NovelToon NovelToon
Berenkarnasi Menyelematkan Kahancuran Keluarga

Berenkarnasi Menyelematkan Kahancuran Keluarga

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Light Novel
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Michon 95

Hidup terkadang membawa kita ke persimpangan yang penuh duka dan kesulitan yang tak terduga. Keluarga yang dulu harmonis dan penuh tawa bisa saja terhempas oleh badai kesialan dan kehancuran. Dalam novel ringan ini kisah ralfa,seorang pemuda yang mendapatkan kesempatan luar biasa untuk memperbaiki masa lalu dan menyelamatkan keluarganya dari jurang kehancuran.

Berenkarnasi ke masa lalu bukanlah perkara mudah. Dengan segudang ingatan dari kehidupan sebelumnya, Arka bertekad mengubah jalannya takdir, menghadapi berbagai tantangan, dan membuka jalan baru demi keluarga yang dicintainya. Kisah ini menyentuh hati, penuh dengan perjuangan, pengorbanan, keberanian, dan harapan yang tak pernah padam.

Mari kita mulai perjalanan yang penuh inspirasi ini – sebuah cerita tentang kesempatan kedua, keajaiban keluarga, dan kekuatan untuk bangkit dari kehancuran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michon 95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 : Aku Tidak Akan Pernah Membiarkannya

"Pokoknya, saat aku membantumu, kamu juga harus membantuku memenangkan ujian seleksi The Judges dan kita juga akan menangkap pelakunya serta menyingkirkan Putri dari ujian seleksi."

Yuhal, yang tidak menyadari kesadaran Ralfa, masih bersikap sombong.

"Asal tahu saja..." Ralfa berhenti sejenak untuk memberikan efek dramatis, lalu melanjutkan dengan suara rendah, "kamu tidak membodohi siapapun."

Yuhal terkejut awalnya, tapi dia segera menenangkan diri.

"Haha, kamu memberinya terlalu banyak pujian, Ralfa. Putri Khazanatus Zahra bukanlah orang yang tangguh, seperti yang kau bayangkan."

Responnya persis seperti yang diharapkan Ralfa. Seorang anak yang lebih bodoh akan menuruti kata-katanya dan percaya bahwa dia memiliki keunggulan lebih dari Kak Putri. Tapi aku tidak sebodoh itu.

Ralfa merasa sangat nyaman dengan dirinya sendiri, mengetahui bahwa dia telah mengetahui dengan jelas skema lawannya. Dia membusungkan dadanya dan menatapnya dengan tatapan tajam.

"Aku menolak ikut serta dalam rencana licikmu ini, Yuhal," katanya dengan rasa puas diri yang luar biasa.

"K-Kamu menolak rencana brilianku ini? Kamu pasti akan menyesali ini," kata Yuhal tidak percaya sebelum menyelinap keluar ruangan.

Ralfa memperhatikan kepergiannya, menikmati kemenangannya. Kemudian sebuah pemikiran muncul di benaknya. Tunggu, taktik curang memang tidak boleh, tapi aku masih perlu mencari cara untuk mengungkap pelaku kejahatan kemarin malam yang kuduga adalah salah satu anggota The Judges.

Setelah itu, aku menelepon seseorang, dan dalam waktu singkat terdengar suara rendah.

"Halo Ralfa, ada apa?"

"Aku punya pekerjaan untukmu."

"Apa itu?"

"Aku ingin kamu *********, dan setelah ini aku akan transfer DP-nya."

"Oke, akan kulakukan sesuai permintaanmu."

Setelah itu, aku menutup sambungan telepon dan tidak lama kemudian teman-temanku kembali ke dalam kelas.

"Hai guys, kalian beliin aku apa?"

"Kami beliin sebotol air mineral dan dua porsi nasi kuning dari kantin. Kalau beli satu, pasti kamu nggak akan kenyang," kata Danny sambil menyerahkan kresek berisi dua porsi nasi kuning dalam mika besar dan kembalian.

"Yoi,Hahaha" sahutku sambil tertawa dan menerima kresek tersebut.

"Kenapa tuh anak, kayaknya kesel banget?" tanya Cindy.

"Dia tadi ngajakin aku berbuat curang buat acara seleksi The Judges, tapi kutolak," sahutku.

Setelah aku makan, dan saat selesai makan, Cindy berkata, "Back to topic yang tadi." Dia mengubah wajahnya menjadi serius. "Fa, kamu tadi bilang soal kebencian. Maksudmu kebencian pada Amirudin, atau pada organisasi?"

Aku mengangkat bahu dan berkata, "Kebencian pada organisasi, tapi apesnya, Amirudin yang kena."

"Harus kuakui, organisasi itu emang rada ngeselin. Kalian bayangin, kejadian ini kan bukan main-main. Pemain sepak bola andalan sekolah kita nyaris tewas. Tapi kenyataannya hari ini semua kegiatan belajar-mengajar berjalan seperti biasa. Nggak ada gosip yang beredar, nggak ada ketakutan menjalar di sekolah. Seolah-olah peristiwa yang menimpa Amirudin emang nggak penting."

Kata-kata Cindy memang benar. Meski sudah terjadi sesuatu yang begitu besar dan mengerikan, tidak ada yang menggunjingkan kasus ini. TKP disidik dengan sangat cepat kemarin malam, sehingga hari ini auditorium sudah terbuka lagi seperti biasanya.

"Tadi Pak Rofidin sempat bilang padaku," ucapku perlahan, "Amirudin terkena kecelakaan lalu lintas. Teman-temannya berniat menjenguk, tapi katanya orangtua Amirudin lebih suka anak mereka nggak diganggu. Sepertinya itu alasan yang digunakan supaya nggak ada yang nyari tahu soal kejadian ini."

"Dan aku yakin, Pak Rofidin dan guru-guru lainnya tahu soal kejadian semalam."

"Udah pasti, dan udah pasti juga mereka bantu nutup-nutupin kasus ini," kata Cindy tajam. "Anak-anak The Judges itu boleh juga. Mereka memetiskan kejadian ini dengan sangat profesional. Kalau kita mau nyelidiki kasus ini, jelas kita harus lakukan dengan diam-diam dan nggak mencolok. Kalau nggak, bisa-bisa kita dihentikan dengan cara yang sangat nggak menyenangkan."

"Aku bakal bantu nyari info rahasia," kata Danny.

"Oh ya, kalian ada yang tahu, kenapa Kak Putri ikutan seleksi anggota The Judges, padahal dia udah kelas dua belas?" Aku melontarkan pernyataan yang sedari kemarin ingin kutanyakan tapi tidak sempat.

"Benar juga, ada yang aneh," sahut Cindy. "Kamu tahu sesuatu, Del? Dia kan kakak sepupumu."

"Aku juga nggak tahu," sahut Adelia.

"Yaudah, jawaban itu bisa nunggu. Sekarang kita fokus nyelesain masalah ini."

Dan mereka semua mengangguk.

Kami memandangi kepergian Danny yang sedang mencari info rahasia dengan harapan bisa mendapatkan informasi penting.

Tapi sayangnya, sampai jam pulang sekolah, Danny masih belum mendapat info rahasia. Saat ini aku sedang berada di kamar menunggu kepulangan Yuris dan Viona dari sekolah.

"Kakak Ralfa!" Aku melihat Yuris membuka pintu dan menghampiriku dengan perasaan gembira.

"Ya ampun, Yuris, kau harus ganti baju dulu," ucap Viona yang berdiri di depan pintu.

"Viona, aku ada hal yang ingin dibahas secara empat mata dengan Yuris. Bisa kamu tinggalkan kami berdua?"

"Tentu, Tuan. Silakan gunakan waktu Anda," sahut Viona, lalu dia menutup pintu.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Yuris penasaran.

"Apa kamu tahu, apa yang terjadi dengan perusahaan yang ku kelola di luar negeri?"

"Seingatku, Tuan Rei pernah bilang, perusahaan itu tetap berjalan meski kamu sudah tidak ada," ucap Yuris. "Mereka masih belum bisa menguasai perusahaan yang ada di luar negeri."

"Kenapa begitu?"

"Karena, sebelum kamu kembali ke Indonesia, kamu sempat mendaftarkanku sebagai satu-satunya ahli waris perusahaanmu ke kedutaan besar negara tempat perusahaanmu berada. Itulah yang dikatakan Tuan Rei padaku."

"Dan karena itu juga lah, aku dikejar-kejar teroris yang ingin menangkapku hidup atau mati," ucap Yuris sedih. "Karena hanya dengan cara itu mereka bisa mendapatkan semua perusahaanmu yang ada di luar negeri, itulah menurutku."

Aku langsung memeluknya dan berkata, "Nggak apa-apa, sekarang kamu aman di sini bersamaku."

Aku tidak akan pernah pernah membiarkannya menderita lebih dari sebelumnya

Dan demi masa depan yang lebih baik, aku harus secepatnya menangkap semua Ular Kekacauan yang berbaur dengan masyarakat. Tapi bagaimana caranya?

1
Mbak Inama
bagus banget ceritanya,dari segi alur sangat menarik
Matsuri :v
Gak akan bosan baca cerita ini berkali-kali, bagus banget 👌
Hachi Gōsha: makasih/Smile/
total 1 replies
Star Kesha
Ceritanya sangat menghibur, thor. Ayo terus berkarya!
Hachi Gōsha: terima kasih
total 1 replies
Raquel Leal Sánchez
Bikin adem hati.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!