Arin adalah perempuan sederhana, manis tapi cerdas. Arin saat ini adalah salah satu mahasiswi jurusan tehnik kimia di fakultas tehnik negeri di Bandung. Orang tua Arin hanyalah seorang petani sayuran di lembang.
Gilang adalah anak orang terpandang di kotanya di Bogor, ia juga seorang mahasiswa di tempat yang sama dimana Arin kuliah, hanya Gilang di jurusan elektro fakultas tehnik negeri Bandung.
Mereka berdua berpacaran sampai akhirnya mereka kebablasan.
Arin meminta pertanggung jawaban dari Gilang namun hanya bertepuk sebelah tangan.
Apakah keputusan Arin menjadi single mom sudah tepat? dan seperti apakah sikap Gilang ketika bertemu putrinya nanti?
Yuuk kita ikuti alur ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yance 2631, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pinangan Gilang
Alina menatap layar ponsel barunya, "Bagus ayah terima kasih.. "ujarnya. Gilang pun tersenyum memandang putrinya yang cantik.
Gilang menatap lekat Arin yang sepertinya terlihat lelah sekali.
"Rin, kayak capek banget.. "ujar Gilang. "iya, hari ini memang melelahkan, ini hari pertamaku menjadi ketua jurusan tehnik kimia, aku harus ngajar dan juga mengerjakan hal lainnya" ujar Arin.
"Oh gitu, selamat ya Rin.. "ujar Gilang tersenyum. "Terima kasih.. "ujar Arin.
"By the way mami dan papi sabtu ini mau ke rumah engki lembang.. Silahturahmi Rin, sekaligus pali nanti minta kamu untuk aku" ujar Gilang.
"Iya Lang, tapi engki enin kan juga harus persiapan masa ada tamu di anggurin aja" ujar Arin sambil tersenyum manis.
"Nah, gitu dong ngobrol.. kan cantik kalo ambu senyum gitu, ayah nanti aku undang teman teman ya pas ayah sama ambu married" ujar Alina yang kini duduknya pindah di samping Gilang, ayahnya.
Arin lalu mencoba menghubungi kedua orang tuanya untuk persiapan sabtu.
"Ayah, eyang Bagja masih ngajar?" tanya Alina. "Masih Neng, beliau masih aktif, 2 tahun lagi baru pensiun" ujar Gilang.
"Lang, aku udah konfirmasi sama ayah ibu nanti sabtu aku yang beli kue dan cateringnya, nggak usah masak di rumah dan aku juga mau kabari Aril adikku dia harus datang sama istrinya.." ujar Arin sambil mencari nomor Hp Aril.
"Iya Rin, kalau untuk menjamu mami papi biar aku aja nanti, oh ya aku transfer uang juga ke kamu sekarang biar kamu nggak terlalu berat.." ujar Gilang sambil mengambil ponselnya.
Arin pun mengangguk, lalu memberikan nomor rekening banknya kepada Gilang.
"Oh ini, BJB ya Rin.. wah aku harus hapal nih kan nanti tiap bulan aku harus setor ke rekening ini" ujar Gilang sambil mengetik, Alina pun tertawa lepas.
"Ayah perlu nomor rekening Eneng nggak?, aku kan juga mau di transfer uang sama ayah" tanya Alina.
"Eneng cantik, kamu kan tiap bulan ayah juga kasih cash," ujar Gilang.
Arin pun menasehati Alina, "Neng uang kamu yang di bank kemarin kamu lupakan begitu aja nggak kamu urus, hadiah olimpiade matematika saat kamu kelas 8 masih ada 144 juta.. belum dari eyang Bagja suka transfer, di urus sendiri tabungan kamu itu.. sekarang kamu minta ayah transfer ke kamu, tapi kamu nggak pernah ambil ke ATM saat kamu butuh nanti minta cash lagi sama ayah" ujar Arin.
"Iya ambu, ya sudahlah.. "ujar Alina sambil terdiam dan cemberut.
Gilang memperhatikan sikap Arin dan putrinya, kadang ia tidak tega melihat Alina sedih.
"Lang, jangan terlalu memanjakan anak, dia harus di ajar hidup sederhana" ujar Arin tegas. Alina pun terdiam.
"Tugas kamu itu neng, belajar.. dan belajar, ambu dan ayah akan penuhi kebutuhan kamu, kamu harusnya bersyukur nggak kekurangan seperti anak yang lain, ambu dulu.. sejak SD sampai kuliah hidup prihatin, jangankan nonton film Korea atau film lain jajan juga nggak pernah, kamu mengerti?" ujar Arin tegas.
"Iya ambu.. "ujar Alina, lalu berjalan ke kamar dan menutup pintu.
Gilang sendiri pun terdiam, "Mm.. ngeri lihat si Arin udah kayak harimau betina ngomelin si eneng" gumam Gilang.
"Rin, jangan terlalu keras sama eneng.. "ujar Gilang.
"Lang, aku nggak suka manjain anak.. dia memang pintar, berprestasi tapi nggak semua keinginan dia kita harus turuti, ada kalanya keinginan itu bias, nggak ada manfaatnya" ujar Arin menatap Gilang.
Gilang tidak menjawab, Gilang hanya terdiam.. Gilang paling tidak tega melihat putrinya sedih, cemberut karena itu dia berusaha memanjakan Alina.
"Ya sudah Rin.. ,aku pulang dulu ya, insyaaAllah jum'at sore ini aku udah di lembang, "ujar Gilang. Arin pun mengangguk.
Gilang pun tiba di rumahnya, lalu memasukkan mobil ke dalam garasinya.
Sesudah mandi ia pun membuat kopi, lalu mengirim pesan kepada Alina..
Gilang : Eneng jangan ngambek gitu ya, jangan cemberut lagi ayah jadi sedih, ayah kepikiran kamu terus..
Alina : Eneng nggak apa apa ayah.. eneng cuma mau aja uang yang ayah suka kasih cash di transfer juga ke rekening eneng seperti ayah transfer ke rekeningnya ambu..
Gilang : Oh gitu, iya iya nanti ayah transfer kayak ambu deh.. eneng cemburu sama ambu ya hehehe.. , oke mulai bulan depan ayah nggak kasih cash lagi ya, tapi jangan lupa diambil ya cantik di ATM.
Alina : Iya ayah.. ,terima kasih ayah, peluk cium jauh.
Gilang : Iya sayang, sama-sama..
Gilang pun tersenyum, lalu mengakhiri chatnya di telpon. Gilang lalu teringat dengan sebuah artikel psikologi populer jika anak perempuan itu cinta pertamanya adalah.. Ayahnya.
Keesokan pagi, seperti biasa Gilang menjemput putrinya untuk pergi ke sekolah. Gilang menjadikan ini sekarang menjadi bagian dari rutinitas paginya.. sebelum menuju ke kantor.
Arin juga menjalani aktivitas paginya seperti biasa, hanya belakangan ia sibuk sekali dengan pekerjaan dan karirnya, sehingga Gilang pun mengambil alih tugasnya dengan mengantar putri mereka ke sekolah.
Gilang pun menjalaninya dengan ikhlas, Gilang memahami kesibukan calon istrinya menjadi panutan di lingkungan akademik kampusnya di ITB, terutama fakultas tehnik kimia.
Tak terasa hari sudah sore, jam 5 lebih 10 menit Gilang sudah berada di rumah Arin, Gilang pun masuk ke dalam rumah..
"Assalamualaikum eneng.. "sapa Gilang sambil mencari keberadaan putrinya.
"Waalaikumsalam ayah.. "balas Alina, yang baru muncul dari dapur.
"Ini pesanan sate kamu.. "ujar Gilang sambil memberikan 2 bungkus sate taichan. "Terima kasih ayah, ini separo buat ambu.. eneng simpan" ujar Alina.
"Ini enak lho ayah, ayah cobain ya.. rasanya asin dari racikan bakar bumbunya, makannya di tambah perasan jeruk nipis dan sambal aja" ujar Alina sambil menyuapi Gilang.
"Mm, lumayan enak.. ini pertama kali buat ayah" ujar Gilang setelah mencicipi sate taichan tersebut. Alina tampak bahagia makan di temani oleh Gilang.
Tidak lama setelah Arin tiba di rumah, Gilang pun pamit untuk segera pulang.
Sabtu pagi pun tiba..
Arin dan Alina pun sudah bersiap untuk pergi ke lembang, tapi sebelumnya Arin akan mengambil pesanan kuenya dulu di sebuah bakery terkenal di kota Bandung.
Tiba di lembang.. tampak Aril dan istrinya sudah berada di sana sejak jam 9 pagi. Sementara Gilang dan kedua orang tuanya akan tiba di kediaman pak Ahmad ba'da sholat dzuhur.
Dengan nuansa putih serta hiasan semerbak bunga sedap malam membuat kediaman pak Ahmad dan bu Siti lebih indah.. catering dan beberapa stand makanan juga sudah disiapkan oleh Arin.
Tak terasa waktu pun menunjukkan jam 13 siang, terdengar suara mobil berhenti di depan halaman rumah pak Ahmad.. Gilang berjalan di apit oleh kedua orang tuanya, Prof. Bagja dan ibu Leni beriringan juga dengan kerabat lainnya.
"Assalamualaikum.. "sapa keluarga Gilang,
"Waalaikumsalam, silahkan pak .. bu masuk.." ujar pak Ahmad, Aril, pak RT, pak RW yang di undang untuk menjadi saksi.
"Eneng, sini nak sama eyang Uti" ujar mami Gilang pada Alina yang segera mencium punggung tangan kedua eyangnya itu, sambil melirik ke ayahnya yang masih tampan.
"Ayah .. "ujar Alina, "iya nak.. ayah gugup neng" bisik Gilang, Alina pun tersenyum.
Ayah Gilang Prof. Bagja memberikan sambutan dan menjelaskan maksud dan tujuannya..
"Begini, pak Ahmad.. maksud kedatangan kami ini untuk melamar putri bapak dan ibu yang bernama DR. Arin Apriliani ST. MT untuk dijadikan istri anak kami yang bernama Gilang Kusumadiningrat ST., sudi kiranya bapak dan ibu menerima pinangan kami.. "ujar pak Bagja.
Tidak lama Arin keluar dari kamarnya lalu berjalan dan duduk di dekat ayahnya,
"Nak, pak Bagja dan keluarga datang kesini melamar kamu untuk menjadi istri nak Gilang, apa teteh menerima lamaran nak Gilang?" tanya pak Ahmad.
"Iya ayah, teteh terima lamaran dan pinangan Gilang Kusumadiningrat ST.. "ujar Arin dengan mantap.
"Alhamdulillahi robbil alamin.... "ucap semua yang hadir di ruangan, lalu ibu Leni menyematkan ssbuah cincin berliannya ke jari manis Arin,
"Terima kasih nak, akhirnya kamu menerima Gilang.." ujar bu Leni sambil mencium kedua pipi Arin yang putih mulus.
Gilang pun mencium punggung tangan kedua orang tua Arin, dan mencium pipi Alina putrinya. Mata Alina tampak berkaca-kaca bahagia.
Setelah acara lamaran selesai, para tamu yang hadir dipersilahkan untuk makan siang.
Sambil makan siang kedua belah pihak keluarga membicarakan serta menentukan tanggal pernikahan Gilang dan Arin 1 bulan ke ke depan.
Terlihat Gilang, Arin dan Alina pun menyantap hidangan bersama-sama.. ketiganya menjadi perhatian di antara undangan yang hadir.