gio untuk ngegym.
" Kemana sih tuh orang, bikin gue gedeg deh." Gerutu Leira karena target utama tidak ia temukan.
" Elo cari gue?"
Deg...
Leira menghentikan langkahnya tepat di atas tangga. Ia menoleh ke belakang dimana Gio berdiri di sana sambil memasukkan kedua tangan di saku celananya.
Leira menatap Gio tanpa takut. " Ya, gue emang nyari elo. Gue mau nuntut balas atas luka tembakan yang elo kirim buat gue." Sahut Leira.
" Gue salut sama elo, elo wanita tapi nggak ada takut takutnya. Setelah mencelakai Amel, sekarang elo mencelakai Flomy. Kenapa semua cewek yang gue sukai justru elo usik hah."
" Flomy?" Leira mengerutkan kepala.
" Ya Flomy, wanita yang di jadikan kekasih oleh Bima tapi tidak Bima nikahi. Bima malah menikahi elo.' Ucap Gio menunjuk wajah Leira.
" Sejak kapan elo kenal sama si pembohong itu?"
" Tutup mulutmu Lei! Flomy bukan pembohong, tapi elo lah yang pembohong di sini!!!! Elo harus mati." Bentak Gio menodongkan pistolnya tepat di dahi Leira.
" Gue rasa elo nggak menyelidiki siapa Flomy sebenarnya. Gue harap elo nggak akan menyesal setelah tahu sifat Flomy yang sebenarnya." Ujar Leira.
" Gue nggak peduli, yang gue peduliin wajahnya yang mirip Amel."
Deg..
Benar, wajah Flomy dan Amel hampir mirip. Kenapa Leira sampai melupakan hal ini? Pikirnya.
" Flomy itu Nina, anak dari pembantu gue dulu. Dia udah nipu Bima habis habisan dan sekarang dia juga nipu elo." Ucap Leira.
Mereka terlibat perdebatan yang lumayan panjang. Bima yang baru datang segera menghampiri Leira, ia khawatir Gio melakukan hal yang tidak ia inginkan.
" Elo emang wanita licik Lei. Gue bakal kirim elo ke neraka sekarang juga."
Gio menarik pelatuknya, Leira memikirkan cara untuk menikam Gio sebelum Gio melepas tembakannya.
" Seumur hidup gue, gue benci elo Lei."
Tangan Gio mulai menarik pelatuknya, bak adegan slow motion, Leira menancapkan pisaunya di lengan Gio, namun naas. Timas panas dari pistol Gio meluncur begitu saja..
Dan...
" Leira awas!!!!!!"
Dor....
" Argh!!!!"
TBC....