NovelToon NovelToon
LUCIANA ALEXANDER

LUCIANA ALEXANDER

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Vampir
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: prel

"... selama aku masih berada didunia ini aku akan terus berusaha menjaga Luciana."

Perkataannya mengejutkanku. Selama dia masih berada didunia ini? Dia adalah seorang vampire yang hidup abadi, apakah itu berarti dia akan menjagaku selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30: Luciana

Sejak sore kami semua sudah bersiap. Aku memilih sebilah pedang dan belati sebagai senjata yang akan kubawa menjalankan misi ini. Setelah berganti dengan setelan bertarung; kemeja lengan panjang, rompi kulit, celana panjang berwarna hitam dan sepatu bertali. Dan juga jubah hitam untuk menyamarkan kami.

Aku segera berjalan menuju Hall manor house, tempat kami semua berkumpul.

Eve membagi kami menjadi dua kelompok. Aku bersama Hugo, lalu Eve bersama Stefan, sedangkan William akan berjaga diluar selama kami memasuki markas.

Sebenarnya aku sedikit lega karena tidak satu kelompok dengan Stefan, aku sulit berkonsentrasi jika berada didekatnya.

"Baiklah, kita berangkat"

Setelah aba-aba dari Eve, kami semua berlari kencang ke arah Utara menuju wilayah manusia.Melompati jurang pembatas, kami segera disambut markas para manusia. Markas ini adalah markas yang sama saat aku menemukan Stefan waktu itu. Hanya saja sekarang penjagaannya lebih ketat.

Kami bersembunyi sedikit jauh dibalik pepohonan, ada sekitar 12 prajurit manusia yang berjaga di pintu markas ini.

"Stefan coba jelaskan dengan singkat", Eve meminta Stefan menjelaskan bangunan apa saja yang ada di dalam, karena hanya Stefan yang pernah memasukinya.

"Markas ini cukup besar, ada sekitar 5 bangunan mengelilingi 1 bangunan besar ditengah"

"Ada lebih dari 1 ruang penelitian disana. Bangunan yang tengah dan bangunan di sebelah kiri depan", jelas Stefan.

"Baiklah, aku dan Stefan akan memeriksa bangunan bagian depan sebelah kiri, Hugo dan Luciana akan memeriksa yang ditengah, William kau tunggu di atas sana", Eve menunjuk sebuah pohon besar yang cukup dekat dengan tembok markas ini. Kami semua mengangguk mengerti dengan interupsi Eve lalu mulai mendekati markas tanpa suara.

Melompati tembok markas lalu mendarat dengan ringan di atas tanah,kami berusaha agar tidak ketahuan. Karena akan berakibat sangat fatal jika mereka mengetahui rencana penyusupan ini.

Aku dan Hugo melesat memasuki bangunan yang ada ditengah.

Bangunan ini terbesar di antara bangunan yang lain. Banyak rak-rak tinggi yang berisi toples-toples obat, kandang-kandang kecil berisi ular dan kalajengking, tanaman-tanaman kering yang tergantung di beberapa sisi.

Ada sebuah kain pemisah yang melingkar ditengah, dan ada seseorang berdiri di dalamnya. Kami saling bertukar pandang lalu berjalan mendekat, mengintip ke dalamnya.

Seorang wanita berdiri, ada beberapa buku bertumpuk dimeja dan beberapa tangkai bungan Azul yang sudah kering. Tidak salah lagi, dialah dalangnya, dialah si pembuat racun itu.

"Aku tau kalian akan segera mendatangi tempat ini",  wanita itu berbicara sambil terus bekerja.

Aku dan Hugo sedikit terkejut, tapi suara wanita ini terdengar tidak asing bagiku.

"Itu artinya kau sudah mempersiapkan diri", Hugo menjawab.

"Tidak, aku tidak memiliki persiapan apapun"

Wanita itu berdiam sejenak, lalu membalikkan badan ke arah kami.

Betapa terkejutnya aku, melihat manusia yang telah berusaha membunuh kaum kami, yang hampir membunuh Stefan. Tubuhku rasanya seperti disiram air es yang begitu dingin menusuk tulang.

Nenek!

Aku membelalak tak percaya. Seseorang yang telah menyelamatkan ku, memberiku harapan untuk bertahan hidup, seseorang yang telah mengajariku bagaimana cara merawat pasien.

"Jangan terkejut Luciana, jangan memandangku seperti itu", dia berkata datar kepadaku.

Kedua tanganku terangkat menutupi mulut, aku tidak percaya dialah dalang dibalik semua ini.

"Jangan membuatku merasa bersalah. Seperti apapun hubungan diantara kita semua, aku tetaplah manusia", dia berujar.

Mataku mulai berkaca-kaca. Aku tidak pernah menyangka akan seperti ini akhirnya. Nenek, dia mengkhianati kami semua.

"Tapi apa kau lupa", aku berbicara seraya berusaha menahan air mataku. "Bagaimana hubunganmu dengan Eve, Stefan, William. Mereka lah vampire yang telah membantumu".

"Tidak, mereka tidak membantuku. Akulah yang membantu Eve. Aku hanya meminta balas budi" , nenek berkata dengan sangat dingin.

Aku merasakan emosi dalam diriku. Dari sekian banyak tabib di dunia ini, kenapa harus dia yang melakukannya?

"Lupa kah kau siapa yang membantumu belajar sihir?lupa kah dirimu siapa yang membantumu mendapatkan bunga itu? Katakan nenek!"

Aku berteriak padanya. Emosi sudah menguasai diriku. Aku tidak perduli jika ada yang mendengar suaraku, bahkan aku tidak memperdulikan Hugo yang sejak tadi memandangiku dengan wajah terkejut nya.

"Aku tidak lupa, aku tidak akan pernah lupa", nenek menjawab dengan tenang.

Tiba-tiba ada bayangan hitam muncul di belakang nenek. Dia adalah Hugo, berdiri sembari mengarahkan pedang nya pada leher nenek.

Bagaimana dia bisa sampai disana dengan sangat cepat?

Kami vampire memang bisa bergerak dengan sangat cepat, tapi berbeda dengan yang Hugo lakukan baru saja. Dia seakan bisa menghilang.

"Tenangkan dirimu Luciana, kita harus bergegas", Hugo mencoba menyadarkan ku.

Sedangkan aku masih diam membeku, terus memandangi nenek yang memandangku dengan sangat tenang.

"Dia benar, cepat lenyapnya dua buah buku di atas meja kerjaku dan bunuh aku, dengan begitu kau akan menghapus akar pembuat racun ini"

Aku menggeleng, aku masih tidak percaya nenek melakukan semua ini. Pasti ada yang memaksa nya. Aku yakin itu.

"Aku melakukan ini semua tanpa paksaan dari siapapun, aku sudah tidak memiliki bunga lain selain ini, sebenarnya aku berniat meminta bantuanmu untuk mencarinya lagi Luciana, tapi sepertinya aku tidak bisa karena kalian sudah menemukanku terlebih dulu", lanjut nenek

Aku menutupi kedua telingaku, aku mulai terisak. Pengakuan nenek terdengar sangat menyakitkan.

"Luciana", Hugo terus memanggil namaku, memintaku melakukan apa yang nenek katakan, "Waktu kita menipis Luciana"

Aku tidak menjawab,

Hugo memutar tubuh nenek menghadap padanya, dia bersiap hendak menghujam jantung nenek menggunakan pedangnya.

"Hugo.. tidak",

Suaraku yang bergetar tak dihiraukan oleh Hugo. Dia menusuk tepat pada jantung nenek kemudian mencabut kembali pedangnya.

Nenek mengeluarkan suara tercekat lalu seketika ambruk dengan nafas yang tersengal-sengal, dia jatuh tengkurap, darah menggenang disekitarnya.

Waktu seolah berhenti di sekelilingku, Aku jatuh terduduk, kaki ku terasa lemas melihat nenek terbunuh didepan mataku.

Hugo berjalan menuju meja yang berisi beberapa belati,mengambil satu kemudian berjalan menuju nenek yang sudah tak bernafas lagi. Dia membalikkan tubuh tak bernyawa itu dengan kasar, melumuri belati dengan darah yang menggenang dilantai kemudian menyelipkannya ke tangan nenek.

Hugo melakukannya agar seolah-olah nenek mati karena bunuh diri.

Memang dia telah melakukan hal jahat yang bisa membuatku mati untuk kedua kalinya, tapi dia tetaplah nenek yang sudah menolongku dulu. Hugo mengangkat sebuah kotak kayu kosong dibawah meja, dia memasukkan buku-buku nenek, semua tangkai bunga biru dan mengambil semua ampul di atas meja.

Dia mendekat lalu berlutut di hadapanku, menangkupkan kedua tangannya lembut pada pipiku.

"Maafkan aku Luciana, aku harus membunuh nenekmu", ucap Hugo, suara nya terdengar jauh di telingaku.

"Dia bukan nenek kandungku", aku menjawab, suaraku serak akibat menangis. "Dia orang yang telah berbaik hati menyelamatkanku"

"Baiklah siapapun dia, kita harus segera pergi dari sini"

Hugo membantuku bangkit berdiri. Dia membawa kotak kayu berisi barang-barang nenek lalu memimpin keluar dari tempat ini.

Di luar, kami melihat Eve dan Stefan juga telah selesai mengambil beberapa barang.

"Kami sudah membunuh dalangnya, aku akan menjelaskan semua nanti. Kita harus segera pergi sebelum ketahuan"

"Bagus", Eve tersenyum pada Hugo-aku yakin senyum itu akan segera hilang setelah dia mengetahui kebenarannya.

Kami semua mendongak ke atas tempat William bersembunyi, dia memberi isyarat bahwa keadaan masih aman kemudian dengan segera kami melompati tembok keluar dari markas ini.

Aku hampir terjatuh saat mendarat di atas tanah, dengan sigap Eve meraih tanganku.  Tak berhenti disitu, kami segera melesat bersembunyi dibalik pepohonan, William telah bergabung dengan kami.

"Lu, apa kau terluka?", Eve melihatku dengan seksama, dia pasti menyadari wajahku yang aneh setelah menangis.

Aku menggeleng menjawab pertanyaan Eve. Aku bingung bagaimana cara menjelaskan kepada mereka nanti.

"Bisa kau bantu Luciana diperjalanan kembali, sesuatu telah terjadi padanya". Hugo menyadari kondisiku yang masih terpukul melihat nenek mengkhianati kami, mengkhianati ku.

Kami semua mulai berlari menuju perbatasan. Aku berlari dengan William yang terus menggandeng tanganku. Dia sesekali menoleh padaku dengan raut wajahnya cemas. Tetapi aku yakin, raut wajah cemasnya akan segera tergantikan dengan kemarahan setelah mengetahui kebenarannya.

...~...

1
Roxy-chan gacha club uwu
Bener-bener hidup!
Hebe
Berasa kayak lagi nonton film seru deh! Kapan launching filmnya thor? 😁
prel: haduuuh minta doanya aja deeh😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!