NovelToon NovelToon
​ Dendam Sang Mantan Istri Miliarder

​ Dendam Sang Mantan Istri Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Pelakor jahat / Tukar Pasangan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Adrina salsabila Alkhadafi

​💔 Dikhianati & Dibangkitkan: Balas Dendam Sang Ibu
​Natalie Ainsworth selalu percaya pada cinta. Keyakinan itu membuatnya buta, sampai suaminya, Aaron Whitmore, menusuknya dari belakang.
​Bukan hanya selingkuh. Aaron dan seluruh keluarganya bersekongkol menghancurkannya, merampas rumah, nama baik, dan harga dirinya. Dalam semalam, Natalie kehilangan segalanya.
​Dan tak seorang pun tahu... ia sedang mengandung.
​Hancur, sendirian, dan nyaris mati — Natalie membawa rahasia terbesar itu pergi. Luka yang mereka torehkan menjadi bara api yang menumbuhkan kekuatan.
​Bertahun-tahun kemudian, ia kembali.
​Bukan sebagai perempuan lemah yang mereka kenal, melainkan sebagai sosok yang kuat, berani, dan siap menuntut keadilan.
​Mampukah ia melindungi buah hatinya dari bayangan masa lalu?
​Apakah cinta yang baru bisa menyembuhkan hati yang remuk?
​Atau... akankah Natalie memilih untuk menghancurkan mereka, satu per satu, seperti mereka menghancurkannya dulu?
​Ini kisah tentang kebangkitan wanit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32: Pertarungan Akhir di Ruang Dewan dan Gema Kejujuran ​

​Sore itu, hanya berselang dua jam setelah gema kejujuran Arif mengguncang ruang konferensi pers, Natalie berdiri di depan pintu kayu mahoni besar Ruang Dewan Direksi. Ruangan itu terasa seperti benteng terakhir kekuasaan lama. Udara di luar ruangan terasa panas, berbanding terbalik dengan suhu dingin yang dicegahnya.

​Tuan Hadiningrat, dengan napas tersengal, merapikan dasinya. "Nyonya, ini adalah sidang darurat yang diadakan atas permintaan Tuan Aaron. Dia akan menuntut mosi tidak percaya berdasarkan 'pelanggaran etika dan konflik kepentingan' yang baru Anda akui di media."

​"Dia bergerak cepat, saya akui," jawab Natalie, menarik napas dalam. "Tetapi, ia telah membuat satu kesalahan fatal: dia membuat saya jujur. Dan kejujuran itu kini adalah senjata kita."

​Natalie mendorong pintu itu dan masuk. Mata dingin empat belas anggota Dewan Direksi tertuju padanya. Di ujung meja, Aaron duduk, tampak pucat, tetapi di matanya bersinar kemarahan dan senyum puas yang berbahaya.

​"Nyonya Ainsworth," sapa Jonathan Hart, Ketua Dewan, suaranya tenang, tetapi tegas. "Kami telah memanggil sidang darurat untuk membahas krisis reputasi yang ditimbulkan oleh pengakuan Anda di media massa, khususnya mengenai hubungan pribadi Anda dengan Tuan Arif, dan potensi penyalahgunaan wewenang perusahaan. Tuan Aaron, silakan sampaikan mosi Anda."

​Aaron berdiri, menyentakkan tangannya ke meja. "Saya menuntut Dewan untuk segera mencabut mandat Natalie Ainsworth sebagai CEO Whitmore Group!" suaranya lantang dan bergetar. "Pengakuannya adalah bukti diri! Ia menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya kekasihnya. Bukti: Pertama, dia mengalihkan tender kepada Bengkel Kayu Jujur. Kedua, dia mengakui bahwa Yayasan yang ia kelola berniat memberikan jaminan pinjaman ilegal kepada Arif!"

​Aaron mengacungkan tangannya ke arah Natalie. "Ini bukan tentang cinta, ini tentang pengkhianatan korporat! Ini adalah pelanggaran Fiduciary Duty yang fatal. Dewan tidak bisa membiarkan CEO menggunakan perusahaan sebesar Whitmore sebagai dompet pribadinya! Jika Dewan gagal mencabut mandatnya, kita semua—sebagai direksi—akan diseret ke dalam gugatan class action yang akan meruntuhkan nilai saham kita!"

​Suasana mencekam. Beberapa direksi yang dikenal pro-Aaron mengangguk setuju, raut wajah mereka menunjukkan kekhawatiran pada nilai saham.

​Natalie tidak menunggu giliran. Ia berjalan ke tengah ruangan, pandangannya menyapu wajah cemas para direktur.

​"Tuan Aaron melupakan satu hal penting dalam narasinya," suara Natalie dingin, memotong ketegangan. "Bahwa Tuan Arif menolak jaminan itu. Tuan Arif, seorang pengrajin kayu, menolak uang dari Yayasan saya karena ia menolak kekayaan yang datang tanpa kerja keras. Integritas Tuan Ariflah yang menyelamatkan saya dari tuduhan Aaron ini."

​Ia membiarkan kata-kata itu menggantung sejenak. "Tetapi mari kita beralih dari tuduhan fiktif dan melihat pada kejahatan nyata," lanjutnya.

​Natalie mengisyaratkan Hadiningrat. Hadiningrat dengan sigap mengedarkan folder yang isinya adalah salinan bukti yang mereka sebar ke media, terfokus pada kejahatan pajak dan manipulasi keuangan Aaron.

​"Tuan Aaron menuduh saya melanggar etika karena menjalin hubungan dengan seorang pemilik UMKM yang memenangkan tender secara adil. Sementara Tuan Aaron, selama lima tahun, menggunakan aset perusahaan untuk menyembunyikan kejahatan pajak, memanipulasi buku besar, dan menipu warisan keluarganya," kata Natalie, menatap lurus ke mata Jonathan Hart.

​"Tuan-tuan, mari kita bandingkan. Di satu sisi, ada dugaan konflik kepentingan yang transparan dan didukung oleh integritas penolakan jaminan. Di sisi lain, ada kejahatan finansial yang didokumentasikan dan melanggar hukum, yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh Tuan Aaron."

​"Pertanyaan saya bukan lagi apakah saya harus dicopot, tetapi apakah dewan ini bersedia menanggung risiko hukum yang ditimbulkan oleh kejahatan Aaron. Dokumen yang Anda pegang adalah dasar bagi tuntutan hukum perdata, yang segera akan diikuti oleh penyelidikan otoritas pajak. Apakah Anda, sebagai direktur, siap mempertaruhkan reputasi dan aset Anda untuk melindungi Tuan Aaron?"

​Ruangan itu hening, kecuali suara gemerisik kertas. Para direktur mulai membaca bukti. Wajah-wajah mereka berubah dari cemas menjadi panik. Aaron, yang tadinya tersenyum, kini menyadari bahwa senjatanya telah kembali menikamnya sendiri.

​"Ini konyol! Tuduhan palsu!" teriak Aaron, tetapi suaranya pecah. "Dia mencoba mengalihkan—"

​"Tuan Aaron, tenang," sela Jonathan Hart, nada suaranya telah berubah. Hart, seorang pengacara berpengalaman, telah melihat cukup bukti di tangannya untuk tahu bahwa duduk di sisi Aaron adalah bunuh diri korporat.

​"Nyonya Ainsworth," kata Hart, menatap Natalie dengan campuran kekaguman dan ketakutan. "Dewan telah mengambil keputusan. Mayoritas menolak mosi yang diajukan Tuan Aaron. Selanjutnya, Dewan secara resmi menyetujui pembentukan komite independen untuk melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap dugaan manipulasi keuangan Tuan Aaron Whitmore. Sampai penyelidikan itu selesai, Tuan Aaron akan diskors dari semua posisi di perusahaan."

​Kemenangan yang dingin dan final. Natalie merasa beban berat terangkat dari pundaknya. Aaron, yang telah kehilangan segalanya, bangkit dan menunjuk Natalie, matanya dipenuhi kebencian.

​"Kau akan menyesal, Natalie! Kau tidak tahu apa yang telah kau lepaskan!" teriak Aaron sebelum petugas keamanan, yang telah bersiap, mengawalnya keluar ruangan.

​Natalie hanya mengangguk sopan pada Hart. "Terima kasih, Tuan Hart. Saya akan kembali bekerja. Tuan Hadiningrat, segera siapkan berkas untuk Kejaksaan."

​Natalie tiba di apartemen sederhana Arif di pinggiran kota. Ia meninggalkan Tuan Hadiningrat mengurus tumpukan berkas hukum. Begitu pintu tertutup di belakangnya, suara bising dari media dan Dewan terasa jauh.

​Arif sudah menunggunya. Ia mengenakan kaus polos dan celana jins, baru selesai mandi. Aroma sabun yang menenangkan memenuhi ruangan. Ia terlihat lelah, tetapi matanya bersinar.

​"Bagaimana? Apakah kamu selamat dari benteng itu?" tanya Arif, melangkah mendekat dan meraih tangan Natalie, yang masih terasa dingin.

​"Aku selamat, Rif," bisik Natalie, kepalanya bersandar di dada Arif. "Aku menang. Tapi aku menang karena kamu."

​"Karena aku? Aku hanya seorang tukang kayu yang menjawab pertanyaan," canda Arif, membelai rambutnya.

​"Tidak. Karena integritasmu," jawab Natalie, mendongak. "Ketika kamu berdiri di sana dan mengatakan kamu menolak uang itu, kamu menghancurkan seluruh argumen Aaron. Dia menuduhku menggunakan kekuasaan untuk kekayaan, dan kamu membuktikan bahwa kekasihku adalah orang yang menolak kekayaan itu demi harga dirinya. Kamu menyelamatkan reputasiku dan posisiku, Rif."

​Mereka duduk di sofa kecil. Natalie melepaskan sepatu haknya dan menghela napas panjang, melepaskan ketegangan hari itu.

​"Aku tahu hari ini berat, Nat. Kamu harus mengakui hubungan kita di depan seluruh dunia," kata Arif, suaranya melembut.

​Natalie tersenyum pahit. "Aku menghabiskan waktu bertahun-tahun bersembunyi. Bersembunyi dari Aaron, bersembunyi dari traumaku, dan bersembunyi dari perasaanku padamu. Ironisnya, satu-satunya cara untuk mengalahkan Aaron adalah dengan kejujuran total. Aku harus terbuka tentang siapa aku, dan siapa kamu bagiku."

​Arif memegang tangannya. Tangan kasar seorang pengrajin kayu di atas tangan halus seorang CEO. Kontras yang sempurna.

​"Saat aku berdiri di sana, aku takut, Nat," aku Arif. "Aku takut kamu akan marah karena aku jujur soal jaminan itu. Aku takut aku akan menghancurkan segalanya. Tapi aku tidak bisa berbohong. Aku membenci kebohongan. Aku hanya bisa bilang yang sebenarnya: Aku tidak butuh uangmu. Aku hanya butuh Natali, bukan CEO-nya."

​Air mata Natalie menetes. "Dan itu adalah hal terromantis yang pernah kamu lakukan untukku, Rif. Kamu menunjukkan padaku bahwa kekuasaan bisa disandingkan dengan integritas, asalkan orang yang bersamaku adalah kamu. Aaron mengajariku untuk curiga pada cinta dan uang. Kamu mengajariku untuk percaya pada keduanya, asalkan disertai kejujuran."

​Mereka menghabiskan beberapa saat dalam keheningan, memproses kelelahan emosional. Lampu-lampu kota mulai bersinar melalui jendela kecil apartemen Arif, memberikan suasana damai yang belum pernah mereka rasakan selama ini.

​"Sekarang, seluruh dunia tahu tentang kita," kata Natalie, nadanya kini penuh penerimaan. "Tidak ada lagi pertemuan rahasia di bengkelmu. Tidak ada lagi pura-pura. Besok, semua media akan fokus pada tuntutan hukum Aaron, tapi juga pada kita. Hubungan kita akan menjadi headline."

​"Aku tidak masalah," jawab Arif sederhana, senyumnya tulus. "Aku adalah tukang kayu yang mencintai CEO Whitmore Group. Selama kamu masih menjadi Natali yang mencintai kopi hangat, dan kayu berbau serbuk gergaji, aku siap."

​Natalie tertawa kecil, suara tawa yang ringan dan lega.

​"Aku mencintaimu, Rif. Terima kasih telah menjadi jangkar kejujuranku."

​Arif menariknya mendekat. "Aku mencintaimu juga, Nat. Sekarang, perayaan apa yang pantas untuk kemenangan yang menyelamatkan perusahaan bernilai miliaran dolar?"

​Natalie menyandarkan kepalanya lagi. "Aku hanya ingin kedamaian. Aku ingin kamu membuatkanku kopi paling enak di dunia, dan kita tonton ulang konferensi pers itu, sambil membayangkan wajah Aaron saat kamu menolak jaminan."

​Arif tersenyum. "Sebuah perayaan sederhana, jujur, dan berharga. Seperti kita."

​Ia bangkit menuju dapur kecil, sementara Natalie menatap pantulan dirinya di jendela. Dia bukan lagi korban pengkhianatan Aaron. Dia adalah pemenang yang diselamatkan oleh integritas cinta sejati. Pertempuran terberat telah dimenangkan, bukan dengan kekayaan, tetapi dengan kejujuran.

1
partini
dari sinopsisnya ngeri " sedap menarik
Himna Mohamad
lanjut thoor
putri lindung bulan: siap akan saya lanjutkan
total 1 replies
Himna Mohamad
good thoor sat set
Himna Mohamad
👍👍👍👍👍
Himna Mohamad
sdh mampir thoor,,lanjut
putri lindung bulan: terimakasih sudah mampir , salam kenal ya
total 1 replies
Himna Mohamad
awal yg bagus thoor👍👍👍👍👍
putri lindung bulan: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
putri lindung bulan
untuk sahabat adri selamat datang di dunia nataly.semoga kalian suka novel.jika suka jangan lupa beri like,dan sisipkan komentar.salam kenal semuanya🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!