Kata orang pernikahan cukup sekali dalam seumur hidup, tapi tidak dengan pernikahanku. Aku harus menelan kepahitan hidup saat mengetahui suami yang sangat aku cintai menghianati ku dan lebih memilih istri sirihnya.
Madu ku terlalu licik dan pintar dalam membalikan fakta, suatu malam dia memfitnah ku berakting seolah aku ingin menyakiti dia dan bayi yang dikandungnya malam itu juga tanpa ku sangka tanpa ku duga suamiku dengan tanpa perasan menjatuhkan talak 3 dan mengusirku dengan tragis.
Beberapa bulan setelah itu aku menikah lagi dengan seorang lelaki tampan dan mapan bahkan jauh segala-galanya nya dari mantan suamiku.
Suamiku yang kedua begitu dingin, egois dan arogan. Apapun yang dia inginkan harus sesuai, untuk awalan aku tidak mengerti seperti apa perasaanya padaku karna kami menikah bukan karna cinta melainkan demi kesembuhan Tante Lyra, Ibu dari suamiku yang kedua. Perjalanan cinta yang begitu panjang membuahkan hasil. Aku dan suami kedua ku bisa menemukan kebahagiaan yang utuh.
Author Akak Mei
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei_Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamparan dari Mira.
Hari-hari Ken terasa menyenangkan setelah hadirnya Kei, padahal untuk awalan tuan muda dingin itu sangat membenci kehadiran wanita malang itu.
Kei masih belum mengetahui dasar sikap Ken kepadanya itu perasaan suka atau hanya pelampiasannya saja. Ada rasa sayang yang tumbuh dihatinya, takut berpisah seperti yang sudah-sudah. Hah, sangat sulit mengetahui isi hati tuan Ken yang berubah-ubah sikap. Entah dia manusia seperti apa, terkadang baik, romantis, tapi tak jarang pula menunjukan sikap arogan, cuek, dingin, menyeramkan. Nasibku selalu seperti ini, setengah-setengah apakah aku juga akan dibuang seperti mas Izham dulu membuang ku?.
Aku melamun saat membersihkan toilet tinggal setengah jam lagi jam kantor selesai dan aku bisa pulang beristirahat.
Mira keluar dari salah satu pintu toilet, raut wajah kesal ditunjukkan. Keadaan toilet sudah sepi karna sibuk sebentar lagi jam pulang.
"Fiuh... bertemu lagi dengan wanita cacat. Heran, kenapa tidak pergi jauh." Mira menyindir.
"Hah, harusnya pelakorlah yang pergi jauh, bila perlu keliang lahat."
"Hei, mulut kotor!!" Mira setengah berteriak.
"Hei, manusia kotor!!" keduanya menatap tajam.
"Beraninya kamu mengatakan aku manusia kotor!"
"Mira, aku tidak pernah mengusik hidupmu tapi kamu selalu menggangguku. Jika tidak ingin melihatku, tidak perlu menganggap ku ada. Kita sudah tidak memiliki urusan."
"Aku benci kehadiranmu didekatku dan mas Izham, semenjak kamu bekerja disini dia sering mengabaikanku."
"Apa kamu sedang merasa terancam?"
"Tidak!"
"Kalau begitu tidak perlu takut, aku sudah tidak perduli dengan kehidupan kalian terlebih mas Izham."
"Kalau kamu tidak perduli menjauhkan dari kami dan pergi dari disini."
"Punya hak apa kamu mengusirku? aku disini bekerja bukan untuk mengganggu kalian." Kei sudah tak ingin meladeni dan berbalik arah. Mira menarik baju Kei tetapi mengenai syal yang dipakai untuk menutupi tanda kemerahan. Mata Mira melotot melihat itu.
Kei tersadar reaksi Mira seperti itu pasti karna melihatnya, menutup dengan rambut panjang.
"Apa kau belajar menjadi j*l*ng murahan?" Mira tersenyum meremehkan.
"Jaga bicaramu, aku bukan seperti itu!"
"Kamu kira aku buta tidak melihat tanda ini!" Mira menyingkirkan rambut dan memegang leher Kei dengan kuat kuku yang panjang seperti menusuk.
"Lepaskan!! ini bukan seperti yang kamu pikirkan! dan yang jelas ini bukan urusanmu!"
"Haha... kamu mendapat profesi baru ternyata. Aku tidak yakin ada yang mau denganmu selain lelaki tua bangka. Haha...."
"Sampai hapal, mungkin itu profesi mu yang dulu. Haha..." Kei ingin membalas ucapan Mira.
Plak....
Satu tamparan mendarat dipipi Kei. Masih saja suka bermain kekerasan. Nafas Kei naik turun, 'sabar Kei, jangan terpancing. Dia suka memainkan taktik kau akan terjebak seperti sebelumnya tahan.'. Kei tau betul Mira suka membalikkan keadaan, Mira wanita sangat licik.
"Semakin lama mulut kotormu semakin berani, kamu belum tau aku bisa melakukan lebih!" Mira memberi ancaman. Kei diam sudah tidak ingin meladeni, merasakan panas dan perih dipipinya. Ingin segera pergi tetapi Mira lebih dulu berlalu meninggalkan Kei disana.
Kei memegangi dada yang sesak, semua rasa bercampur. Mengambil syal yang terjatuh dan menggunakannya didepan cermin, tanda merah ini. Kei menangis pikirannya terasa penuh, dia memang berstatus istri tapi seolah Ken hanya memperlakukannya sebagai budak s***. Dia melakukan itu setiap dia mau, tapi akan dingin ketika dihadapan orang lain. Benarkah dirinya seperti seorang j*l*ng sekarang? jika begitu bukankah menyedihkan. Tapi aku harus berbuat apa, atau seperti yang diucapkan Mira pergi sejauhnya.
"Kei.." mbak Dewi datang. Kei menghidupkan kran dan membasuh mukanya terasa perih.
"Kamu lama sekali membersihkan toilet."
"Maaf mbak, kakiku tadi kram aku tidak bisa bekerja dengan cepat." Kei beralasan.
"Kamu tidak mau pulang, ini sudah jam pulang."
"Iya mbak nanti Kei pulang." Kei masih menghadap kecermin.
"Ya sudah mbak pulang duluan ya." Kei mengangguk dan tersenyum di cermin. Mbak Dewi menghendikan bahu dan pergi.
Sepulang kantor Kei berjalan dipinggir jalan seperti biasanya, melamun.
Bip...
Mobil berhenti. Kei segera masuk dan sekretaris Lee melajukan mobilnya. Kei menutupi pipinya yang sedikit bengkak dengan rambut menghadap ke jendela. Ken terus memperhatikan.
"Kei.."
"Iya tuan." tetap menghadap ke jendela.
"Aku disini bukan diluar jendela!" kesal. Lee sedikit tersenyum. Kei menoleh setelah mendengar itu tetapi rambutnya masih menutup sebagian wajah.
"Kau ingin berakting horor!" kata tuan Ken. Kei sudah kesal jika seperti ini.
"Singkirkan rambut mu."
"Apa aku harus memotongnya tuan." tak sabar Ken sudah mengangkat tangan untuk menyingkirkan tangannya menyentuh kulit pipi Kei yang bengkak. Kei mendesis, Ken merasa aneh dicermati wajah Kei.
"Apa yang terjadi padamu!" nada tinggi.
"Tidak apa-apa tuan."
"Kei.."
"Tadi aku terpentok pintu tuan."
"Kau tidak pandai berbohong." Ken tahu itu bekas tamparan.
"Sungguh."
"Lee, cari bukti kebohongannya!"
"Baik tuan muda." fokus menyetir.
"Lakukan sekarang!" Ken setengah berteriak. Dia tahu ada yang tidak beres yang dialami Kei. Dia harus mencari tau.
"Baik tuan muda." sambil mengeluarkan handphone.
"Sungguh tuan, ini hanya terjatuh." Kei sangat ketakutan jika tuan Ken mengetahui pertengkarannya tadi sudah pasti semua akan terbongkar.
Ken mengangkat alis, " Tadi kau bilang terpentok dan sekarang terjatuh? pernyataan yang berbeda?"
"Mak,maksut saya, tadi terjatuh dan terpentok. Yah...jadi dua-duanya benar, sungguh tuan. Anda tidak perlu melakukan apapun." Kei menggenggam tangan Ken. Ken menghela nafas, 'sikapmu yang seperti itu justru membuatku curiga Kei.'.
Sampai dirumah sepi hanya ada beberapa pelayan yang menyambut.
"Dimana mami?" bertanya pada kepala pelayan.
"Nyonya besar sedang keluar, tuan muda."
"Bawakan kompresan air hangat."
"Baik tuan muda." kepala pelayan berlalu.
"Lee, pulanglah."
"Permisi tuan muda." membungkukkan badan dan kembali kemobil. Ken mengajak Kei masuk kedalam kamar.
"Duduklah disofa, aku berganti baju sebentar." Kei menurut beralih duduk disofa. Tak lama kepala pelayan masuk membawa permintaan Ken.
"Heh, nona muda baru. Dulu pelayan sekarang menjadi tuan putri, entah cara apa yang kamu gunakan." berbisik pelan didepan Kei.
'Ya Tuhan, apa lagi ini. Aku orang baik kenapa begitu banyak orang yang membenciku, apa aku harus menjadi jahat seperti mereka.'
Ceklek...
"Permisi tuan muda." kepala pelayan ingin segera berlalu dia takut jika tuan Ken mendengarnya.
"Hem..." Ken mendekat kesofa dan duduk disamping dan menghadap ke arah Kei. Memeras handuk dan menempelkan handuk kecil untuk mengompres.
Kei menatap kedua mata suaminya, hatinya menghangat mendapat perhatian seperti ini. Sayang dia tak tau tujuan tuan Ken baik kepadanya karena alasan apa.
"Ini pasti sangat sakit. Sepertinya aku benar-benar harus memindahkan mu."
"Jangan tuan, tidak! aku mohon jangan dipindah, aku sudah katakan aku sudah nyaman."
"Kamu nyaman, tapi lihatlah anggota tubuhmu tidak nyaman!"
sampai 2 dokter sama perawat nya ketakutan semua. .. sampai mereka berdoa semoga tidak ada lagi anggota keluarga tuan ken yang sakit' lagi. ..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣